Informan Kedua Pengemis Cacat 1. Informan Pertama

59 dalam sehari. Abdulrahman menuturkan bahwa Jul bisa menabung dalam sehari sekitar Rp.20.000. “ tergantung pendapatan sama pengeluaran juga bang ka dang bisa sampai segitu kadang bisa lebih segitu kadang pun tidak bisa menabung, ya itu tadi la tergantung pendapatan sama pengeluaran kami disini, kalau hasil tabungannya biasanya untuk ongkos pulang ke Langsa dan untuk memberi makan anak dan istrinya di Langsa”.

5.1.2. Informan Kedua

Nama : Soni Irawan Umur : 42 Tahun Jenis Kelamin : Laki – Laki Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama Agama : Islam Suku : Melayu Status : Menikah Alamat : Pangkalan Brandan Peneliti mendapatkan informan kedua yaitu seorang pengemis cacat yang melakukan kegiatannya di Kota Binjai yaitu bernama Soni Irawan. Soni Irawan adalah pengemis cacat yang tidak memiliki satu kaki dan ia berjalan harus dibantu dengan tongkat kayu. Soni Irawan dahulunya adalah seorang nelayan di Pangkalan Brandan. Ketika peneliti ingin mengetahui lebih mendalam tentang kondisi sosial informan maka peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yaitu Universitas Sumatera Utara 60 apakah anda mempunyai keluarga. Soni menuturkan bahwa ia memiliki keluarga dan memiliki dua orang anak “ ada bang, aku memiliki satu orang istri dan memiliki 2 orang anak perempuan yang paling besar masih sekolah dasar kelas 5 dan satunya kelas 1”. kemudian peneliti menanyakan berapa jam anda berkumpul dengan keluarga dalam sehari Soni menjawab “ biasanya dimalam hari bang, karena dari jam 9 pagi sampai sore saya ya kekgini bang.” peneliti kemudian juga menanyakan apakah ada keluarga informan yang melakukan kegiatan mengemis seperti yang ia lakukan, Soni menuturkan juga bahwa hanya dia sendiri dikeluarganya yang menjadi seorang pengemis “ oh tidak ada bang cuma saya sendiri yang kayakgin ” . Soni juga menuturkan kepada paneliti bahwa dalam melakukan kegiatan mengemisnya ia tidak terorganisir, ia hanya melakukan kegiatan mengemisnya sendirian. Soni juga memnberikan informasi kepada peneliti bahwa ia tidak berinteraksi dengan sesama pengemis dan ia juga tidak kenal dengan pengemis – pengemis lainnya. Setelah mengetahui keadaan sosial Soni dengan keluarganya maka peneliti juga bertanya tentang bagaimana ia dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Peneliti bertanya dengan beberapa pertanyaan yaitu apakah anda bersosialisasi dilingkungan tempat tinggal anda, apakah anda mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan tempat tinggal anda, jika ada apakah anda rutin mengikutinya. Soni menuturkan kepada peneliti bahwa ia bersosialisasi dilingkungan tempat ia tinggal dan kegiatan wirit bapak – bapak setiap malam jumat rutin ia ikuti. ” ia bang , kalau kegiatan ikut bang biasanya setiap malam jumat aku ikut wirit bapak – bapak yang ada disekitaran tempat tinggal aku”. Universitas Sumatera Utara 61 Setelah mengetahui keadaan sosial informan yaitu Soni Irawan peneliti juga ingin mengetahui kondisi ekonomi Soni Irawan, agar peneliti mengetahui kondisi ekonomi Soni yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan yaitu antara lain berapa lama anda menjadi seorang pengemis. Soni menuturkan bahwa ia menjadi seorang pengemis sudah enam bulan semenjak kakinya harus diamputasi karena kecelakaan. “ sudah enam bulan bang ”. Peneliti kemudian bertanya kepada Soni dalam sehari berapa kali anda melakukan kegiatan mengemis. Soni menuturkan bahwa ia mengemis dalam sehari hanya sekali “ dari siang sampe sore, ya dari jam 9 berangkat dari rumah sampai di Binjai jam 11 lalu keliling – keliling sini sampai jam 4 sore bg biasanya abis itu pulang ke pangkalan brandan ”. Kemudian peneliti menanyakan adakah mata pencaharian lain yang anda lakukan selain mengemis, Soni menjawab “ tidak ada hanya mengemis la yang ia bisa aku lakukan bg”. Selanjutnya peneliti bertanya kepada Soni faktor apa yang menjadikan anda melakukan kegiatan mengemis, Soni