Pengertian Lisan 1. Lisan Menurut Bahasa

Muhammad Saw. agar tidak membuat kebohongan dengan lisannya tentang hukum halal dan haram dengan tidak berlandaskan pada pikiran sehat dan wahyu agama. 1.3. Lisan sebagai bahasa atau ucapan yang berfungsi mentransformasikan pikiran seorang pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca. Lisan yang bermakna ucapan ditemukan dalam ungkapan Nabi Musa yang menyatakan bahwa Harun, saudaranya yang mampu berbicara secara fasih, seperti dalam QS. Al-Qasas [28] ayat 34, yang berbunyi:                 “Dan saudaraku Harun Dia lebih fasih lidahnya daripadaku, 3 Maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataanku. Sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku. 1.4. Lisan sebagai citra atau kesan baik. Kata lisan mencerminkan demikian jika disandingkan setelahnya dengan kata sidqin, seperti dalam QS. Maryam [19] ayat 50 dan asy- Syu’ara [26] ayat 84, yang berbunyi :           “Dan kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan kami jadikan mereka b uah tutur yang baik lagi tinggi”.        “Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian ”. 3 Nabi Musa a.s. selain merasa takut kepada Firaun juga merasa dirinya kurang lancar berbicara menghadapi Firaun. Maka dimohonkannya agar Allah mengutus Harun a.s. bersamanya, yang lebih fasih lidahnya. Lihat al-Quran digital versi 2.1 Pada ayat yang pertama dinyatakan Nabi Ibrahim dan keturunannya diberikan kesan dan pujian baik dari orang lain karena ketegarannya memperjuangkan ajaran tauhid. Sedangkan pada ayat kedua, diungkapkan doa Nabi Ibrahim agar ia dijadikan kenangan yang baik bagi orang setelahnya. 1.5. Lisan sebagai do’a, seperti dalam QS. Al-Mâidah [5] ayat 78, yang berbunyi :                    “Telah dilanati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas ”. 2. Lisan Menurut Istilah Lisan adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lisan berada di dalam mulut manusia, dan bertetangga dengan gigi dan gusi. Lisan hanyalah segumpal otot lentur yang melintang dan panjang sehingga dapat digerakkan atau dijulurkan. Normalnya, lisan memiliki ukuran 5-6 cm. Lisan juga dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap 4 . Lisan juga turut membantu dalam tindakan bicara. 5 4 Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor. Sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang. Terdapat lebih dari 10.000 tunas pengecap pada lidah manusia usianya hanya seminggu. Tunas itu akan mati dan segera digantikan oleh sel-sel yang baru. Sel-sel reseptor tunas pengecap terdapat pada tonjolan-tonjolan kecil pada permukaan lidah papila. Sel-sel inilah yang bisa membedakan rasa manis asam, pahit, dan asin. Lihat http:id.wikipedia.orgwikiLidah dan lihat juga http:www.anneahira.comanatomi-lidah.htm . 5 http:id.wikipedia.orgwikiLidah. di akses pada tanggal 06 Maret 2011 Lisan merupakan nikmat Allah Swt. yang sangat besar dan luar biasa bagi manusia. Lisan juga merupakan karunia besar yang harus disyukuri oleh manusia, karena dengan lisan manusia dapat merasakan berbagai citra rasa masakan, dengan lisan manusia dapat berkata-kata dan berbicara, dengan lisan manusia menjadi makhluk yang paling mulia dan istimewa dibandingkan dengan makhluk- makhluk lain yang telah diciptakan-Nya. Perkataan yang diucapkan lisan tidak akan keluar dari empat hal berikut ini. Pertama, ucapan yang seluruhnya mengandung mudarat. Kedua, ucapan yang seluruhnya mengandung manfaat. Ketiga, ucapan yang mengandung manfaat dan mudarat . Keempat, ucapan yang tidak mengandung manfaat ataupun mudarat. 6 Adapun ucapan yang seluruhnya mengandung mudarat, maka sudah seharusnya seseorang menjaga diri dari bahaya lisan, demikian pula terhadap ucapan yang aspek mudarat-nya lebih banyak daripada aspek manfaatnya. Sedangkan ucapan yang tidak mengandung manfaat dan tidak mengandung mudarat hanya menghasilkan kesia-siaan waktu saja. Tiga dari empat macam perkataan telah nyata kerugiannya, sehingga tinggallah yang ke empat yang sudah jelas manfaatnya, yaitu perkataan yang aspek manfaatnya lebih besar dari aspek mudarat-nya. Inilah jenis perkataan yang harus dibiasakan dan hendaknya seseorang menyibukkan diri dengannya, karena di dalamnya terdapat tazkiah an-Nafs pensucian jiwa. 7 6 Abdullah bin Jaarullah, Awas Bahaya Lisan. Penerjemah Abu Haidar, Abu Fahmi Jakarta: Gema Insani Press, 1995, cet. VI, h. 8. 7 Abdullah bin Jaarullah, Awas Bahaya Lisan. Penerjemah Abu Haidar, Abu Fahmi Jakarta: Gema Insani Press, 1995, cet. VI, h. 8. 3. Lisan Menurut Ilmu Kedokteran Dalam ilmu kedokteran, lisan merupakan organ tubuh yang tersusun atas otot-otot yang berada di dalam rongga mulut. 8 Lisan terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar lisan dan tubuh lisan. Akar lisan terdiri atas tonsil lisan amandel dan jendela buntu yang terletak pada tulang lisan, rahang bawah, dan katup jakun oleh otot-otot. Sedangkan, tubuh lisan terdiri atas celah lisan, punggung lisan, dan ujung lisan yang terletak pada bagian bawah lisan yang dihubungkan dengan dasar mulut oleh urat di bawah lisan. 9 Bila lisan digulung ke belakang, maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur urat halus yang mengaitkan bagian belakang lisan pada dasar mulut. Bila dijulurkan, maka ujung lisan meruncing, dan bila terletak tenang di dasar mulut, maka ujung lisan berbentuk bulat. 10 Lisan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indera khusus pengecap. Lisan sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot intrinsik lisan melakukan semua gerakan halus, sementara otot extrinsik mengaitkan lisan pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-gerakan-kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lisan mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi. dan akhirnya mendorongnya masuk farinx . 11 8 http:id.wikipedia.orgwikiLidah. di akses pada tanggal 06 Maret 2011 9 http:www.anneahira.comanatomi-lidah.htm. Di akses pada tanggal 06 Maret 2011. 10 Evelyn C. Pearce, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Penerjemah Sri Yuliani Handoyo Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006, cet. 28, h.310. 11 Farinx adalah pangkal tenggorokan atau kerongkongan. Lihat Pius Abdillah, Kamus Ilmiah Populer Lengkap Surabaya: Arkola, t.t., h. 145, dan lihat juga Evelyn C. Pearce, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis . Penerjemah Sri Yuliani Handoyo Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006, cet. 28, h.310. Lisan memiliki permukaan kasar yang berwarna merah dan berbintik- bintik kecil yang tumbuh pada lisan. Bintik-bintik ini disebut dengan papilla yang berfungsi sebagai pengecap rasa. Terdapat tiga jenis papila yaitu: 12 1. Papila Filiformis fili=benang, adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh permukaan lisan yang berbentuk seperti benang halus dan terletak pada 2 3 bagian lisan. Organ-ujung untuk pengecapan adalah puting-puting pengecap yang sangat banyak terdapat dalam dinding Papila Sirkumvalata dan Papila Fungiformis. 2. Papila Sirkumvalata atau Circum Valata sirkumcircum=bulat, adalah jenis papilla yang terbesar dan masing-masing dikelilingi semacam lekukan seperti parit yang tersusun berjejer membentuk seperti huruf “V” di belakang lisan. 3. Papila Fungiformis fungi=jamur, berbentuk seperti jamur dan terletak pada bagian sisi lidah dan ujung lisan. Gambar 1. Struktur Lisan Sumber dari http:oyariaflorentina.blogspot.com 12 Evelyn C. Pearce, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Penerjemah Sri Yuliani Handoyo Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006, cet. 28, h.311.

