Geografi Kota Binjai Pengemis Anak

48 tesebut, menghasilkan nilai laju pertumbuhan dengan kecendrungan menurun. Kesadaran masyarakat kota Binjai untuk melaksanakan program pengendalian kelahiran atau berkeluarga berencana dapat dikatakan cukup berhasil. Tabel 4.11 Laju Pertambahan Penduduk No. Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2009- 2010 Tahun 2011- 2012 Tahun 2013- 2014 1 Persentase 1.20 0.97 0.86 Sumber: Binjai Dalam Angka 2013 dan 2014, BPS Kota Binjai.

4.3 Geografi Kota Binjai

Kota Binjai sebagai salah satu kota di Propinsi Sumatera Utara yang hanya berjarak ± 22 Km dari Kota Medan ± 30 menit perjalan , bahkan batas terluar Kota Binjai dengan batas terluar Kota Medan hanya berjarak ± 8 Km. Kota Binjai berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat, serta berada pada Jalur Trasportasi Utama yang menghubungkan Propinsi Sumatera Utara dengan Propinsi Nangroe Aceh Darurralam NAD serta ke Objek Wisata Bukit Lawang Kabupaten Langkat. Secara geografi Kota Binjai berada pada 33140 - 3402 Lintang Utara dan 98273 - 983232 Bujur Timur dan terletak 28 m diatas permukaan laut. Wilayah Kota Binjai seluas 90,23 km2, terletak 28 M diatas permukaan laut dan dikelilingi oleh Kab.Deli Serdang, Batas area disebelah Utara adalah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli Serdang, di Universitas Sumatera Utara 49 sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kab.Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab.Langkat. Kota Binjai yang memiliki luas 9.023,62 Ha ± 90,23 Km2 terdiri dari 5 lima Kecamatan dan 37 tiga puluh tujuh Kelurahan. Kota Binjai adalah daerah yang beriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Di Kecamatan Binjai Selatan curah hujan cukup besar dibanding dengan kecamatan lainnya di Kota Binjai yaitu 214 mm14 haru hujan, diikuti dengan Kecamatan Binjai Barat 207 mm8 hari hujan. 4.4 Lokasi Pengemis Kota Binjai 4.4.1 Tanah Lapang Merdeka Kota Binjai Tanah Lapang Merdeka Kota Binjai merupakan jantung kota Binjai. Tempat ini menjadi lokasi hampir segala kegiatan acara yang diadakan di Kota Binjai. Lokasi tanah lapang merdeka ini berada tepat ditengah-tengah pusat Kota Binjai dan berada diantara pos militer dan pusat kantor Pemerintahan Kota Binjai. Tanah lapang kota Binjai juga menjadi tempat berolahrga dan tempat berkumpulnya para remaja yang ingin berkumpul dengan teman-temannya, selain itu di lokasi ini juga menjadi tempat berkumpulnya komunitas-komunitas yang ada di Kota binjai dalam melakukan aktivitasnya. Lokasi ini juga banyak terdapat para pedagang yang berjualan, dan menjadi tempat bermain bagi anak-anak yang dibawa oleh orang tuanya. Universitas Sumatera Utara 50 Keadaan tanah lapang merdeka yang selalu ramai dan dipenuhi oleh segala macam kegiatan, menjadikan lokasi ini menjadi salah satu lokasi yang strategis bagi pengemis dalam melakukan aktivitasnya.

4.4.2. Pasar Kaget Kota Binjai

Pasar kaget kota Binjai merupakan pasar dadakan yang hanya buka pada sore hingga malam hari saja. Pasar kaget terletak di Jalan Irian Kota Binjai, dimana pada waktu pagi hingga sore hari jalan ini terlihat seperti biasa yang ada hanya ruko ruko para pedagang di sepanjang Jalan Irian tersebut, akan tetapi ketika memasuki waktu sore hari ketika ruko-ruko yang ada disepanjang Jalan Irian mulai tutup, aktivitas di jalan ini berubah menjadi pasar yang menjual segala jenis makanan dengan mendirikan tenda-tenda tempat berjualan disepanjang sisi jalan Irian tersebut. Maka dari itu pasar ini dinamakan pasar kaget oleh masyarakat Kota Binjai dikarenakan pasar ini buka dadakan pada sore hari ketika ruko-ruko para pedagang di Jalan Irian sudah tutup. Pasar Kaget sudah sangat terkenal oleh masyarakat Kota Binjai, pasar ini sangat ramai pada malam hari, pengunjungnya dari segala usia, mulai dari anak- anak, remaja, hingga orang dewasa. Pasar ini menjadi tempat berkumpulnya masyarakat Kota Binjai yang ingin ngumpul bersama teman-teman atau keluarga sambil membeli makanan yang tersedia. Aktivitas pasar kaget yang sangat ramai menjadi lokasi yang strategis bagi pengemis untuk melakukan aktivitasnya ditempat tersebut. Universitas Sumatera Utara 51

