Sumpah Palsu MACAM DAN DAMPAK BAHAYA LISAN DALAM AL-

Asbabun Nuzul Ayat 107 ini diturunkan kepada Bani Ghunum bin Auf dari suku Khazaj yang membangun masjid dhirar atas perintah pendeta Abu Amir sebagai ungkapan rasa dengki kepada Bani Amru bin Auf dar i suku ‘Aus yang telah membangun masjid Quba. Mereka meminta Nabi Saw. untuk shalat di dalamnya sebagaimana beliau telah shalat di masjid Quba’. Nabi meminta maaf tidak bisa shalat di sana sampai sekembalinya beliau dari perang tabuk. Maka kemudian ayat ini turun kepada beliau yang memberitahukan maksud didirikannya masjid dirar itu, dan memerintahkan kepada beliau untuk merobohkan serta membakar masjid itu. 52 Pada kata “ها ــ ــعــ ” janji dengan Allah dalam QS. ali Imran3 ayat 77, mempunyai dua kemungkinan. Pertama, janji fitrah. Kedua, janji yang diberikan kepada ahli kitab, yaitu mereka mengetahui kedatangan Nabi Saw dan akan menyatakan beriman kepadanya. Sebagaimana firman Allah Swt yang berbunyi, 53                                      “Dan ingatlah, ketika Allah mengambil Perjanjian dari Para nabi: Sungguh, apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan Hikmah kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman: Apakah kamu mengakui dan menerima 52 Jalâ luddin ‘Abdurrahman ibn Abu Bakar al-Suyûti, Lubâb al-Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl al-Riyâd: Maktabah al-Riyâd al-Haditsah, t.t., h. 242. Lihat juga: Wahbah Zuhaili, dkk. Ensiklopedia Al- Qur‟an. Penerjemah; Tim Kuwais Jakarta: Gema Insani, 2007, cet. I, h. 205. 53 Muhammad Mutawali as- Sya’râwî, Tafsîr as-Sya‟râwî, jilid 3 Kairo: Akhbâr al-Yaum, t.t., h. 1553 perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu? mereka menjawab: Kami mengakui. Allah berfirman: Kalau begitu saksikanlah hai Para Nabi dan aku menjadi saksi pula bersama kamu. ” Jadi, sifat dusta dilekatkan pada diri mereka ketika menyatakan beriman, lalu keimanan mereka ditukar dengan makanan dan pakaian. Perbuatan ini berarti mereka telah meninggalkan janji Allah. Karena itu Allah berfirman, “mereka itu tidak mendapat bagian pahala di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak pula akan mensu cikan mereka. Bagi mereka siksa yang pedih.” Kata ـل أ ini kembali kepada kalimat ر ـش ـ لا إ ... , artinya ayat ini ditujukan tidak hanya kepada mereka yang membeli ayat-ayat Allah Swt., namun juga berlaku untuk mereka yang menyatakan keimanan kepada Rasul Saw kemudian mengingkarinya. Dan ayat ini berlaku juga bagi seluruh manusia di setiap waktu. 54 Maksud dari kalimat “dan Allah tidak akan berkata-berkata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat” adalah bahwa Allah tidak akan memperdulikan mereka, dan Allah menjauhkan mereka dari rahmat dan ridha-Nya, dan Allah tidak mau membersihkan dosa-dosanya. Maka akibatnya mereka mendapatkan ganjaran yang setimpal. 55 Orang-orang munafik mengira bahwa sumpah palsu yang mereka ucapkan menguntungkan bagi mereka dan dapat menutupi sifat kemunafikan mereka, padahal perbuatan ini hanya mencelakakan diri mereka sendiri, yaitu secara tidak 54 Muhammad Mutawali as- Sya’râwî, Tafsîr as-Sya‟râwî, jilid 3 Kairo: Akhbâr al-Yaum, t.t., h. 1554 55 Muhammad Mutawali as- Sya’râwî, Tafsîr as-Sya‟râwî, jilid 3 Kairo: Akhbâr al-Yaum, t.t., h. 1554 langsung mereka telah memasukkan diri sendiri dalam kebinasaan. Sumpah palsu termasuk salah satu dosa besar sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda: 56 “Bercerita kepadaku Muhammad ibn Basyâr, bercerita Muhammad ibn Ja’far, bercerita Syu’bah dari Firâs dari as-Sya’bî dari ‘Abdullah ibn ‘Amru dari Nabi Saw. bersabda: Dosa besar itu adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua or ang tua, membunuh diri seseorang, dan bersumpah palsu.” Dari uraian di atas, maka penulis berkesimpulan sebagai berikut: 1. Allah langsung yang menjadi saksi terhadap sumpah palsu mereka. 2. Seseorang yang sengaja mengingkari sumpahnya, janjinya akan mendapatkan murka dari Allah Swt dan mendapatkan siksa yang berat. 3. Ada empat hukuman yang diberikan Allah Swt. kepada orang yang suka mengingkari janji dan sumpahnya, yaitu: a. Allah tidak akan memberi rahmat dan ridha kepadanya b. Allah tidak akan memperdulikan mereka pada hari kiamat. c. Allah tidak akan menghapus dosa-dosanya. d. Allah memberikan siksa yang pedih. 4. Perbuatan ini termasuk perbuatan yang harus di jauhi karena merupakan dosa besar. 56 ‘Abdullâh Muhammad ibn Ismâ’îl al-Bukhârî, Matan al-Bukhârî Masykûl, jilid 4 Beirut: Dâr al-Fikr, t.t, h.186

