Mengolok-olok MACAM DAN DAMPAK BAHAYA LISAN DALAM AL-

membalas olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang- ambing dalam kesesatan mereka.” Asbabun Nuzul Diriwayatkan al-Wâhidî dan al- Tsa’labî dari jalur Muhammad ibn marwân dan al-Sady al-Saghîr dari al-Kalbi dari Abi Sâlih dari Ibn ‘Abbas, berkata bahwa ayat ini diturunkan berkaitan tentang ‘Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya yang pada suatu hari di saat mereka bertemu dengan beberapa sahabat Nabi SAW, ‘Abdullah bin Ubay berkata kepada teman-temannya: Lihatlah, bagaimana caranya aku mempermainkan mereka yang bodoh-bodoh itu Ia pun mendekat dan menjabat tangan Abu Bakar sambil berkata. Selamat penghulu Bani Taim dan Syaikhul Islam dan orang kedua beserta Rasulullah di gua Tsaur yang mengurbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah. Kemudian ia menjabat tangan Umar sambil berkata: Selamat penghulu Bani Adi bin Kab yang mendapat gelaran al-Fâruq, yang kuat memegang Agama Allah, yang mengurbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah. Kemudian ia menjabat tangan Ali bin Abi Thalib sambil berkata: Selamat saudara sepupu Rasulullah, mantunya, dan penghulu bani Hasyim sesudah Rasulullah. Setelah itu mereka berpisah dan berkatalah Abdullah bin Ubay kepada kawan-kawannya. Sebagaimana kamu lihat perbuatanku tadi, jika kamu bertemu dengan mereka, berbuatlah seperti apa yang telah kulakukan. Kawan-kawannya pun memuji-muji Abdullah bin Ubay. Setibanya Kaum Muslimin Abu Bakar, Umar dan Ali kepada Nabi Saw. mereka memberitahukan peristiwa tadi, maka turunlah ayat di atas. 25 2. Tidak memfungsikan akal dalam QS. al-Mâ’idah {5} ayat 58              “Dan apabila kamu menyeru mereka untuk mengerjakan sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal. ” 3. Neraka Jahanam dalam QS. al- Nisâ’{4} ayat 140                                     “Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan oleh orang-orang kafir, maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguhnya kalau kamu berbuat demikian, tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam .” 4. Balasan adzab yang tak bisa dihindarkan dalam QS. al-An ’âm6 Ayat 10               “Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa Rasul sebelum kamu, Maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan azab olok- olokan mereka”. 25 Jalâ luddin ‘Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyûti, Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl al-Riyâd: Maktabah al-Riyâd al-Haditsah, t.t., h. 7. Lihat juga: al-Quran digital versi 2.1 5. Ancaman adzab pedih dalam QS. at-Taubah {9} ayat 79                       “Orang-orang munafik itu Yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan mencela orang-orang yang tidak memperoleh untuk disedekahkan selain sekedar kesanggupannya, Maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih ”. Asbabun Nuzul al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam bâb al-Zakâh dari Ibnu Mas’ûd berkata, “Ketika turun ayat sedekah, kami memikul harta benda kami di atas punggung kami. Lalu datanglah seseorang yang menyedekahkan hartanya yang banyak. Dan orang-orang pun berkata, “Dia mau pamer”. Kemudian datang pula seseorang yang menyedekahkan satu s â‟ dan mereka berkata, “sungguh Allah tidak memerlukan sedekah orang i ni”. Maka turunlah ayat ini. 26 6. Adzab yang menghinakan dalam QS. Luqmân31 Ayat 6                     “Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan Perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan. Dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan ”. 