menuturkan “ ya, keadaan fisik bg karena tidak punya kaki gini ”. Setelah mengetahui faktor penyebab informan menjadi seorang pengemis Peneliti kemudian menanyakan pertanyaan selanjutnya tentang penghasilan Soni dalam seharinya yaitu berapa penghasilan anda dari hasil mengemis dalam sehari, Soni menuturkan bahwa ia bisa berpenghasilan dalam sehari sebesar Rp.80.000. “kurang lebih Rp. 80.000 bg. Ya tergantung rejeki bang kadang – kadang juga bisa lebih dari Rp.100.000 ” . Kemudian peneliti bertanya apakah anda pernah mencoba melakukan pekerjaan lain selain mengemis, jika ada pekerjaan apakah itu, Soni menuturkan bahwa ia tidak bisa melakukan pekerjaan lain selain mengemis “ tidak bg, ya karena keadaan fisik kayak gini jadi tidak bisa Universitas Sumatera Utara 62 melakukan pekerjaan lain, tapi dahulunya aku seorang nelayan di Pangkalan Brandan waktu sebelum kecelakaan dan sebelum kaki aku dipotong ”. Peneliti bertanya kepada Soni berapa kali anda makan dalam sehari dan berapa biaya pengeluaran anda untuk konsumsi beserta keluarga. Soni menuturkan bahwa ia makan sehari sebanyak tiga kali yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari. “ tiga kali bang. Biasanya dalam sehari habis Rp. 50.000 bang itu uda sama konsumsi keluarga. Kalau pagi hari biasa sarapan sama keluarga baru siang hari setelah minta sedekah beli nasi terkadang juga engga makan baru malam hari makan malam sama keluarga ”. Setelah mengetahui tentang konsumsi Soni Irawan peneliti juga menanyakan bagaimana jika Soni sakit. Pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanyakan kepada Soni yaitu apakah anda kerumah sakit atau istirahat saja kalau anda sakit, Soni menuturkan “ biasanya beli obat di warung dekat rumah saja kalau lagi sakit tapi kalau uda sakitnya tidak sembuh ya saya ke rumah sakit karena ada jamkesmas. Setelah bertanya tentang biaya konsumsi dan bagaimana Soni kalau sakit, peneliti kemudian bertanya bagaimana status tempat tinggal dan dengan siapa soni tinggal, pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanyakan kepada Soni yaitu apakah anda memiliki tempat tinggal tetap dan bagaimana status kepemilikan tempat tinggal anda. Soni mengatakan bahwa ia memiliki tempat tinggal tetap yaitu tinggal bersama ibu mertuanya. “ oh kalau rumah tetap ada bang, aku tinggal bersama ibu mertua aku karena kan anak – anak dari ibu mertua aku uda berumah tangga sendiri – sendiri jadi ya aku bersama istri aku tinggal bersama orang tuanya sekalian mengurus orang tuanya juga bang ”. Kemudian peneliti bertanya mengapa anda memilih jalan Irian sebagai tempat mengemis, selain Jalan Universitas Sumatera Utara 63 Irian apakah ada tempat lain yang anda kunjungi untuk mengemis. Soni menuturkan bahwa ia mengemis di Jalan Irian karena ramai dan ia keliling – keliling Kota Binjai untuk mengemis. “ karena ramai orang lewat, dan biasanya orang juga kalau mau belanja ke pajakkan lewat sini dan biasanya kalau uda sepi orang lewat sini aku keliling – keliling bang seperti ke depan supermarket ramayana ke Masjid Raya”. Setelah mengetahui alasan mengapa Soni memilih Jalan Irian sebagai tempat ia melakukan kegiatannya sebagai pengemis kemudian peneliti bertanya tentang tabungan Soni, pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanya kepada Soni apakah dalam sehari anda bisa menyisihkan pendapatan anda untuk menabung, berapa jumlah yang anda tabung dalam sehari. Soni menjawab bisa dan jumlah yang ia tabung sebesar Rp.20.000. “ bisa bang biasanya ditabung sebesar Rp. 20.000 dan kalau tidak ada keperluan lain ya biasanya Rp. 20.000 bang yang ditabung tapi ya tergantung dari pendapatan juga bang, tabungannya nanti ya buat keperluan mendadak dan keperluan anak sekolah ”. ANALISIS DATA Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam dengan informan utama yaitu pengemis cacat yaitu Julaidi dan Soni Irawan diketahui bahwa mereka mempunyai keluarga walaupun Julaidi hanya sepuluh hari sekali bertemu dengan keluarganya. Anggota