Mengolok-olok MACAM DAN DAMPAK BAHAYA LISAN DALAM AL-
membalas olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang- ambing dalam kesesatan mereka.”
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan al-Wâhidî dan al- Tsa’labî dari jalur Muhammad ibn
marwân dan al-Sady al-Saghîr dari al-Kalbi dari Abi Sâlih dari Ibn ‘Abbas, berkata bahwa ayat ini diturunkan berkaitan tentang ‘Abdullah bin
Ubay dan kawan-kawannya yang pada suatu hari di saat mereka bertemu dengan beberapa sahabat Nabi SAW,
‘Abdullah bin Ubay berkata kepada teman-temannya: Lihatlah, bagaimana caranya aku mempermainkan
mereka yang bodoh-bodoh itu Ia pun mendekat dan menjabat tangan Abu Bakar sambil berkata. Selamat penghulu Bani Taim dan Syaikhul
Islam dan orang kedua beserta Rasulullah di gua Tsaur yang mengurbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah. Kemudian ia
menjabat tangan Umar sambil berkata: Selamat penghulu Bani Adi bin Kab yang mendapat gelaran al-Fâruq, yang kuat memegang Agama Allah,
yang mengurbankan jiwa dan harta bendanya untuk Rasulullah. Kemudian ia menjabat tangan Ali bin Abi Thalib sambil berkata: Selamat
saudara sepupu Rasulullah, mantunya, dan penghulu bani Hasyim sesudah Rasulullah. Setelah itu mereka berpisah dan berkatalah Abdullah bin
Ubay kepada kawan-kawannya. Sebagaimana kamu lihat perbuatanku tadi, jika kamu bertemu dengan mereka, berbuatlah seperti apa yang telah
kulakukan. Kawan-kawannya pun memuji-muji Abdullah bin Ubay.
Setibanya Kaum Muslimin Abu Bakar, Umar dan Ali kepada Nabi Saw. mereka memberitahukan peristiwa tadi, maka turunlah ayat di atas.
25
2. Tidak memfungsikan akal dalam QS. al-Mâ’idah {5} ayat 58
“Dan apabila kamu menyeru mereka untuk mengerjakan sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang
demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.
” 3.
Neraka Jahanam dalam QS. al- Nisâ’{4} ayat 140
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari
dan diperolok-olokkan oleh orang-orang kafir, maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain.
karena Sesungguhnya kalau kamu berbuat demikian, tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua
orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam
.”
4.
Balasan adzab yang tak bisa dihindarkan dalam QS. al-An ’âm6 Ayat 10
“Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa Rasul sebelum kamu, Maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara
mereka balasan azab olok- olokan mereka”.
25
Jalâ luddin ‘Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyûti, Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl
al-Riyâd: Maktabah al-Riyâd al-Haditsah, t.t., h. 7. Lihat juga: al-Quran digital versi 2.1
5. Ancaman adzab pedih dalam QS. at-Taubah {9} ayat 79
“Orang-orang munafik itu Yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan
mencela orang-orang yang tidak memperoleh untuk disedekahkan selain sekedar kesanggupannya, Maka orang-orang munafik itu menghina
mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih
”.
Asbabun Nuzul
al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam bâb al-Zakâh dari Ibnu Mas’ûd berkata, “Ketika turun ayat sedekah, kami memikul harta
benda kami di atas punggung kami. Lalu datanglah seseorang yang menyedekahkan hartanya yang banyak. Dan orang-orang pun berkata,
“Dia mau pamer”. Kemudian datang pula seseorang yang menyedekahkan satu s
â‟ dan mereka berkata, “sungguh Allah tidak memerlukan sedekah orang i
ni”. Maka turunlah ayat ini.
26
6. Adzab yang menghinakan dalam QS. Luqmân31 Ayat 6
“Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan Perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan
Allah tanpa pengetahuan. Dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan
”.
26
Jalaluddin as-Suyuthi, Asbâb an-Nuzûl; Sebab Turunnya Ayat al-Quran, penerjemah Tim Abdul Hayyie Jakarta: Gema Insani, 2009, h. 295
Asbabun Nuzul
Juwaibir meriwayatkan dari Ibnu Abbâs bahwa Ayat ini turun tentang al-Nasr ibn al-Harits yang membeli seorang budak wanita
penyanyi. Setiap kali ia mendengar ada orang yang hendak masuk Islam, ia membawanya kepada penyanyinya itu dan berkata, “beri ia makan dan
minum serta nyanyikan lagu untuknya. Ini lebih baik dari apa yang diserukan oleh Muhammad kepadamu: shalat puasa, dan berperang untuk
membelanya.” Maka turunlah ayat ini.