4.4.3. Jalan Irian Kota Binjai

Jalan Irian merupakan jalan utama yang berada di pusat Kota Binjai, tempat ini sekaligus merupakan kawasan perdagangan di kota Binjai. Disepanjang Jalan Irian ini hampir dipenuhi oleh ruko-ruko para pedagang disisi kiri maupun disisi kanan jalan. Aktivitas di jalan ini sangat padat dari pagi hingga malam hari dikarekan jalan ini merupakan jalan utama pusat Kota Binjai. Aktivitas jalanan yang sangat padat dan ramai dikunjungi para pembeli yang berlalu-lalang di Jalan tersebut. Menjadikan tempat ini menjadi salah satu lokasi yang strategis di Kota Binjai untuk pengemis melakukan aktivitasnya. Universitas Sumatera Utara 52 BAB V ANALISA DATA Bab ini membahas mengenai data – data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di lapangan melalui wawancara dan observasi dengan Informan. Peneliti mengumpulkan data dari 9 informan utama dengan kategori 2 informan pengemis cacat, 2 informan pengemis lanjut usia dan 1 informan pengemis anak, peneliti juga menambahkan 4 informan tambahan yaitu pegawai UPT. Pelayanan Sosial Gelandangan dan Pengemis Binjai, tetangga pengemis, pembeli dan penjual makanan yang ada di Pasar Kaget Binjai. Dalam hal ini, data yang diperoleh langsung dari pengemis yang beraktivitas di tiga lokasi yang telah ditentukan dalam penelitian yaitu di Tanah Lapang Merdeka Kota Binjai, Pasar Kaget Kota Binjai, serta di Jalan Jendral Irian Kota Binjai. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: 1. Melakukan wawancara mendalam dengan pengemis cacad, pengemis lanjut usia, pengemis anak dalam proses penelitian informan dan mengetahui latar belakang informan tersebut dan dilanjutkan wawancara dengan informan tambahan agar melengkapi data – data yang dibutuhkan. 2. Melakukan observasi di lingkungan tempat pengemis biasa melakukan aktivitasnya dan mengikuti secara tersembunyi ke lingkungan tempat tinggal informan. Penelitian yang sudah dilakukan dilapangan, peneliti memperoleh berbagai data - data melalui observasi dan wawancara mendalam dengan informan untuk Universitas Sumatera Utara 53 melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba menguraikan data – data yang telah didapatkan dari observasi dan wawancara. 5.1. Pengemis Cacat 5.1.1. Informan Pertama Nama : Julaidi Umur : 35 Tahun Jenis Kelamin : Laki – Laki Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar Agama : Islam Suku : Aceh Status : Mempunyai Seorang Istri Dan 4 Orang Anak Alamat : Jln. Apel Kelurahan Bandar Senembah Julaidi merupakan salah seorang pengemis cacat yang ada di Kota Binjai. Julaidi sendiri biasanya dipanggil dengan sebutan Jul. Jul adalah pengemis cacat yang terkena penyakit autis dan tidak bisa beraktifitas seperti manusia biasa, Jul sendiri tidak bisa berkomunikasi dengan jelas dilingkungan sekitarnya. Jul sendiri setiap melakukan aksi kegiatan mengemisnya Jul dibantu oleh rekannya yang bernama Abdulrahman. Julaidi sendiri berasal dari Kota Langsa, Julaidi bisa sampai ke Kota Binjai karena dibawa oleh bapak angkatnya yang bernama Rusli yang berumur 70 tahun. Julaidi sendiri dahulunya adalah manusia normal seperti Universitas Sumatera Utara 54 kebanyakan orang lainnya tetapi ketika berjumpa saudara kembarnya yang seorang yang memiliki keterbatasan fisik maka ia ikut tertular penyakit keterbatasan fisik ketika Julaidi berumur 25 tahun. Julaidi sendiri terkena penyakit keterbelangan fisik ketika ia sudah menikah dan waktu itu sudah memiliki 2 orang anak. Pada 10 hari sekali Julaidi pulang ke Langsa untuk menemui istri dan keempat orang anaknya yang dibantu oleh Abdulrahman dengan menaiki bus jurusan Langsa. Setiap 10 hari sekali Jul pulang ke Langsa dan membawa hasil uang dari kegiatannya mengemis yang akan diberikan kepada istrinya yang nantinya untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya. Peneliti juga mendapatkan informasi dari istri Jul bahwa setiap kali Jul pulang ke Langsa Jul bisa membawa uang lebih kurang Rp.500.000 yang nantinya uang tersebut untuk kebutuhan sehari – hari istri dan anaknya. Julaidi sudah menetap di Kota Binjai selama 