Dusta atau Bohong MACAM DAN DAMPAK BAHAYA LISAN DALAM AL-

3. Kekal Di Dalam Neraka dan Tidak Akan Masuk Surga Dalam QS. al- A’râf7 Ayat 36, 40              “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.                          “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. ” 4. Kemunafikan Dalam Hati Dalam QS. at-Taubah9 Ayat 77                 “Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta. ” 5. Disegerakan Masuk Ke Neraka Dalam QS. al-Nahl16 Ayat 62.                    “Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, Yaitu bahwa Sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. Tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan Sesungguhnya mereka segera dimasukkan ke dalamnya.” 6. Neraka Jahannam Dalam QS. al-Ankabut29 Ayat 68                    “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang- orang yang kafir?” Kata “ ــــ لا” al-Kadzib di sini adalah sesuatu yang diucapkan lisan, namun pada kenyataannya tidak sesuai dengan isi hati. Kata “ ــــ لا” al-Kadzib sendri berasal dari kata “ - ــ - ــ ” kadzaba-yukadzibu-kadzibân, yang artinya “ صـلا ـض” diddu al-Sidq, yaitu tidak benar. 42 Kata “ ــ ــ ا ” ghamarât yang diartikan sakarat al-maut atau al-Harb al-Maut adalah bentuk jamak dari “ ــ ــ ” ghamrat yang diambil dari akar kata “ر غلا-رــ ــ ” ghamara-al-Ghamru yang artinya “ري ـــ لا ء ــ لا” al-Mâ‟u al-Katsîr, yaitu banyak air, membanjiri, atau menggenangi. Maksudnya adalah memenuhi sesuatu, atau menutupi dan menghilangkan bekas-bekasnya. Kata ini mengandung makna kesungguhan dan ketiadaan ampun yang diberikan oleh para malaikat yang sedang mencabut nyawa seorang pendusta. Hal ini menggambarkan betapa kasar dan kejamnya malaikat ketika menghadapi seorang yang pendusta, dan lain-lain, sambil berkata “keluarkanlah nyawamu untuk menghadapi siksaan yang akan kamu hadapi”. Inilah balasan bagi orang-orang yang berbuat dusta kepada Allah. 43 42 Ibnu Manzûr, Lisân al- „Arabi, juz 12 Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, t.t., h. 50. 43 Ibnu Manzûr, Lisân al- „Arabi, juz 10 Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, t.t., h. 116. Lihat juga: M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 4 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 196-197. Maksud mendustakan ayat-ayat Allah pada ayat 40 surat al-A’raf adalah mendustakan pokok-pokok dan hukum-hukum agama, seperti yang berhubungan dengan adanya Allah dan ke-Esaan-Nya, dan yang berhubungan dengan kenabian, hari kiamat, hari kebangkitan dan lain-lainnya. Maka orang seperti inilah yang tidak akan dibukakan pintu langit dan tidak akan masuk surga. 44 Ada beberapa pengertian tentang tidak dibukakannya pintu langit, diantaranya adalah tidak akan diterima amal mereka dan tidak akan sampai kepada Allah. Bahkan bukan saja amal dan usahanya yang tidak sampai kepada Allah, do’a dan permintaan pun tidak akan sampai kepada Allah. M. Quraish Shihab mengutip dari Thahir Ibn Âsyûr yang berpendapat bahwa kalimat abwâbas sama‟ atau pintu-pintu langit ini hanya untuk mengisyaratkan bahwa mereka tidak akan memperoleh aneka limpahan karunia ilahi yang bersifat ruhaniah atau spiritual. 