Jalaluddin as-Suyuthi mengutip dari al-Qurthubi, bahwa ayat ini turun tentang al-Nasr ibn al-Harits sebab ia membeli buku-buku bangsa
asing yang berisi kisah-kisah tentang Rustum dan Spandiar dari Persia. Dia bangga dengan kandungan buku itu, sehingga ia mengundang orang
untuk mendengarnya agar mereka berdalih dari alQuran. Dan kalau orang- orang Quraisy mengatakan bahwa Muhammad berkata ini-itu, dia tertawa
lalu Ia mengatakan, “kisahku ini lebih baik daripada perkataan Muhammad.” Hal ini dituturkan oleh al-Kalbi.
27
7. Mengolok termasuk perbuatan dzhalim dalam QS. al-Hujurât {49} ayat 11
27
Jalâ luddin ‘Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyûti, Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl
al-Riyâd: Maktabah al-Riyâd al-Haditsah, t.t., h. 172. Lihat juga: M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran
, vol. 11 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 114
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki- laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri
28
dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah
panggilan yang buruk sesudah iman
29
dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-
orang yang zalim”.
Asbabun Nuzul
Dari Abu Jabir Ibn al-Dahâ k berkata, “Adakalanya seorang laki-
laki memiliki dua atau tiga nama panggilan. Boleh jadi ia kemudian dipanggil dengan nama yang tidak disenanginya. Sebagai responnya,
turunlah ayat, “...dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar
yang buruk.... ”. Imam at-Tirmidzî menyatakan bahwa riwayat ini
berkualitas hasan. Dalam riwayat lain dari Imam Ahmad yang juga dari Abu Jabirah
disebutkan, ayat ini turun berkenaan dengan kami, Bani Salamah. Pada saat Nabi Saw. Sampai di Madinah, setiap laki-laki dari Bani Salamah
memiliki dua atau tiga nama panggilan. Suatu ketika, Nabi saw. memanggil salah seorang dari mereka dengan nama tertentu, kemudian
orang- orang berkata kepada Rasulullah, “wahai Rasulullah, sesungguhnya
28
Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karena orang-orang mukmin itu seperti satu tubuh. Lihat al-Quran digital versi 2.1
29
Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan
sebagainya. Lihat al-Quran digital versi 2.1
ia marah dengan panggilan tersebut.” Maka tidak lama kemudian turunlah ayat ini.
30
Dalam kitab lisân al-
„Arabi kata “ء ـ ـ ــس ” yastahzi‟u terbentuk dari kata
“ أ ـ
– أ ــ ـسا
” tahazza‟a-istahjaa, yang di ambil dari kata “ أ ــ
- أ ــ ــ
- اء ـ
” haza‟a-yahja‟u-huz‟ân, yang artinya adalah “
ر ـس ,
ر سلا ,
ر سلا
” sakhira, al- Sukhriyah, al-Sukhriyyu,
yaitu olok-olokan, ejekan atau ejekan yang menimbulkan tertawaan orang, atau bisa juga diartikan perkataan pedas yang menyakitkan
hati.
31
Dalam ayat lain juga terdapat dua kata yang berbeda namun mempunyai
arti yang sama, yaitu: kata “ئ ـــ ــسا” istuhzi‟a terbentuk dari kata “ أ ـ
– أ ــ ـسا
” tahazza‟a-istahjaa, yang di ambil dari kata “
أ ــ -
أ ــ ــ -
اء ـ ” haza‟a-yahja‟u-
huz‟ân, yang mengandung arti ejekan. Dan kata “ا رـ ــس” sakhirû terambil dari
kata “ ر س
- ر س
- ر س
- ة رـ ــس
” sukhratan-sikhriyyân-sukhriyyân-sukhriyah, yang mempunyai arti “
ئ ـ ,
ض ض
” huz‟u, dahiktu minhu wa dahiktu bih, yaitu ejekan yang menjadi bahan tertawaan orang atau bisa juga diartikan ejekan
yang disertai pelecehan dan penghinaan terhadap yang dicemoohkan.