B. Manfaat Penciptaan Lisan

Dengan lisan, manusia bisa merasakan manis, pahit, pedas, asam, asin, hambar ataupun tawar. Maha besar Allah Swt. yang menciptakan hanya dalam satu batang lisan yang tak bertulang, manusia bisa merasakan begitu banyak rasa. Dari ujung lisan, tengah lisan, tepi lisan sampai dengan pangkal lisan. Masing- masing mampu mendeteksi rasa yang berbeda-beda dalam satu lisan yang sama. Gambar 2. Pengecapan Rasa Sumber dari Pustekkom Depdiknas Di dalam lisan juga terdapat ribuan zat yang sangat membantu dalam pencernaan dan melemahkan zat-zat yang berbahaya bagi lambung. Lisan juga mempunyai fungsi sebagai pendeteksi masuknya racun ataupun virus ke dalam tubuh, sehingga dengan lisan juga dokter pun akan sangat terbantu dalam mendiagnosa pasiennya yang terserang penyakit. 13 Selain sebagai alat deteksi rasa dan penyakit, lisan juga bermanfat untuk membantu manusia dalam mengeluarkan kata-kata. Seorang manusia tidak dapat bersuara atau berbicara dengan jelas apabila tidak dilengkapi dengan lisan. Lisan mampu membentuk suara seseorang jadi kencang atau pelan. Lisan juga mampu mempengaruhi merdu tidaknya suara seseorang. Maka tidak heran jika banyak 13 William F. Ganong, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 20. Penerjemah Djauhari Widjayakusumah, ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003, h.184 penyanyi yang rela mengasuransikan lisannya hingga jutaan dollar, karena dengan lisannya juga ia bisa mendapatkan jutaan dollar. Selain itu, seorang penceramah juga mampu mendapatkan ratusan juta rupiah dalam sekali tampil. Semuanya itu karena kepandaian seseorang dalam berceramah. Lisan juga dapat bermanfaat sebagai perantara untuk menyampaikan perasaan hati seseorang. Sanjungan atau celaan, rasa cinta, rasa kesal, rasa marah, rasa malu, dan lain-lain. Semuanya dapat diekspresikan melalui lisan. Oleh karena itu sudah sepatutnya seseorang mewaspadai lisannya sendiri dari bahaya lisan. Dengan demikian, tanpa disadari lisan manusia yang diciptakan Allah SWT mempunyai manfaat yang sungguh luar biasa. Oleh sebab itu sangatlah wajar apabila manusia diperingatkan untuk berhati-hati terhadap lisannya.