45 Demikianlah istilah tersebut menggambarkan keadaan mereka yang mendapatkan kesesatan sehingga tidak menemukan kemudahan untuk masuk surga. Sedangkan maksud perumpamaan kata “hingga unta masuk ke dalam lubang jarum” dalam ayat tersebut, penulis berpendapat bahwa ini adalah sebuah penekanan bahwa tidak akan dibukakan pintu langit dan tidak akan masuk surga selama-lamanya. Sebagaimana unta tidak akan pernah masuk selama-lamanya ke dalam lubang jarum tersebut. Kalimat ini juga berkaitan erat dengan ayat sebelumnya, yaitu ayat QS. al- A’râf {7} ayat 36, yang mengatakan bahwa penghuni bagi orang yang mendustakan ayat-ayat Allah Swt. adalah di neraka dan 44 Departemen agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya edisi yang disempurnakan, jilid 3 Jakarta: Departemen agama RI, 2004, h. 413. 45 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 5 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 94. ia kekal di dalamnya. Maka jelas ini adalah sebuah penekanan yang diumpamakan dengan unta dan jarum. ــ ـلا ــ ل أ رج ا “tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka”. Dalam QS. al-Nahl16 ayat 62, maksudnya adalah tidak ada keraguan pada mereka untuk memasukkan mereka ke dalam neraka disebabkan karena mereka selalu melemparkan segala hal yang tidak mereka senangi kepada Allah dan juga kedustaan mereka yang menyebabkan mereka pantas masuk ke dalam neraka. Kata lâ jarama sendiri diambil dari kata jarimorang yang melakukan kejahatan dengan arti mujrim. Lâ jârimata berarti tidak ada salahnya menghukum mereka, karena memberikan hukuman kepada orang yang bersalah bukanlah sebuah pelanggaran. Jadi, lâ jarama mempunyai dua arti, yaitu: mereka berhak mendapat neraka, dan tidak ada salahnya juga memasukkan mereka ke dalam neraka sebagai balasan atas perbuatan mereka. 46 Kata ــظ zulum dalam ayat 68 surat al-Ankabut, mempunyai arti sebenarnya adalah penganiayaan, maksudnya adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Zulum merupakan suatu perbuatan tercela, bahkan besar dan kecilnya dosa ditentukan oleh besar kecilnya zulum. Semakin besar sasaran kezaliman, maka semakin besar pula dosa kezalimannya. Kezaliman terhadap Allah merupakan kezaliman yang paling besar. Ada tiga penekanan pada ayat ini tentang keburukan kaum musyrikin. Pertama, kata رــ ــفإ iftarâ, yang artinya mengada-ada, berbohong. Kedua, kebohongan yang dimaksud bukan kebohongan terhadap makhluk, tetapi terhadap 46 Muhammad Mutawali as- Sya’râwî, Tafsîr as-Sya‟râwî, jilid 9 Kairo: Akhbâr al-Yaum, t.t., h. 6234 Allah Swt.. Ketiga, kebohongan ini bukan kebohongan yang kecil tapi ــ ــ kadzibân atau kebohongan besar. 47 Dari uraian di atas, maka penulis berkesimpulan sebagai berikut: 1. Orang yang suka berdusta kepada Allah diancam dengan siksaan yang pedih, terutama ketika sakarat al-Maut dan menjadi penghuni neraka jahanam bersama orang munafik dan kafir selama-lamanya 2. Ada dua macam kedzaliman, yaitu: a. Membuat kedustaan terhadap Allah Swt. b. Menantang terhadap wahyu dengan membuat serupanya untuk menandingi al-Quran. 3. Pintu langit amal, usaha, doa, dan rohnya tidak dibukakan bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berlaku sombong terhadap-Nya. Selain pintu langit tidak dibukakan, Allah juga tidak akan memasukkan mereka ke dalam surga selama-lamanya. 4. Allah akan menutup hati mereka untuk kebenaran dan mereka selalu dinaungi oleh kemunafikan sampai mereka menemui Allah Swt. 5. Makhluk yang paling aniaya, paling dzalim adalah orang yang berdusta kepada Allah Swt. 47 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 10 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 543.