10 tahun dan meninggalkan istri dan keempat orang anaknya di Kota Langsa. Semenjak ia tinggal di Kota Binjai ia langsung menjadi seorang pengemis karena faktor dorongan dari Pak Rusli. Seperti sama halnya dengan Julaidi, Abdulrahman juga diangkat oleh Pak Rusli sebagai anak angkat agar bisa membantu Julaidi untuk melakukan aksi kegiatan mengemis. Abdulrahman sendiri memiliki seorang istri dan satu orang anak yang bertempat tinggal di Kota Langsa. Abdulrahman berjumpa dengan Pak Rusli di Langsa karena mereka bertetanggaan dan dengan dorongan dari Pak Rusli maka Abdulrahman membantu Jul untuk mengemis karena Abdulrahman sendiri tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Istri Abdulrahman sendiri adalah ibu rumah tangga dan anaknya masih berusia empat tahun. Istri Abdulrahman bertempat tinggal di Langsa yang bertetanggaan dengan rumah Pak Rusli yang ada di Universitas Sumatera Utara 55 Langsa. Pak Rusli sendiri berasal dari Kota Langsa juga yang merantau ke Kota Binjai. Pak Rusli dahulunya bekerja sebagai supir bulldozer, karena usia yang tidak sanggup lagi untuk bekerja dan harus pensiun dari pekerjaannya maka untuk menyambung kehidupannya ia menjadi seorang yang pengemis dan membantu Julaidi untuk mengemis juga. Pak Rusli sendiri memiliki seorang istri dan enam orang anak yang semuanya sudah berumah tangga. Sama halnya dengan Julaidi Pak Rusli juga pulang ke rumahnya yang ada di Langsa setiap 10 hari sekali untuk menemui istrinya dan memberikan nafkah kepada istrinya. Peneliti ingin mengetahui tentang keadaan sosial Julaidi maka peneliti bertanya kepada rekan Julaidi yang bernama Abdulrahman karena Julaidi sendiri tidak dapat berbicara dan tidak bisa menalar pertanyaan dari peneliti. Pertanyaan pertama yang peneliti tanyakan kepada Abdulrahman tentang Julaidi adalah apakah Julaidi mempunyai keluarga. Abdulrahman menuturkan Julaidi mempunyai seorang istri dan empat orang anak. “ anaknya empat bang . Yang pertama perempuan kelas 6 sd, yang nomor dua perempuan juga kelas 2 sd, yang ketiga belum sekolah berumur 5 tahun dan yang nomor empat laki – laki berumur 1,5 tahun ”. Kemudian peneliti bertanya kepada Abdulrahman apakah ada anggota keluarga Julaidi yang terlibat dalam melakukan kegiatan mengemis, dan apakah dalam kegiatan mengemi s Jul terorganisir. Abdulrahman menjawab “ tidak ada,hanya Jul sendiri yang mengemis dan tidak terorganisir. “karena bang keluarganya di Langsa jadi tidak ada keluarganya yang seperti dia, tetapi istrinya tahu kalau dia mengemis karena agar bisa makan juga dan engga ada macam pakai bos – bos gitu bang”. Universitas Sumatera Utara 56 Peneliti agar mengetahui keadaan sosial Julaidi dengan warga sekitar tempat ia tinggal maka peneliti bertanya kepada Abdulrahman dengan beberapa pertanyaan antara lain Apakah Jul bersosialisasi dilingkungan tempat tinggal, apakah ia mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal. Abdulrahman menuturkan bahwa Julaidi tidak bersosialisasi karena keadaan keterbatasan fisiknya. “ Engga bang karena jalan saja dia tidak bisa kan gimana mau bersosialisasi. Kegiatannya sehari – hari ya cuma gini la bang pagi hari nanti saya bawa untuk minta sedekah sampai siang hari baru malam lagi nanti saya bawa lagi untuk minta sedekah sehabis isya ”. Setelah mengetahui keadaan sosial dari Julaidi kemudian peneliti juga ingin mengetahui bagaimana kondisi ekonomi julaidi selama menjadi pengemis, dengan demikian peneliti mewawancarai rekan Julaidi yaitu Abdulrahman dengan beberapa pertanyaan. Pertanyaan pertama yang peneliti tanyakan adalah berapa lama Julaidi menjadi seorang pengemis. Abdulrahman menuturkan bahwa Julaidi sudah 10 tahun menjadi seorang pengemis. “ sudah 10 tahun bang. Ya, semenjak dia sakit”. Setelah mengetahui berapa lama Jul menjadi seorang pengemis kemudian peneliti bertanya dalam sehari berapa kali Julaidi melakukan kegiatan mengemis dan adakah mata pencaharian lain selain mengemis. Abdulrahman menuturkan bahwa Julaidi mengemis pada pagi dan malam hari, mata pencaharian selain mengemis tidak ada. “ Biasanya bang kalau minta sedekah kami pada pagi hari dari jam 10 pagi