26 Jalaluddin as-Suyuthi, Asbâb an-Nuzûl; Sebab Turunnya Ayat al-Quran, penerjemah Tim Abdul Hayyie Jakarta: Gema Insani, 2009, h. 295 Asbabun Nuzul Juwaibir meriwayatkan dari Ibnu Abbâs bahwa Ayat ini turun tentang al-Nasr ibn al-Harits yang membeli seorang budak wanita penyanyi. Setiap kali ia mendengar ada orang yang hendak masuk Islam, ia membawanya kepada penyanyinya itu dan berkata, “beri ia makan dan minum serta nyanyikan lagu untuknya. Ini lebih baik dari apa yang diserukan oleh Muhammad kepadamu: shalat puasa, dan berperang untuk membelanya.” Maka turunlah ayat ini. Jalaluddin as-Suyuthi mengutip dari al-Qurthubi, bahwa ayat ini turun tentang al-Nasr ibn al-Harits sebab ia membeli buku-buku bangsa asing yang berisi kisah-kisah tentang Rustum dan Spandiar dari Persia. Dia bangga dengan kandungan buku itu, sehingga ia mengundang orang untuk mendengarnya agar mereka berdalih dari alQuran. Dan kalau orang- orang Quraisy mengatakan bahwa Muhammad berkata ini-itu, dia tertawa lalu Ia mengatakan, “kisahku ini lebih baik daripada perkataan Muhammad.” Hal ini dituturkan oleh al-Kalbi. 27 7. Mengolok termasuk perbuatan dzhalim dalam QS. al-Hujurât {49} ayat 11                            27 Jalâ luddin ‘Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyûti, Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl al-Riyâd: Maktabah al-Riyâd al-Haditsah, t.t., h. 172. Lihat juga: M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran , vol. 11 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 114                 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki- laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri 28 dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk sesudah iman 29 dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang- orang yang zalim”. Asbabun Nuzul Dari Abu Jabir Ibn al-Dahâ k berkata, “Adakalanya seorang laki- laki memiliki dua atau tiga nama panggilan. Boleh jadi ia kemudian dipanggil dengan nama yang tidak disenanginya. Sebagai responnya, turunlah ayat, “...dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.... ”. Imam at-Tirmidzî menyatakan bahwa riwayat ini berkualitas hasan. Dalam riwayat lain dari Imam Ahmad yang juga dari Abu Jabirah disebutkan, ayat ini turun berkenaan dengan kami, Bani Salamah. Pada saat Nabi Saw. Sampai di Madinah, setiap laki-laki dari Bani Salamah memiliki dua atau tiga nama panggilan. Suatu ketika, Nabi saw. memanggil salah seorang dari mereka dengan nama tertentu, kemudian orang- orang berkata kepada Rasulullah, “wahai Rasulullah, sesungguhnya 28 Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karena orang-orang mukmin itu seperti satu tubuh. Lihat al-Quran digital versi 2.1 29 Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya. Lihat al-Quran digital versi 2.1 ia marah dengan panggilan tersebut.” Maka tidak lama kemudian turunlah ayat ini. 30 Dalam kitab lisân al- „Arabi kata “ء ـ ـ ــس ” yastahzi‟u terbentuk dari kata “ أ ـ – أ ــ ـسا ” tahazza‟a-istahjaa, yang di ambil dari kata “ أ ــ - أ ــ ــ - اء ـ ” haza‟a-yahja‟u-huz‟ân, yang artinya adalah “ ر ـس , ر سلا , ر سلا ” sakhira, al- Sukhriyah, al-Sukhriyyu, yaitu olok-olokan, ejekan atau ejekan yang menimbulkan tertawaan orang, atau bisa juga diartikan perkataan pedas yang menyakitkan hati. 31 Dalam ayat lain juga terdapat dua kata yang berbeda namun mempunyai arti yang sama, yaitu: kata “ئ ـــ ــسا” istuhzi‟a terbentuk dari kata “ أ ـ – أ ــ ـسا ” tahazza‟a-istahjaa, yang di ambil dari kata “ أ ــ - أ ــ ــ - اء ـ ” haza‟a-yahja‟u- huz‟ân, yang mengandung arti ejekan. Dan kata “ا رـ ــس” sakhirû terambil dari kata “ ر س - ر س - ر س - ة رـ ــس ” sukhratan-sikhriyyân-sukhriyyân-sukhriyah, yang mempunyai arti “ ئ ـ , ض ض ” huz‟u, dahiktu minhu wa dahiktu bih, yaitu ejekan yang menjadi bahan tertawaan orang atau bisa juga diartikan ejekan yang disertai pelecehan dan penghinaan terhadap yang dicemoohkan. 