92
ada di Kota Binjai. Alasan para pengemis bertahan menjalankan profesinya sebagai pengemis yaitu mereka pernah mencoba pekerjaan lain tetapi pekerjaan
tersebut tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pihak Upt. pelayanan sosial gelandangan dan pengemis Binjai sebagai
lembaga pemerintah yang bertugas untuk menangani para pengemis telah memberikan pelatihan keterampilan pertanian dan pelatihan keterampilan las bagi
bapak – bapak warga binaan. Pihak Upt. pelayanan sosial gelandangan dan
pengemis Binjai selain memberikan keterampilan lembaga tersebut juga memberikan beberapa program yang telah dilaksanakan cukup lama dan program
tersebut sudah cukup efektif untuk menjadikan pengemis untuk hidup secara mandiri dan bagi para pengemis yang telah mengikuti program tersebut jika para
pengemis rajin. Adapun program – program yang diberikan oleh pihak Upt.
pelayanan sosial gelandangan dan pengemis Binjai adalah pelayanan sosial dalam pemenuhan kebutuhan dasar pangan, sandang dan papan. Pembinaan mental
spiritual bagi pengemis, bimbingan sosial, bimbingan jasmani berupa olahraga dan gotong royong. Pelatihan keterampilan pertanian bagi seluruh warga binaan
dan pelatihan keterampilan las bagi bapak – bapak warga binaan.
5.4.2. Tetangga Pengemis
Nama : Dewi Sartika
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Universitas Sumatera Utara
93
Suku :Jawa
Status : Menikah
Alamat : Jln. M.T. Haryono
Dewi Sartika adalah tetangga pengemis dari Masyo. Dewi sudah cukup lama bertetanggaan dengan Masyo lebih sepuluh tahun. Peneliti kemdian bercerita
sedikit dengan Dewi tentang Masyo setelah peneliti mengetahui bagaimana latar belakang Masyo, setelah singkat cerita kemudian peneliti bertanya kepada Dewi
apakah anda mengetahui bahwa dia seorang pengemis dan adakah larangan dari masyarakat sekitar agar dia tidak menjadi seorang pengemis. Dewi menuturkan
bahwa ia mengetahui bahwa Masyo seorang pengemis dan masyarakat tidak melarang Masyo mengemis karena melihat keadaan Masyo yang kurang mampu.
“ ia tahu dek, engga
ada, ya mana bisa kami sebagai tetangga melarangnya
karena kan ia juga hidup susah uda gitu ya untuk makan dia juga”.
Peneliti kemdia bertanya kepada Dewi apakah dia mempunyai keluarga dan apakah hubungan keluarga mereka baik. Dewi menuturkan bahwa Masyo
memiliki seorang istri dan tiga orang anak dan hubungan keluarga mereka baik jarang ada pertengkaran antara keluarga Masyo.
“ ada ibu nur nama istrinya,
anaknya ada tiga tapi uda besar semua dua uda berumah tangga dan satunya lagi kalau engga salah kerja di Malaysia. Anaknya nomor pertama disini juga
tinggalnya kalau berantem gitu dikeluarga mereka engga pernah selama saya
tinggal disini.” Dewi juga bercerita kepada peneliti bahwa Masyo aktif mengikuti kegiatan
– kegiatan yang ada dilingkungan sekitar tempat tinggalnya seperti Masyo selalu ikut wirit bapak
– bapak setiap malam rabu dan ia juga sering pergi
Universitas Sumatera Utara
94
ke Mesjid untuk sholat maghrib yang terkadang dibimbing jalannya sama warga sekitar sedangkan Ibu Nur istri Masyo juga bersosialisasi dengan warga sekitar
tempat ia tinggal seperti sering bercerita dengan tetangga dan Ibu Nur tidak sombong dengan tetangganya.
Dewi juga menilai bahwa Masyo tidak sombong terhadap tetangga hanya saja ia tidak bisa melihat terkadang ada warga yang menegurnya ia tidak tahu
siapa yang menegurnya. Peneliti kemudian bertanya kepada Dewi apakah dia pernah terjadi perselisihan terhadap warga sekitar. Dewi menuturkan bahwa
Masyo maupun Ibu Nur tidak pernah adanya perselisihan antara tetangga sekitar. “ kalau perselisihan engga pernah
karena Ibu Nur juga baik orangnya, ramah
juga kok orangnya sama warga sini.”
ANALISIS DATA
Dewi adalah tetangga dari Masyo. Dewi mengetahui bahwa Masyo adalah seorang pengemis. Masyarakat sekitar tempat tinggal Masyo tidak melarang
Masyo menjadi seorang pengemis karena melihat keadaan ekonomi Masyo yang kurang mampu. Masyo mempunyai seorang istri dan tiga orang anak, dua orang
anaknya sudah berumah tangga dan paling kecil anaknya bekerja di Malaysia. Masyo mempunyai hubungan yang baik dengan keluarganya karena tidak pernah
Dewi melihat adanya pertengkaran yang terjadi dikeluarga Masyo. Masyo maupun Ibu Nur bersosisalisasi dengan warga sekitar dengan Masyoyang sering
mengikuti wirit bapak – bapak setiap malam rabu dan Ibu Nur yang sering
bercerita denga warga sekitar dan Ibu Nur sendiri sangat ramah dengan warga sekitar. Masyo dan Ibu Nur tidak pernah terjadi perselisihan antara warga sekitar
Universitas Sumatera Utara
95
tempat tinggalnya, hubungan keluarga Masyo baik – baik saja dengan warga
sekitar tempat tinggalnya.
5.4.3. Pengunjung Pasar Kaget Binjai