sampai jam setengah 2 siang, baru malam hari sehabis isya sampai jam 10 malam bang biasanya kalau mata pencaharian lain selain mengemis tidak ada, karena kondisi fisik yang sakit”. Universitas Sumatera Utara 57 Setelah bertanya mengenai kegiatan mengemis Jul peneliti kemudian bertanya tentang bagaimana penghasilan Jul dalam sehari dengan pertanyaan berapa penghasilan Julaidi dari hasil mengemis dalam sehari. Abdulrahman menuturkan bahwa pendapatan Julaidi dalam sehari biasanya mencapai Rp.200.000. “ kadang – kadang bisa dapat 200 ribu kadang kalau memang rejeki lagi bagus bisa dapat 300 ribu, tapi rata – rata perhari bisa dapat 200 ribu la bang”. Peneliti juga mendapatkan informasi bahwa pendapatan tersebut mereka bagi tiga yaitu antara Jul, Abdulrahman dan Pak Rusli. Setelah mengetahui berapa penghasilan Jul dalam sehari peneliti kemudian bertanya bagaimana tentang konsumsi Julaidi kepada Abdulrahman yaitu berapa kali Julaidi makan dalam sehari dan berapa biaya pengeluaran Julaidi untuk konsumsi. Abdulrahman menuturkan bahwa Jul makan dalam sehari tiga kali dan biaya pengeluaran sekitar Rp.60.000 dan biaya tersebut sudah termasuk biaya makan Jul dengan Abdulrahman. “ makan sehari tiga kali, biaya pengeluaran sekali makan 20 ribu itu makan pagi, siang dan malam berati 60 ribu la bang belum lagi biaya rokok saya bang terkadang lebih segitu bang ”. Setelah mengetahui tentang konsumsi Jul maka peneliti selanjutnya ingin mengetahui bagaiamana jika Jul sakit peneliti kemudian bertanya kepada Abdulrahman, apakah Jul ke rumah sakit atau istirahat dirumah saja kalau sakit dan jika kerumah sakit apakah pendapatan cukup untuk membiayai pengobatan jul. Abdulrahman menuturkan melihat kondisi sakitnya dan biaya dari tabungan. “ menurut sakitnya bang kalau parah baru kerumah sakit kalau masih macam demam gitu beli obat diwarung bang, biayanya dari tabungan dan kalau tidak sanggup pakai kartu jamkesmas tapi kartunya di Langsa bang kalau macam BPJS Universitas Sumatera Utara 58 belum diurus bang”. Kemudian peneliti bertanya kepada Abdulrahman bagaimana status kepemilikan tempat tinggal Julaidi. Apakah Jul memiliki tempat tinggal tetap, bagaimana status kepemilikan tempat tinggal Julaidi. Abdulrahman menjawab bahwa Julaidi di Binjai tinggal bersama Pak Rusli dan saya dan kami disini ngontrak rumah. “ kalau teta p tinggal ini bang kami disini ngontrak rumah, kalau di Langsa istri jul tinggal bersama orangtuanya bang. Setahun kami bayar 3,5 juta tiap tahunnya”. Setelah mengetahui bagaimana status tempat tinggal informan maka peneliti bertanya kepada Abdulrahman kenapa memilih Pasar Kaget sebagai tempat mengemis, adakah selain Pasar Kaget yang Jul kunjungi untuk mengemis dan berapa jauh jarak antara tempat tinggal Jul dengan lokasi mengemis. Abdulrahman menjelaskan bahwa memilih Pasar Kaget sebagai tempat mengemis karena ramai pengunjung, selain Pasar Kaget Jul juga mengunjungi Pasar Pajak Bawah dan Pasar Kebun Lada sebagai tempat mengemis dan juga terkadang ke depan – depan supermarket yang ada di Kota Binjai dan jarak dari tempat tinggal dengan lokasi mengemis sekitar 3 kilometer. “memilih Pasar Kaget ya karena ramai orang bang selain Pasar Kaget kami juga terkadang keliling – keliling Kota Binjai macam ke Pajak Bawah, Pajak Kebun Lada kadang kedepan Ramayana, tergantung pendapatan bang, kalau pendapatan sudah cukup banyak kami Cuma di Pasar Kaget kalau masih sedikit kami ya keliling – keliling Kota Binjai”. Peneliti kemudian bertanya kepada Abdulrahman tentang tabungan Julaidi, pertanyaan pertama yang peneliti tanyakan adalah apakah dalam sehari Jul bisa menyisihkan pendapatan untuk menabung, dan berapa jumlah yang Jul tabung Universitas Sumatera Utara 59 dalam sehari. Abdulrahman menuturkan bahwa Jul bisa menabung dalam sehari sekitar Rp.20.000. “ tergantung pendapatan sama pengeluaran juga bang ka dang bisa sampai segitu kadang bisa lebih segitu kadang pun tidak bisa menabung, ya itu tadi la tergantung pendapatan sama pengeluaran kami disini, kalau hasil tabungannya biasanya untuk ongkos pulang ke Langsa dan untuk memberi makan anak dan istrinya di Langsa”.