32 Maksud firman Allah Swt. Dalam QS. al-Baqarah2 ayat 15, “….Allah memperolok-olok mereka …”, ini merupakan pernyataan Allah terhadap orang munafik, bahwa Allah sendiri yang akan membalas mereka setimpal dengan apa yang mereka lakukan. Jika mereka memperolok-olok dengan berbagai sikap dan 30 Jalâ luddin ‘Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyûti, Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl al-Riyâd: Maktabah al-Riyâd al-Haditsah, t.t., h. 203. 31 Ibnu Manzûr, Lisân al- „Arabi, juz 15 Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, t.t., h. 84. 32 Ibnu Manzûr, Lisân al- „Arabi, juz 6 Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, t.t., h. 203. Lihat juga: M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 8 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 456. tingkah, maka Allah pun akan mengambil tindakan yang serupa dengan memperolok-olokan mereka. 33 Dalam hal ini perlu penulis garisbawahi, bahwa Allah akan membalas dengan tindakan serupa, bukan berarti Allah mengolok-olok mereka dengan perkataan-Nya. Kata memperolok-olok disini hanya merupakan majaz dari kata memperolok-olok sebelumnya, karena untuk mengisyaratkan bahwa sanksi itu setimpal dengan dosa yang mereka lakukan. Salah satu cara Allah Swt. memperolok-olok mereka adalah Allah membiarkan mereka terjerumus dalam kesesatan di dunia sehingga mereka tidak mampu sadar akan kesesatannya. Namun Allah tetap memperlakukan mereka sama dengan perlakuan Allah terhadap orang-orang beriman, tetapi di akhirat nanti mereka akan mendapatkan siksa yang amat pedih. Dalam QS. al-Nisa4 ayat 140, terdapat kata ا ض yang berarti masuk ke dalam sesuatu yang cair. Artinya seseorang yang terjerumus ke dalam ejekan atau olok-olokan mereka, maka ia tidak akan mendapatkan kebahagiaan, jalan kebahagiaan itu selalu tertutup karena terhalang oleh pembicaraan yang tidak pernah memberikan solusi terbaik. Hal ini diumpamakan ketika seseorang menepuk air sungai, maka air tersebut tidak membelah. Air itu langsung menyatu kembali tanpa ada kesempatan untuk membuat celahan atau belahan dari hasil tepukan seseorang. Inilah yang dimaksud dengan kata yakhûdû. 34 Kata “ ا إ إ” tentulah kamu serupa dengan mereka. Maksudnya, jika seseorang duduk bersama orang-orang yang sedang mengolok-olok, mencela 33 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 1 Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet. I, h. 110-111. 34 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 2 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 598. ayat- ayat Allah atau tentang syari’at Islam, maka ia termasuk ke dalam kelompok mereka, karena telah rela mendengar kebatilan dan kekufuran yang mereka ucapkan. 35 Akibatnya, Allah akan mengumpulkan mereka bersama-sama di dalam neraka jahanam. Inilah balasan orang yang suka menghina, mencela, memperolok-olok ayat-ayat Allah. Dalam QS. al-An’am6 ayat 10, Kata “ ــح” hâqa yang artinya menimpa, beberapa ulama tafsir ada yang memahaminya dalam arti “menjadi kepastian” yang tidak bisa dihindarkan. Namun, ada juga yang memahaminya dalam arti “meliputi”. Artinya apa yang menimpa mereka tidak hanya sentuhan atau siksa yang mengenai bagian tertentu dari diri mereka atau hanya mengenai sebagian dari mereka, tetapi siksa itu menimpa secara keseluruhan yang terlibat dalam olok-olok dan tidak satupun yang dapat lolos dari siksa-Nya. 36 Kata “ ــ لا ــل” lahw al-Hadîs dalam QS. Luqman31 ayat 6 adalah kalimat murakkab yang terdiri dari dua kata, yaitu lahw yang berakar dari fi‟il madi lahâ , yang mempunyai arti “بـعــ لا” al-La‟ib, yaitu permainan, bermain- main, senda gurau, tidak berguna atau bisa juga diartikan sembarangan. Sedangkan al-Hadîs diambil dari kata “ ح - - ح ” hadatsa, yahdutsu, hudûsân, yaitu omongan, perkataan, pembicaraan, obrolan, dan sejenisnya. 