keluarga mereka juga tidak ada yang terlibat dalam kegiatan mengemis yang seperti mereka lakukan dan mereka dalam melakukan kegiatannya sebagai pengemis sama sekali tidak terorganisir. Hubungan mereka dengan warga sekitar tempat tinggal mereka yaitu cukup baik dan tidak adanya Universitas Sumatera Utara 64 permasalahan yang besar karena Soni Irawan sendiri aktif dilingkungan tempat ia tinggal dan ia juga rutin mengikuti kegiatan – kegiatan yang ada ditempat tinggal dirinya. Julaidi sendiri tidak bisa bersosialisasi dengan warga sekitar karena keterbelakangan fisik dan tidak mampunya ia berkomunikasi dengan baik dengan orang – orang disekitarnya. Kedua informan juga menjadi seorang pengemis sudah cukup lama yaitu lebih dari enam bulan dan bahkan Julaidi sendiri menjadi pengemis sudah sepuluh tahun. Kedua informan juga dalam melakukan kegiatan mengemisnya diwaktu yang bersama yaitu pada siang hari dan mereka juga tidak ada mata pencaharian lain selain mengemis yang bisa mereka lakukan pada saat ini. Kekurangan fisik yang kurang sempurna menjadikan alasan mengapa mereka mengemis, seperti halnya Soni Irawan yang pasrah pada keadaan fisiknya yang tidak mempunyai satu kaki sehingga ia menjadikan dirinya sebagai seorang pengemis padahal kalau peneliti lihat ia masih bisa bekerja seperti membuat kerajinan tangan ataupun sebagai tukang servis misalnya servis barang – barang elektronik yang kerja tidak memerlukan banyak jalan. Soni mungkin tidak bisa mengerjakan pekerjaan itu karena tidak adanya skill dari dirinya. Penghasilan kedua informan cukup besar dalam perharinya bisa mencapai Rp.100.000 kalau rejeki mereka lagi banyak bahkan Julaidi sendiri penghasilannya perhari selalu lebih dari seratus ribu rupiah. Penghasilan tersebut bisa untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka masing – masing. Pekerjaan lain selain mengemis kedua informan menuturkan bahwa dahulu Soni adalah seorang nelayan yang pada suatu hari ia kecelakaan dan kakinya harus diamputasi dan ia tidak bisa lagi pergi melaut sebagai nelayan, sedangakan Julaidi dahulunya Universitas Sumatera Utara 65 adalah seorang tukang bangunan hingga pada suatu saat ia terkena penyakit keterbelakangan fisik dan peneliti lihat dia juga sudah mempunyai penyakit keterbelakangan mental. Soni Irawan sendiri mengaku bahwa ia tidak pernah mengikuti sekolah nonformal untuk melatih skillnya agar bisa berkehidupan bukan sebagai seorang pengemis lagi yang sering diadakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat. Konsumsi kedua informan yaitu sama mereka makan dalam seharinya sebanyak tiga kali dan mengeluarkan biaya untuk konsumsi lebih dari lima puluh ribu rupiah yang pengeluaran tersebut sudah termasuk untuk biaya konsumsi mereka beserta keluarga mereka. Kedua informan juga menjelaskan bahwa jika mereka sakit mereka hanya membeli obat diwarung dekat rumah mereka tetapi jika sakitnya sudah parah maka mereka akan berobat kerumah sakit dengan membawa kartu jamkesmas yang mereka miliki. Sementara itu, kedua informan juga mempunyai tempat tinggal tetap yaitu Soni Irawan yang tinggal bersama ibu mertua dan Julaidi yang mengontrak rumah. Kedua informan juga bukan pengemis yang bergelandangan dijalan – jalanan Kota Binjai karena mereka juga mempunyai waktu kapan harus mengemis dan kapan harus pulang kerumah. Alasan kedua informan mengemis di Pasar Kaget maupun Jalan Irian sama yaitu karena tempat – tempat tersebut ramai pengunjung dan tempat – tempat lain yang mereka kunjungi selain Pasar Kaget dan Jalan Irian yaitu jalanan – jalanan yang ada di Kota Binjai maupun di depan supermarket – supermarket yang ada di Binjai. Kedua informan juga dalam seharinya bisa menyisihkan pendapatan mereka untuk ditabung. Jumlah pendapatan mereka yang bisa mereka tabung Universitas Sumatera Utara 66 yaitu sebesar sepuluh ribu rupiah, jika rejeki mereka lagi banyak dan pengeluaran mendadak tidak ada. 5.2. Pengemis Lanjut Usia 5.2.1. Informan Pertama