5.1.2. Informan Kedua

Nama : Soni Irawan Umur : 42 Tahun Jenis Kelamin : Laki – Laki Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama Agama : Islam Suku : Melayu Status : Menikah Alamat : Pangkalan Brandan Peneliti mendapatkan informan kedua yaitu seorang pengemis cacat yang melakukan kegiatannya di Kota Binjai yaitu bernama Soni Irawan. Soni Irawan adalah pengemis cacat yang tidak memiliki satu kaki dan ia berjalan harus dibantu dengan tongkat kayu. Soni Irawan dahulunya adalah seorang nelayan di Pangkalan Brandan. Ketika peneliti ingin mengetahui lebih mendalam tentang kondisi sosial informan maka peneliti menanyakan beberapa pertanyaan yaitu Universitas Sumatera Utara 60 apakah anda mempunyai keluarga. Soni menuturkan bahwa ia memiliki keluarga dan memiliki dua orang anak “ ada bang, aku memiliki satu orang istri dan memiliki 2 orang anak perempuan yang paling besar masih sekolah dasar kelas 5 dan satunya kelas 1”. kemudian peneliti menanyakan berapa jam anda berkumpul dengan keluarga dalam sehari Soni menjawab “ biasanya dimalam hari bang, karena dari jam 9 pagi sampai sore saya ya kekgini bang.” peneliti kemudian juga menanyakan apakah ada keluarga informan yang melakukan kegiatan mengemis seperti yang ia lakukan, Soni menuturkan juga bahwa hanya dia sendiri dikeluarganya yang menjadi seorang pengemis “ oh tidak ada bang cuma saya sendiri yang kayakgin ” . Soni juga menuturkan kepada paneliti bahwa dalam melakukan kegiatan mengemisnya ia tidak terorganisir, ia hanya melakukan kegiatan mengemisnya sendirian. Soni juga memnberikan informasi kepada peneliti bahwa ia tidak berinteraksi dengan sesama pengemis dan ia juga tidak kenal dengan pengemis – pengemis lainnya. Setelah mengetahui keadaan sosial Soni dengan keluarganya maka peneliti juga bertanya tentang bagaimana ia dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Peneliti bertanya dengan beberapa pertanyaan yaitu apakah anda bersosialisasi dilingkungan tempat tinggal anda, apakah anda mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan tempat tinggal anda, jika ada apakah anda rutin mengikutinya. Soni menuturkan kepada peneliti bahwa ia bersosialisasi dilingkungan tempat ia tinggal dan kegiatan wirit bapak – bapak setiap malam jumat rutin ia ikuti. ” ia bang , kalau kegiatan ikut bang biasanya setiap malam jumat aku ikut wirit bapak – bapak yang ada disekitaran tempat tinggal aku”. Universitas Sumatera Utara 61 Setelah mengetahui keadaan sosial informan yaitu Soni Irawan peneliti juga ingin mengetahui kondisi ekonomi Soni Irawan, agar peneliti mengetahui kondisi ekonomi Soni yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan yaitu antara lain berapa lama anda menjadi seorang pengemis. Soni menuturkan bahwa ia menjadi seorang pengemis sudah enam bulan semenjak kakinya harus diamputasi karena kecelakaan. “ sudah enam bulan bang ”. Peneliti kemudian bertanya kepada Soni dalam sehari berapa kali anda melakukan kegiatan mengemis. Soni menuturkan bahwa ia mengemis dalam sehari hanya sekali “ dari siang sampe sore, ya dari jam 9 berangkat dari rumah sampai di Binjai jam 11 lalu keliling – keliling sini sampai jam 4 sore bg biasanya abis itu pulang ke pangkalan brandan ”. Kemudian peneliti menanyakan adakah mata pencaharian lain yang anda lakukan selain mengemis, Soni menjawab “ tidak ada hanya mengemis la yang ia bisa aku lakukan bg”. Selanjutnya peneliti bertanya kepada Soni faktor apa yang menjadikan anda melakukan kegiatan mengemis, Soni menuturkan “ ya, keadaan fisik bg karena tidak punya kaki gini ”. Setelah mengetahui faktor penyebab informan menjadi seorang pengemis Peneliti kemudian menanyakan pertanyaan selanjutnya tentang penghasilan Soni dalam seharinya yaitu berapa penghasilan anda dari hasil mengemis dalam sehari, Soni menuturkan bahwa ia bisa berpenghasilan dalam sehari sebesar Rp.80.000. “kurang lebih Rp. 80.000 bg. Ya tergantung rejeki bang kadang – kadang juga bisa lebih dari Rp.100.000 ” . Kemudian peneliti bertanya apakah anda pernah mencoba melakukan pekerjaan lain selain mengemis, jika ada pekerjaan apakah itu, Soni menuturkan bahwa ia tidak bisa melakukan pekerjaan lain selain mengemis “ tidak bg, ya karena keadaan fisik kayak gini jadi tidak bisa Universitas Sumatera Utara 62 melakukan pekerjaan lain, tapi dahulunya aku seorang nelayan di Pangkalan