C. Pendapat Ulama Tentang Lisan

‘Ali bin Abi Tâlib 14 berkata : 15 “Lisan itu sebagai ukuran yang tidak dimengerti oleh kebodohan dan dikuatkan oleh akal pikiran” 14 Beliau adalah khalifah yang terakhir keempat dari khulafâ’ ar-Râsyidîn. Ayah beliau bernama Abu Tâlib bin Abdul Mutâlib bin Hasyim bin Abd. Manaf, adalah kakak kandung dari ayah Nabi SAW, yaitu Abdullah bin Abdul Mutâlib. Ibunya bernama Fatimah bint i As’ad bin Hasyim bin Abd. Manaf. Ali merupakan orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak- anak atau sepupu Nabi SAW yang kemudian menjadi menantunya. Ali ibn Abi Tâlib di bunuh oleh Ibnu Muljam, ia menusuk Ali dengan pedangnya ketika Ali akan menunaikan shalat shubuh di Masjid Kufah. Ali mengembuskan nafas terakhir setelah memegang tampuk pimpinan sebagai khalifah selama kurang lebih empat tahun. Lihat Kafrawi Ridwan, dkk, ed. Ensiklopedi Islam, vol. I Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, cet. III, h. 111 15 Abul Hasan Ali Al Mawardi, Mutiara Akhlak Al-Karimah, terj: Adâb an-Nafs Jakarta: Pustaka Amani, 1993, h. 134. Berkata seorang fushaha’ : 16 “Ikatlah lisan-mu kecuali karena kebenaran yang akan kamu jelaskan atau karena kebatilan yang akan kamu patahkan, atau karena hikmah yang akan kamu sebar-luaskan atau karena kenikmatan yang akan kamu sebut-sebutkan ”. Abdullah ibnu Mas’ud 17 berkata, 18 “Demi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia. Tidak ada sesuatu yang lebih membutuhkan penjara dari pada lisan . Syair dari Sayyidina Ibnu Abi Muthi, , . , “Lisan seseorang ibarat singa dalam kandang, jika dilepas pasti menerkam. Jagalah mulut dari ucapan kotor dan kendalikanlah, niscaya kendali itu akan menjadi dinding dari segala perkataan” 19 Muhammad bin Wasi’ berkata bahwa menjaga lisan itu lebih berat tanggungannya daripada menjaga dinar dan dirham. 20 Menurut KH. Mawardi Labay El-Sulthani di dalam bukunya yang berjudul “Lidah Tidak Bertulang”, ia mengatakan bahwa lisan ibarat mata pedang tajam 16 Abul Hasan Ali Al Mawardi, Mutiara Akhlak Al Karimah, terj: Adâb an-Nafs Jakarta: Pustaka Amani, 1993, h. 136. 17 Nama l engkapnya adalah Abdullah ibnu Mas’ud ibnu Gafil ibnu Hubaib. Beliau dila hirkan di Mekkah dan termasuk kelompok pertama yang masuk Islam. Abdullah Ibnu Mas’ud merupakan seorang sahabat Rasulullah dan juga seorang pelayan Rasulullah yang setia dan dipercaya dalam memegang rahasia dan beliau selalu menemani Rasulullah dalam setiap perjalanannya. Oleh sebab itu ia banyak sekali mengetahui hal-ihwal Rasulullah SAW. Lihat Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia Jakarta: Djambatan, 1992, 371. 18 Al-Ghazali, Mutiara Ihyâ’ ‘Ulûmuddîn. Penerjemah Irwan Kurniawan Bandung: Mizan, 1997, cet. I, h.235. 19 Imam al-Ghazali, Wasiat Imam al-Ghazali; Minhajul Abidin Jakarta: Darul Ulum press, 1986, h. 140-142 20 Said Hawwa, Induk Pensucian diri. Penerjemah Syed Ahmad Semait, dkk. Singapura: Pustaka Nasional, t.t., h. 1172