37 Dalam koneks ayat di atas, Allah sedang menjelaskan bahwa di antara manusia lainnya masih banyak yang menggunakan perkataaannya untuk hal-hal yang tidak berguna, main-main, sembarangan, untuk menyesatkan manusia 35 Muhammad Mutawali as- Sya’râwi, Tafsîr as-Sya‟râwi, jilid 5 Kairo: Akhbâr al-Yaum, t.t., h. 2730-2731 36 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 4 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 27 37 Ibnu Manzûr, Lisân al- „Arabi, juz 3 dan 12 Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, t.t., h. 75 dan 347. Lihat juga: Departemen agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya edisi yang disempurnakan , jilid 7 Jakarta: Departemen agama RI, 2004, h. 537 lainnya dari jalan Allah Swt. Kebanyakan mereka menggunakan perkataannya dengan tidak dilandasi pengetahuan yang benar sehingga menyebabkan ajaran Allah Swt dijadikan bahan olok-olokan. 38 Kata “ا ــ ــ ” dalam QS. al-Hujurat49 ayat 11 ini terambil dari kata “ ــ ــ لا” . Quraish Shihab mengutip dari Ibnu ‘Asyur, mengartikan dengan arti ejekan yang langsung dihadapkan kepada yang diejek, baik dengan isyarat, bibir, tangan atau kata-kata yang dipahami sebagai ejekan atau ancaman. Berbeda dengan kata “ا ــ ” tanâbazû saling memberi gelar buruk yang terbentuk dari kata “ ـبــ ــلا” al-Nabzu gelar buruk dan diambil dari kata “ ـبـ ” nabadza, yang artinya membuang. Namun dalam lisân al- „Arabi kata “ ـبـ ” nabadza diartikan “ أ ئــشلا حرط , عـ لا سجأا ف لا ع ل ”, yaitu melemparkan atau mengutarakan kejelekan seseorang tentang kedudukannya, baik dihadapannya ataupun dibelakangnya. Dan bisa juga diartikan dengan melakukan perbuatan ataupun dengan perkataan tentang yang ada pada dirinya. 39 Ada tiga kandungan yang terdapat pada kalimat “ ا ــ أ ا ل ـ ــ س ”, yaitu: a. Janganlah mengejek orang lain, karena mereka sama dengan dirimu sendiri, ejekanmu terhadap mereka berarti ejekan terhadap dirimu sendiri. b. Jangan mengejek orang lain, karena ejekan itu dapat mengundang yang diejek untuk mengejek kamu pula 38 Departemen agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya edisi yang disempurnakan, jilid 7 Jakarta: Departemen agama RI, 2004, h. 537 39 Ibnu Manzûr, Lisân al- „Arabi, juz 14 Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, t.t., h. 18- 19. Lihat juga: Sahabuddin, dkk, ed., Ensiklopedia Al-Quran; Kajian Kosakata, vol. I Jakarta: Lentera Hati, 2007, cet. I, h. 278. Lihat juga, M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran , vol. 13 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 251-252. c. Jangan mengejek dirimu sendiri, dengan jalan melakukan suatu perbuatan yang mengundang orang lain menertawakan dan mengejekmu. Dari uraian di atas, maka penulis berkesimpulan sebagai berikut: 1. Bagi orang yang suka mengolok-olok orang mukmin, mukminat, dll,. maka Allah akan membalas olok-olokan mereka dengan cara menyesatkan mereka di dunia dan adzab yang pedih. 2. Mengolok-olok orang lain dianggap tidak mempunyai akal. 3. Orang yang sudah terjerumus dalam perkumpulan tersebut, maka termasuk dalam golongan mereka, yaitu golongan orang-orang munafik dan orang-orang kafir. 4. Ancaman bagi orang yang suka mengolok-olok agama Allah adalah di masukkan ke dalam neraka jahanam bersama orang-orang munafik dan orang-orang kafir 5. Siapa pun yang mengolok-olok, maka akan mendapatkan balasan berupa adzab dari Allah Swt. 6. Mengejek orang lain baik dengan perkatan, perbuatan atau isyarat sekalipun, berarti sama saja mengejek diri sendiri 7. Siapa saja yang tidak bertaubat dari kesalahan-kesalahan di atas, maka mereka termasuk golongan orang yang dzalim.