Brandan waktu sebelum kecelakaan dan sebelum kaki aku dipotong ”. Peneliti bertanya kepada Soni berapa kali anda makan dalam sehari dan berapa biaya pengeluaran anda untuk konsumsi beserta keluarga. Soni menuturkan bahwa ia makan sehari sebanyak tiga kali yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam hari. “ tiga kali bang. Biasanya dalam sehari habis Rp. 50.000 bang itu uda sama konsumsi keluarga. Kalau pagi hari biasa sarapan sama keluarga baru siang hari setelah minta sedekah beli nasi terkadang juga engga makan baru malam hari makan malam sama keluarga ”. Setelah mengetahui tentang konsumsi Soni Irawan peneliti juga menanyakan bagaimana jika Soni sakit. Pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanyakan kepada Soni yaitu apakah anda kerumah sakit atau istirahat saja kalau anda sakit, Soni menuturkan “ biasanya beli obat di warung dekat rumah saja kalau lagi sakit tapi kalau uda sakitnya tidak sembuh ya saya ke rumah sakit karena ada jamkesmas. Setelah bertanya tentang biaya konsumsi dan bagaimana Soni kalau sakit, peneliti kemudian bertanya bagaimana status tempat tinggal dan dengan siapa soni tinggal, pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanyakan kepada Soni yaitu apakah anda memiliki tempat tinggal tetap dan bagaimana status kepemilikan tempat tinggal anda. Soni mengatakan bahwa ia memiliki tempat tinggal tetap yaitu tinggal bersama ibu mertuanya. “ oh kalau rumah tetap ada bang, aku tinggal bersama ibu mertua aku karena kan anak – anak dari ibu mertua aku uda berumah tangga sendiri – sendiri jadi ya aku bersama istri aku tinggal bersama orang tuanya sekalian mengurus orang tuanya juga bang ”. Kemudian peneliti bertanya mengapa anda memilih jalan Irian sebagai tempat mengemis, selain Jalan Universitas Sumatera Utara 63 Irian apakah ada tempat lain yang anda kunjungi untuk mengemis. Soni menuturkan bahwa ia mengemis di Jalan Irian karena ramai dan ia keliling – keliling Kota Binjai untuk mengemis. “ karena ramai orang lewat, dan biasanya orang juga kalau mau belanja ke pajakkan lewat sini dan biasanya kalau uda sepi orang lewat sini aku keliling – keliling bang seperti ke depan supermarket ramayana ke Masjid Raya”. Setelah mengetahui alasan mengapa Soni memilih Jalan Irian sebagai tempat ia melakukan kegiatannya sebagai pengemis kemudian peneliti bertanya tentang tabungan Soni, pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanya kepada Soni apakah dalam sehari anda bisa menyisihkan pendapatan anda untuk menabung, berapa jumlah yang anda tabung dalam sehari. Soni menjawab bisa dan jumlah yang ia tabung sebesar Rp.20.000. “ bisa bang biasanya ditabung sebesar Rp. 20.000 dan kalau tidak ada keperluan lain ya biasanya Rp. 20.000 bang yang ditabung tapi ya tergantung dari pendapatan juga bang, tabungannya nanti ya buat keperluan mendadak dan keperluan anak sekolah ”. ANALISIS DATA Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam dengan informan utama yaitu pengemis cacat yaitu Julaidi dan Soni Irawan diketahui bahwa mereka mempunyai keluarga walaupun Julaidi hanya sepuluh hari sekali bertemu dengan keluarganya. Anggota keluarga mereka juga tidak ada yang terlibat dalam kegiatan mengemis yang seperti mereka lakukan dan mereka dalam melakukan kegiatannya sebagai pengemis sama sekali tidak terorganisir. Hubungan mereka dengan warga sekitar tempat tinggal mereka yaitu cukup baik dan tidak adanya Universitas Sumatera Utara 64 permasalahan yang besar karena Soni Irawan sendiri aktif dilingkungan tempat ia tinggal dan ia juga rutin mengikuti kegiatan – kegiatan yang ada ditempat tinggal dirinya. Julaidi sendiri tidak bisa bersosialisasi dengan warga sekitar karena keterbelakangan fisik dan tidak mampunya ia berkomunikasi dengan baik dengan orang – orang disekitarnya. Kedua informan juga menjadi seorang pengemis sudah cukup lama yaitu lebih dari enam bulan dan bahkan Julaidi sendiri menjadi pengemis sudah sepuluh tahun. Kedua informan juga dalam melakukan kegiatan mengemisnya diwaktu yang bersama yaitu pada siang hari dan mereka juga tidak ada mata pencaharian lain selain mengemis yang bisa mereka lakukan pada saat ini. Kekurangan fisik yang kurang sempurna menjadikan alasan mengapa mereka mengemis, seperti halnya Soni Irawan yang pasrah pada keadaan fisiknya yang tidak mempunyai satu kaki sehingga ia menjadikan