BAB IV MENCEGAH BAHAYA LISAN

A. Metode Pencegahan

Dalam bab sebelumnya penulis telah memaparkan tentang pengertian lisan dan ayat-ayat yang berkaitan dengan bahaya lisan. Sedangkan dalam bab ini penulis menjelaskan tentang hal yang mendasar dan sangat penting dalam upaya mencegah atau mengobati penyakit ini serta manfaatnya dalam al-Quran dan hadis. Al- Qur’an adalah obat penawar atas segala penyakit, baik yang ada pada dada manusia maupun yang ada pada lisan manusia. Sebagaimana firman Allah Swt. yang berbunyi,                “Dan kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang- orang yang zalim selain kerugian.” QS. al-Isra’17: 72 Di dalam al-Quran terdapat ayat-ayat tentang mencegah, mengobati penyakit lisan. Dan ini juga bisa dijadikan sebagai pengobatan dalam Islam untuk menyembuhkan semua aspek psikopatologi yang bersifat khusus berdasarkan nilai-nilai agama. Di antaranya sebagai berikut:

1. Membaca al-Quran

               “Dan kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang- orang yang zalim selain kerugian.” QS. al-Isra’17: 72 63 Allah Swt. mengabarkan tentang kitab-Nya yang diturunkan kepada Rasul- Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Al-Qur`an yang tidak terdapat kebatilan di dalamnya baik dari sisi depan maupun belakang yang diturunkan dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji bahwa sesungguhnya Al-Qur`an itu merupakan penyembuh dan rahmat bagi kaum mukminin, yaitu menghilangkan segala hal berupa keraguan kemunafikan, kesyirikan, penyimpangan dan penyelisihan yang terdapat dalam hati. Al-Qur`an-lah yang menyembuhkan itu semua. Di samping itu, al-Quran merupakan rahmat yang membuahkan keimanan yang selalu mendorong untuk melakukan kebaikan. Hal ini tidaklah didapatkan kecuali oleh orang yang mengimani, membenarkan serta mengikutinya. Bagi orang yang seperti ini Al-Qur`an akan menjadi penyembuh dan rahmat. Adapun orang kafir yang mendzalimi dirinya sendiri maka tatkala mendengarkan Al-Qur`an tidaklah bertambah baginya melainkan semakin jauh dan semakin kufur. Sebab ini ada pada orang kafir itu sendiri, bukan pada Al-Qur`annya. Seperti firman Allah Swt, ...                         “... “Katakanlah, Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang- orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah seperti yang dipanggil dari tempat yang jauh”. QS, fussilat41: 44 Membaca Al- Qur’an merupakan ibadah yang paling utama dan dicintai Allah. Dalam hal ini para ulama sepakat, bahwa hukum membaca Al- Qur’an adalah wajib ‘ain. Artinya setiap individu yang mengaku dirinya muslim harus mampu baca Al- Qur’an dengan baik dan benar. Kalau tidak, maka ia berdosa.

2. Melakukan shalat malam

                 “ Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang pagi dan petang dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan- perbuatan yang baik itu menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang- orang yang ingat.” QS. Hûd11: 114 Shalat malam atau yang biasa disebut dengan shalat tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu. Shalat malam merupakan shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan karena dengan mengerjakan shalat ini seseorang dapat terjaga dari setiap bahaya yang ada. Ada sembilan keutamaan shalat malam bila dikerjakan dengan sungguh-sungguh, antara lain : 1 1. Dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana. 2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya. 3. Dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh semua manusia. 4. Lisannya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah. 5. Dijadikan orang bijaksana yang diberi pemahaman dalam agama. 6. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti. 7. Mendapat keringanan ketika di hisab. 8. Dapat melewati jembatan shirotol mustaqim dengan sangat cepat. 9. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan. 1 http:tahajudcallmq.wordpress.com20070820“-keutamaan-shalat-tahajud-”. Di akses pada tanggal 27 Desember 2011