D. Dusta atau Bohong

Hasil penelusuran penulis dalam kitab al- Mu‟jam al-Mufahras li al-Fâz al- Qur‟an al-Karîm ditemukan banyak sekali bentuk kata yang mengandung makna dusta. Namun untuk menghindari pembahasan yang berbelit-belit dan tidak mengarah kepada maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini, maka penulis perlu membatasi ayat-ayat dusta ini yakni lebih menitikberatkan pada ayat-ayat yang berkenaan dengan balasan dari dusta itu sendiri, yang penulis ambil dari buku indeks alquran 40 dan dibantu juga dengan al-Quran digital versi 2.1 tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan balasan dari perbuatan dusta. 1. Dosa Yang Nyata Dalam QS. al-Nisâ’4 Ayat 50             “Perhatikanlah, betapa mereka mengada-adakan dusta terhadap Allah? dan cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata bagi mereka”. 2. Siksa Yang Sangat Menghinakan Dalam QS. al-An’âm6 Ayat 93                                                     “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: Telah diwahyukan kepada saya, Padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. 40 Azharuddin Sahil, Indeks al-Quran; Panduan Mudah Mencari Ayat dan Kata Dalam Al-Quran Bandung: Mizan, 2007, cet. 1, h. 178 Alangkah dahsyatnya Sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang Para Malaikat memukul dengan tangannya, sambil berkata: Keluarkanlah nyawamu di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah perkataan yang tidak benar dan karena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya. ” Asbabun Nuzul Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah mengenai firman- Nya, “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: Telah diwahyukan kepada saya ......”. Ia berkata, Ayat ini turun berkenaan dengan Musailamah, sedangkan ayat, “....dan orang yang berkata, Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah..... turun berkenaan dengan Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh. Dia dahulu menulis surat kepada Nabi Saw., berisi ungkapan “„Azîzun hakîm”, lalu Nabi Saw. membalas surahnya dan berisi ungkapan “ghafûrun rahîm”. Tatkala surat balasan itu dibacakan kepadanya, dia berkata, “ya, sama saja”. Maka dia pun keluar dari Islam dan bergabung dengan orang-orang kafir Quraisy. Al-Suddi meriwayatkan hal senada dan ia menambahkan bahwa Abdullah ini berkata, “kalau Muhammad diberi wahyu, akupun diberi wahyu. Kalau Allah menurunkan wahyu kepadanya, akupun menerima seperti apa yang diturunkan Allah itu, Muhammad berkata, “samî‟ân „alîmân”, akupun berkata, ‘alîmân hakîmân.” 41 41 Jalâluddin ‘Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyûti, Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl al-Riyâd: Maktabah al-Riyâd al-Haditsah, t.t., h. 101. 3. Kekal Di Dalam Neraka dan Tidak Akan Masuk Surga Dalam QS. al- A’râf7 Ayat 36, 40              “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.                          “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. ” 4. Kemunafikan Dalam Hati Dalam QS. at-Taubah9 Ayat 77                 “Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta. ” 5. Disegerakan Masuk Ke Neraka Dalam QS. al-Nahl16 Ayat 62.                    “Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, Yaitu bahwa Sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. Tiadalah