dirinya sebagai seorang pengemis padahal kalau peneliti lihat ia masih bisa bekerja seperti membuat kerajinan tangan ataupun sebagai tukang servis misalnya servis barang – barang elektronik yang kerja tidak memerlukan banyak jalan. Soni mungkin tidak bisa mengerjakan pekerjaan itu karena tidak adanya skill dari dirinya. Penghasilan kedua informan cukup besar dalam perharinya bisa mencapai Rp.100.000 kalau rejeki mereka lagi banyak bahkan Julaidi sendiri penghasilannya perhari selalu lebih dari seratus ribu rupiah. Penghasilan tersebut bisa untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka masing – masing. Pekerjaan lain selain mengemis kedua informan menuturkan bahwa dahulu Soni adalah seorang nelayan yang pada suatu hari ia kecelakaan dan kakinya harus diamputasi dan ia tidak bisa lagi pergi melaut sebagai nelayan, sedangakan Julaidi dahulunya Universitas Sumatera Utara 65 adalah seorang tukang bangunan hingga pada suatu saat ia terkena penyakit keterbelakangan fisik dan peneliti lihat dia juga sudah mempunyai penyakit keterbelakangan mental. Soni Irawan sendiri mengaku bahwa ia tidak pernah mengikuti sekolah nonformal untuk melatih skillnya agar bisa berkehidupan bukan sebagai seorang pengemis lagi yang sering diadakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat. Konsumsi kedua informan yaitu sama mereka makan dalam seharinya sebanyak tiga kali dan mengeluarkan biaya untuk konsumsi lebih dari lima puluh ribu rupiah yang pengeluaran tersebut sudah termasuk untuk biaya konsumsi mereka beserta keluarga mereka. Kedua informan juga menjelaskan bahwa jika mereka sakit mereka hanya membeli obat diwarung dekat rumah mereka tetapi jika sakitnya sudah parah maka mereka akan berobat kerumah sakit dengan membawa kartu jamkesmas yang mereka miliki. Sementara itu, kedua informan juga mempunyai tempat tinggal tetap yaitu Soni Irawan yang tinggal bersama ibu mertua dan Julaidi yang mengontrak rumah. Kedua informan juga bukan pengemis yang bergelandangan dijalan – jalanan Kota Binjai karena mereka juga mempunyai waktu kapan harus mengemis dan kapan harus pulang kerumah. Alasan kedua informan mengemis di Pasar Kaget maupun Jalan Irian sama yaitu karena tempat – tempat tersebut ramai pengunjung dan tempat – tempat lain yang mereka kunjungi selain Pasar Kaget dan Jalan Irian yaitu jalanan – jalanan yang ada di Kota Binjai maupun di depan supermarket – supermarket yang ada di Binjai. Kedua informan juga dalam seharinya bisa menyisihkan pendapatan mereka untuk ditabung. Jumlah pendapatan mereka yang bisa mereka tabung Universitas Sumatera Utara 66 yaitu sebesar sepuluh ribu rupiah, jika rejeki mereka lagi banyak dan pengeluaran mendadak tidak ada. 5.2. Pengemis Lanjut Usia 5.2.1. Informan Pertama Nama : Fuad Hasan Umur : 51 Tahun Jenis Kelamin : Laki – Laki Pendidikan Terakhir : Pernah Bersekolah Tetapi Tidak Sampai Tamat SD Agama : Islam Suku : Melayu Status : Mempunyai Seorang Istri Dan 4 Orang Anak Alamat : Kecamatan Bahorok Desa Simpang Jaya Fuad Hasan merupakan salah satu pengemis lanjut usia yang ada di Kota Binjai. Fuad Hasan dahulunya adalah seorang petani, pada suatu hari ketika dia sedang berkebun dan memanjat sebuah pohon kelapa dia terjatuh dan menyebabkan kakinya patah. Pak Hasan biasa dia dipanggil, sudah berobat untuk kemana – kemana untuk menyembuhkan kakinya yang patah akan tetapi dia tidak dapat terobati juga dan mengakibatkan dia susah berjalan dan tidak dapat lagi menjalani profesinya sebagai petani. Seorang istrinya memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan apabila ada panggilan tetangga untuk membersihkan lahan Universitas Sumatera Utara 67 pertanian seperti membabat rumput maka istri dari Pak Hasan akan mengerjakannya dan hasil upah akan dipergunakan untuk biaya kebutuhan sehari – hari. Pak Hasan melakukan kegiatan mengemisnya tidak setiap hari, ia hanya mengemis seminggu tiga kali dan terkadang empat kali dalam seminggu. Pak Hasan sendiri menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan. Akan tetapi Pak Hasan tidaklah cacat karena masih memiliki kedua kakinya hanya saja kakinya yang sebelah sudah tidak bisa digerakkan lagi atau lumpuh. Peneliti agar mengetahui kondisi sosial Pak Hasan maka peneliti bertanya beberapa pertanyaan. Pertanyaan pertama yang peneliti tanyakan kepada Hasan yaitu apakah anda