pH Oksigen Terlarut Parameter Kualitas Air

Gambar 9. Nilai pH Selama Penelitian Kisaran pH 6,8-7,2 cukup baik untuk pertumbuhan fitoplankton. pH ideal yang dibutuhkan untuk kehidupan fitoplankton di perairan yaitu sekitar 6,5 – 8,0 Pescod, 1973. Hubungan antara pH dengan kadar klorofil pada perlakuan B menunjukkan hubungan yang lemah dengan nilai r sebesar 0,246 Lampiran 6. Kisaran pH dengan nilai 6,5-7,5 masih memenuhi kelayakan bagi pertumbuhan ikan lele dan ikan nila. Sesuai dengan pendapat Boyd 1982 bahwa nilai pH yang baik bagi pertumbuhan ikan nila berkisar antara 7-8, dan nilai pH untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 6,5-8,5.

4.4.3. Oksigen Terlarut

Sumber oksigen dalam perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35 dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan kadar oksigen terlarut yang hampir sama pada setiap perlakuan yaitu berkisar antara 0,14-0,40 7,17 6,86 6,79 6,92 6,94 7,10 6,57 7,00 6,93 6,93 7,16 7,11 7,19 6,54 6,50 6,60 6,70 6,80 6,90 7,00 7,10 7,20 7,30 1 2 3 4 5 6 p H Minggu ke- perlakuan A perlakuan B mgl pada perlakuan A, sedangkan pada perlakuan B berkisar antara 0,14-0,40 mgl. Pada minggu ke-0 kadar oksigen terlarut sebesar 3,73 pada perlakuan A dan 5,60 pada perlakuan B. Minggu ke-1 kadar oksigen terlarut berkisar 0,14-0,25 mgl cenderung stabil dari awal penelitian hingga minggu ke-6 Gambar 10. Gambar 10. Kadar Oksigen Terlarut Selama Penelitian Kadar oksigen terlarut yang berkisar 1 mgl pada perlakuan A dan B disebabkan karena jumlah organisme yang banyak pada kolam perlakuan dan ditambah organisme lain yang terbentuk di dalam kolam. Penurunan kadar oksigen terlarut berkaitan dengan proses-proses mikrobial yang terbentuk serta perombakan bahan-bahan organik dalam perairan. Hubungan nilai oksigen terlarut dengan kadar klorofil pada perlakuan B menunjukkan adanya hubungan yang kuat dengan nilai r sebesar -0,747 Lampiran 6. Semakin tinggi kadar klorofil, maka kadar oksigen terlarut akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan pada siang hari fitoplankton melepaskan 3,73 0,25 0,30 0,27 0,30 0,17 0,09 5,60 0,14 0,30 0,27 0,23 0,40 0,14 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 1 2 3 4 5 6 m g L Minggu ke- perlakuan A perlakuan B oksigen melalui fotosintesis, meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air. Namun karena fitoplankton menggunakan oksigen terlarut di malam hari ketika fotosintesis tidak terjadi, kadar oksigen terlarut menjadi rendah pada pagi hari. Rendahnya kandungan oksigen terlarut karena kolam penelitian masuk dalam kategori kolam tertutup sehingga proses pergerakan air mempengaruhi difusi oksigen kedalam. Menurut Soetomo 1988 kadar oksigen terlarut dalam kolam dapat mengalami perubahan yang mendadak karena pengaruh proses penguraian bahan organik, pernapasan dan pembusukan di dalam air kolam sehingga dapat mengakibatkan habisnya persediaan oksigen. Kadar oksigen terlarut pada perlakuan A dan B menunjukkan nilai 1 mgl. Ikan nila dan lele dapat bertahan pada kadar oksigen terlarut kurang dari 1 mgl. Hal ini sesuai dengan pernyataan Thefishsite 2005 bahwa ikan nila tumbuh lebih baik apabila pasokan oksigen pada pagi cukup berkisar antara 0,7-0,8 mgl dan ikan lele masih dapat tumbuh dengan baik pada oksigen terlarut 1,7 mgl.

4.4.4. Amonia

Kadar amonia pada perlakuan A dan B berkisar antara 4,29-17,58 mgl Gambar 11. Pada minggu ke-1 penelitian kadar amonia meningkat hingga mencapai 12, 902 mgl pada perlakuan A dan 17,580 mgl pada perlakuan B. Terjadi penurunan kadar amonia hingga minggu ke-4 dan meningkat kembali pada minggu ke-5 dan ke-6. Kadar amonia setiap minggu pada perlakuan B lebih besar dari perlakuan A. Gambar 11. Kadar Amonia Selama Penelitian