E. Sumpah Palsu

Hasil penelusuran penulis dalam kitab al- Mu‟jam al-Mufahras li al-Fâdz al- Qur‟an al-Karîm ditemukan beberapa bentuk kata yang mengandung makna sumpah. Namun untuk menghindari pembahasan yang berbelit-belit dan tidak mengarah kepada maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini, maka penulis perlu membatasi ayat-ayat sumpah ini yakni lebih menitikberatkan pada ayat-ayat yang berkenaan dengan dampak sumpah palsu, yang penulis ambil dari buku indeks alquran 48 dan dibantu juga dengan al-Quran digital versi 2.1 tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan balasan dari perbuatan dusta. 1. Tidak akan dilihat oleh Allah Swt. dalam QS. ali ‘Imrân3 Ayat 77                             “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji nya dengan Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian pahala di akhirat, dan Allah tidak akan berkata- kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak pula akan mensucikan mereka. bagi mereka azab yang pedih.” Asbabun Nuzul Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah bahwa ayat ini turun berkaitan dengan Huyai bin Akht ab, Ka’ab ibn al-Asyraf, dan orang-orang Yahudi lainnya yang menyembunyikan Taurat asli yang diturunkan oleh 48 Azharuddin Sahil, Indeks al-Quran; Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata Dalam Al-Quran Bandung: Mizan, 2007, cet. 1, h. 425-426. Allah. Lalu mereka mengubahnya dan bersumpah bahwa itu adalah dari Allah. 49 2. Membinasakan Diri Sendiri dan Allah yang menjadi saksi atas sumpah seseorang Dalam QS. at-Taubah9 Ayat 42, 107                          “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu Keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu Amat jauh terasa oleh mereka. mereka akan bersumpah dengan nama Allah: Jikalau Kami sanggup tentulah Kami berangkat bersama-samamu. mereka membinasakan diri mereka sendiri 50 dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar orang- orang yang berdusta.”                            “Dan di antara orang-orang munafik itu ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan pada orang-orang mukmin, untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. 51 Mereka sesungguhnya bersumpah: Kami tidak menghendaki selain kebaikan. dan Allah menjadi saksi bahwa Ses ungguhnya mereka itu adalah pendusta dalam sumpahnya.” 49 Jalâ luddin ‘Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyûti, Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl al-Riyâd: Maktabah al-Riyâd al-Haditsah, t.t., h. 47. 50 Maksudnya mereka akan binasa disebabkan sumpah mereka yang palsu. Lihat al- Quran digital versi 2.1 51 Yang dimaksudkan dengan orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu ialah seorang pendeta Nasrani bernama Abu Amir, yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dari Syiria untuk bersembahyang di masjid yang mereka dirikan itu, serta membawa tentara Romawi yang akan memerangi kaum muslimin. akan tetapi kedatangan Abu Amir ini tidak Jadi karena ia mati di Syiria. dan masjid yang didirikan kaum munafik itu diruntuhkan atas perintah Rasulullah s.a.w. berkenaan dengan wahyu yang diterimanya sesudah kembali dari perang Tabuk. Lihat al-Quran digital versi 2.1. Asbabun Nuzul Ayat 107 ini diturunkan kepada Bani Ghunum bin Auf dari suku Khazaj yang membangun masjid dhirar atas perintah pendeta Abu Amir sebagai ungkapan rasa dengki kepada Bani Amru bin Auf dar i suku ‘Aus yang telah membangun masjid Quba. Mereka meminta Nabi Saw. untuk shalat di dalamnya sebagaimana beliau telah shalat di masjid Quba’. Nabi meminta maaf tidak bisa shalat di sana sampai sekembalinya beliau dari perang tabuk. Maka kemudian ayat ini turun kepada beliau yang memberitahukan maksud didirikannya masjid dirar itu, dan memerintahkan kepada beliau untuk merobohkan serta membakar masjid itu. 52 Pada kata “ها ــ ــعــ ” janji dengan Allah dalam QS. ali Imran3 ayat 77, mempunyai dua kemungkinan. Pertama, janji fitrah. Kedua, janji yang diberikan kepada ahli kitab, yaitu mereka mengetahui kedatangan Nabi Saw dan akan menyatakan beriman kepadanya. Sebagaimana firman Allah Swt yang berbunyi, 53                                      “Dan ingatlah, ketika Allah mengambil Perjanjian dari Para nabi: Sungguh, apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan Hikmah kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman: Apakah kamu mengakui dan menerima 52 Jalâ luddin ‘Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyûti, Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl al-Riyâd: Maktabah al-Riyâd al-Haditsah, t.t., h. 242. Lihat juga: Wahbah Zuhaili, dkk. Ensiklopedia Al- Qur‟an. Penerjemah; Tim Kuwais Jakarta: Gema Insani, 2007, cet. I, h. 205. 53 Muhammad Mutawali as- Sya’râwî, Tafsîr as-Sya‟râwî, jilid 3 Kairo: Akhbâr al-Yaum, t.t., h. 1553