32
Maksud firman Allah Swt. Dalam QS. al-Baqarah2 ayat 15, “….Allah
memperolok-olok mereka …”, ini merupakan pernyataan Allah terhadap orang
munafik, bahwa Allah sendiri yang akan membalas mereka setimpal dengan apa yang mereka lakukan. Jika mereka memperolok-olok dengan berbagai sikap dan
30
Jalâ luddin ‘Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyûti, Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl
al-Riyâd: Maktabah al-Riyâd al-Haditsah, t.t., h. 203.
31
Ibnu Manzûr, Lisân al- „Arabi, juz 15 Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, t.t., h. 84.
32
Ibnu Manzûr, Lisân al- „Arabi, juz 6 Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, t.t., h. 203.
Lihat juga: M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 8 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 456.
tingkah, maka Allah pun akan mengambil tindakan yang serupa dengan memperolok-olokan mereka.
33
Dalam hal ini perlu penulis garisbawahi, bahwa Allah akan membalas dengan tindakan serupa, bukan berarti Allah mengolok-olok mereka dengan
perkataan-Nya. Kata memperolok-olok disini hanya merupakan majaz dari kata memperolok-olok sebelumnya, karena untuk mengisyaratkan bahwa sanksi itu
setimpal dengan dosa yang mereka lakukan. Salah satu cara Allah Swt. memperolok-olok mereka adalah Allah
membiarkan mereka terjerumus dalam kesesatan di dunia sehingga mereka tidak mampu sadar akan kesesatannya. Namun Allah tetap memperlakukan mereka
sama dengan perlakuan Allah terhadap orang-orang beriman, tetapi di akhirat nanti mereka akan mendapatkan siksa yang amat pedih.
Dalam QS. al-Nisa4 ayat 140, terdapat kata
ا ض
yang berarti masuk ke dalam sesuatu yang cair. Artinya seseorang yang terjerumus ke dalam ejekan
atau olok-olokan mereka, maka ia tidak akan mendapatkan kebahagiaan, jalan kebahagiaan itu selalu tertutup karena terhalang oleh pembicaraan yang tidak
pernah memberikan solusi terbaik. Hal ini diumpamakan ketika seseorang menepuk air sungai, maka air tersebut tidak membelah. Air itu langsung menyatu
kembali tanpa ada kesempatan untuk membuat celahan atau belahan dari hasil tepukan seseorang. Inilah yang dimaksud dengan kata yakhûdû.
34
Kata “ ا إ إ” tentulah kamu serupa dengan mereka. Maksudnya,
jika seseorang duduk bersama orang-orang yang sedang mengolok-olok, mencela
33
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 1 Jakarta: Lentera Hati, 2002, cet. I, h. 110-111.
34
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 2 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 598.
ayat- ayat Allah atau tentang syari’at Islam, maka ia termasuk ke dalam kelompok
mereka, karena telah rela mendengar kebatilan dan kekufuran yang mereka ucapkan.
35
Akibatnya, Allah akan mengumpulkan mereka bersama-sama di dalam neraka jahanam. Inilah balasan orang yang suka menghina, mencela,
memperolok-olok ayat-ayat Allah. Dalam QS. al-An’am6 ayat 10,
Kata “ ــح” hâqa yang artinya
menimpa, beberapa ulama tafsir ada yang memahaminya dalam arti “menjadi kepastian” yang tidak bisa dihindarkan. Namun, ada juga yang memahaminya
dalam arti “meliputi”. Artinya apa yang menimpa mereka tidak hanya sentuhan atau siksa yang mengenai bagian tertentu dari diri mereka atau hanya mengenai
sebagian dari mereka, tetapi siksa itu menimpa secara keseluruhan yang terlibat dalam olok-olok dan tidak satupun yang dapat lolos dari siksa-Nya.
36
Kata
“ ــ لا ــل” lahw al-Hadîs dalam QS. Luqman31 ayat 6 adalah
kalimat murakkab yang terdiri dari dua kata, yaitu lahw yang berakar dari fi‟il
madi lahâ , yang mempunyai arti
“بـعــ لا” al-La‟ib, yaitu permainan, bermain-
main, senda gurau, tidak berguna atau bisa juga diartikan sembarangan. Sedangkan al-Hadîs
diambil dari kata “ ح
- -
ح ” hadatsa, yahdutsu,
hudûsân, yaitu omongan, perkataan, pembicaraan, obrolan, dan sejenisnya.
