dapat menyebabkan semakin banyak masalah yang timbul, seperti serangan penyakit, memburuknya kualitas air serta terjadinya kompetisi dalam mengambil
pakan Stickney, 1979.
2.4. Kelangsungan Hidup Ikan
Kelangsungan hidup yang biasa disebut Survival rate SR adalah perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir pemeliharaan
dengan jumlah individu yang hidup pada awal pemeliharaan. Kelangsungan hidup merupakan peluang hidup dalam suatu saat tertentu. Kelangsungan hidup
ikan dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi yaitu kompetitor, parasit, umur, predasi, kepadatan populasi,
kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia. Faktor abiotik yang berpengaruh antara lain yaitu sifat fisika dan sifat kimia dari suatu lingkungan
perairan. Jumlah waktu pemberian pakan dan pemberian shelter pada kolam pemeliharaan akan mempengaruhi kelangsungan hidup ikan karena dapat
mengurangi mortalitas Effendi, 2003. Pertumbuhan ikan yang baik akan meningkatkan produksi dari usaha
budidaya. Besarnya produksi bergantung pada tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan. Semakin besar jumlah ikan yang
hidup dan semakin besar ukuran bobot individunya maka akan semakin tinggi hasil produksi Wahyudi, 2006. Padat penebaran yang tinggi berpengaruh
terhadap kegiatan ikan budidaya yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan kesehatan ikan Kordi dan Tancung, 2007.
2.5. Sistem Heterotrofik
Sistem heterotrofik merupakan sistem budidaya ikan yang menggunakan bakteri heterorofik dan menggunakan sumber karbon organik sebagai sumber
energinya. Pada sistem heterotrofik ini, amonia akan diubah menjadi biomassa bakteri. Bakteri heterotrofik akan mengkonversi limbah nitrogen organik
amonia, nitrit, dan nitrat menjadi biomassa. Bakteri heterotrofik merupakan golongan bakteri yang mampu memanfaatkan dan mendegradasi senyawa
organik kompleks baik yang mengandung unsur C, H, dan N. Kelompok bakteri ini mengawali tahap degradasi senyawa organik dengan serangkaian tahapan
reaksi enzimatis, dan menghasilkan senyawa yang lebih sederhana atau senyawa anorganik, senyawa tersebut digunakan sebagai sumber energi untuk
pembentukan sel-sel baru dan untuk reproduksi yang menyebabkan pertambahan populasi. Pemecahan senyawa organik dapat berlangsung lebih cepat apabila
tersedia oksigen yang mencukupi Parwanayoni, 2008. Kelangsungan hidup bakteri heterotrofik di perairan tergantung dari
senyawa-senyawa organik baik untuk energinya maupun sebagi sumber karbon yang diperlukan untuk pembentukan biomasanya. Bakteri heterotrofik lebih
umum ditemukan di perairan. Dibandingkan dengan bakteri autotrofik bakteri ini merupakan mikroorganisme yang dalam ekosistem berfungsi menghancurkan
bahan-bahan organik pencemar dalam perairan Achmad, 2004. Pertumbuhan bakteri hetrotrofik di perairan juga didukung oleh faktor
lingkungan, diantaranya yaitu kadar oksigen terlarut, pH dan suhu. Pertumbuhan dan perkembangan mikrooganisme banyak dipengaruhi oleh konsentrasi ion