37
Dalam koneks ayat di atas, Allah sedang menjelaskan bahwa di antara manusia lainnya masih banyak yang menggunakan perkataaannya untuk hal-hal
yang tidak berguna, main-main, sembarangan, untuk menyesatkan manusia
35
Muhammad Mutawali as- Sya’râwi, Tafsîr as-Sya‟râwi, jilid 5 Kairo: Akhbâr al-Yaum,
t.t., h. 2730-2731
36
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, vol. 4 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 27
37
Ibnu Manzûr, Lisân al- „Arabi, juz 3 dan 12 Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, t.t.,
h. 75 dan 347. Lihat juga: Departemen agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya edisi yang disempurnakan
, jilid 7 Jakarta: Departemen agama RI, 2004, h. 537
lainnya dari jalan Allah Swt. Kebanyakan mereka menggunakan perkataannya dengan tidak dilandasi pengetahuan yang benar sehingga menyebabkan ajaran
Allah Swt dijadikan bahan olok-olokan.
38
Kata “ا ــ ــ ” dalam QS. al-Hujurat49 ayat 11 ini terambil dari kata “ ــ ــ لا”
. Quraish Shihab mengutip dari Ibnu ‘Asyur, mengartikan dengan arti
ejekan yang langsung dihadapkan kepada yang diejek, baik dengan isyarat, bibir, tangan atau kata-kata yang dipahami sebagai ejekan atau ancaman. Berbeda
dengan kata
“ا ــ ” tanâbazû
saling memberi gelar buruk yang terbentuk dari kata
“ ـبــ ــلا” al-Nabzu gelar buruk dan diambil dari kata “ ـبـ ” nabadza, yang
artinya membuang. Namun dalam lisân al-
„Arabi kata “ ـبـ ” nabadza diartikan
“ أ ئــشلا حرط
, عـ لا سجأا ف لا ع ل
”, yaitu melemparkan atau mengutarakan kejelekan seseorang tentang kedudukannya, baik
dihadapannya ataupun dibelakangnya. Dan bisa juga diartikan dengan melakukan perbuatan ataupun dengan perkataan tentang yang ada pada dirinya.
39
Ada tiga kandungan yang terdapat pada kalimat “
ا ــ
أ ا ل ـ
ــ س
”, yaitu: a.
Janganlah mengejek orang lain, karena mereka sama dengan dirimu sendiri, ejekanmu terhadap mereka berarti ejekan terhadap dirimu
sendiri. b.
Jangan mengejek orang lain, karena ejekan itu dapat mengundang yang diejek untuk mengejek kamu pula
38
Departemen agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya edisi yang disempurnakan, jilid 7 Jakarta: Departemen agama RI, 2004, h. 537
39
Ibnu Manzûr, Lisân al- „Arabi, juz 14 Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, t.t., h. 18-
19. Lihat juga: Sahabuddin, dkk, ed., Ensiklopedia Al-Quran; Kajian Kosakata, vol. I Jakarta: Lentera Hati, 2007, cet. I, h. 278. Lihat juga, M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbâh; Pesan, Kesan
dan Keserasian al-Quran , vol. 13 Jakarta: Lentera Hati, 2002 , cet. I, h. 251-252.
c. Jangan mengejek dirimu sendiri, dengan jalan melakukan suatu
perbuatan yang mengundang orang lain menertawakan dan mengejekmu.
Dari uraian di atas, maka penulis berkesimpulan sebagai berikut: 1.
Bagi orang yang suka mengolok-olok orang mukmin, mukminat, dll,. maka Allah akan membalas olok-olokan mereka dengan cara
menyesatkan mereka di dunia dan adzab yang pedih. 2.
Mengolok-olok orang lain dianggap tidak mempunyai akal. 3.
Orang yang sudah terjerumus dalam perkumpulan tersebut, maka termasuk dalam golongan mereka, yaitu golongan orang-orang
munafik dan orang-orang kafir. 4.
Ancaman bagi orang yang suka mengolok-olok agama Allah adalah di masukkan ke dalam neraka jahanam bersama orang-orang munafik dan
orang-orang kafir 5.
Siapa pun yang mengolok-olok, maka akan mendapatkan balasan berupa adzab dari Allah Swt.
6. Mengejek orang lain baik dengan perkatan, perbuatan atau isyarat
sekalipun, berarti sama saja mengejek diri sendiri 7.
Siapa saja yang tidak bertaubat dari kesalahan-kesalahan di atas, maka mereka termasuk golongan orang yang dzalim.