mempunyai keluarga. Hasan menuturkan bahwa ia memiliki seorang istri dan empat orang anak. “kalau anak empat. Dua sudah berumah tangga dan dua lagi masih tinggal sama saya. Nomor pertama laki – laki nomor dua perempuan yang ketiga laki – laki juga yang keempatnya laki – laki. Nomor satu dan nomor dua yang sudah nikah, nomor tiga dan empat masih ikut sama saya”. Pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanyakan adalah berapa jam anda berkumpul dengan anggota keluarga dan apakah ada anggota keluarga yang terlibat dalam melakukan kegiatan mengemis. Hasan menuturkan bahwa ia berkumpul dengan keluarganya hanya dimalam hari saja sambil beristirahat dan hanya ia sendiri yang mengemis dalam keluarganya. “ malam hari saja kan kalau siang saya minta – minta kekgini. Kalau minta – minta kekgini cuma saya sendiri dalam keluarga”. Setelah mengetahui keadaan sosial keluarga Pak Hasan kemudian peneliti bertanya bagaimana keadaan sosial Pak Hasan dengan warga sekitar tempat tinggalnya. Adapun pertanyaan yang peneliti tanyakan apakah anda bersosialisasi Universitas Sumatera Utara 68 dilingkungan tempat anda tinggal, apakah anda mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan tempat tinggal ada, jika ada apakah rutin mengikutinya. Hasan menuturkan bahwa ia bersosialisasi dilingkungan tempat tinggalnya dan rutin mengikuti kegiatan – kegiatan yang ada dilingkungannya seperti gotong royong dan wirit bapak – bapak setiap malam jumat. “ kalau bersosialisasi ia orang – orang kampung saya pun kenal saya. oh ia, kalau nanti misalnya ada gotong royong ataupun kegiatan lainnya kalau saya bisa bantu saya bantu. Kalau wirit tiap malam jumat saya selalu ikut ya membayar iuran juga ”. Setelah mengetahui keadaan sosial dari Hasan peneliti selanjutnya ingin mengetahui keadaan ekonomi dari Pak Hasan. Adapun pertanyaan pertama yang peneliti tanyakan kepada Pak Hasan yaitu Sudah berapa lama anda menjadi pengemis, dan dalam sehari berapa kali anda melakukan kegiatan mengemis. Pak Hasan menuturkan bahwa ia mengemis sudah tujuh belas tahun dan dalam seharinya ia mengemis hanya sekali. “Menjadi tukang minta – minta dari semenjak saya tidak bisa berjalan, sekitar tujuh belas tahunlah. Kalau minta – minta cuma sekali dalam sehari, saya berangkat dari rumah sekitar jam 9 pagi sampai di Binjai jam setengah 10 sesudah itu saya pulang biasanya sehabis ashar”. Pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanyakan yaitu adakah mata pencaharian lain yang anda lakukan selain mengemis dab faktor apa yang menjadikan anda menjadi seorang pengemis. Pak Hasan menuturkan bahwa tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia kerjakan selain mengemis karena faktor keterbelakangan fisik dan tenaga yang tidak sanggup lagi bekerja dan juga faktor ekonomi yang menghimpit keluarganya. “Kalau kerjaan lain selain mengemis tidak ada, karena mau kerja lain pun tenaga sudah tidak ada, jalan pun susah. Universitas Sumatera Utara 69 Karena untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, anak tidak bisa bantu, hidup anak juga susah makanya saya menjadi tukang minta – minta. Setelah mengetahui faktor penyebab Pak Hasan menjadi seorang pengemis, kemudian peneliti bertanya tentang apakah pernah mencoba melakukan pekerjaan lain selain mengemis. Pak Hasan menuturkan bahwa kalau ada pihak yang meminjamkannya modal maka ia ingin membuka usaha seperti warung kecil – kecilan. “kemarin ada tetangga yang berjanji ingin membantu saya meminjamkan modal untuk usaha, saya sudah berniat untuk membuka warung kecil – kecilan, ya tetapi sampai sekarang tidak ada. Sebenarnya saya juga tidak ingin seperti ini tapi saya tidak bisa berbuat lain”. Pak Hasan juga menceritakan kepada peneliti bahwa dia tidak pernah mengikuti sekolah nonformal seperti diajari keterampilan kerajinan tangan maupun keterampilan lain agar hasil dari kerajinan tangan bisa dijual dan untungnya bisa untuk memenuhi kehidupannya. Pertanyaan selanjutnya yang peneliti Tanya kepada Pak Hasan adalah tentang konsumsi dia sehari hari. Adapun pertanyaan yang peneliti tanya kepada Pak Hasan yaitu berapa kali anda makan dalam sehari, berapa biaya pengeluaran anda untuk komsumsi anda beserta keluarga. Pak Hasan menuturkan bahwa ia makan sehari sebanyak tiga kali dan biaya pengeluaran untuk konsumsi sebesar Rp.40.000, biaya tersebut sudah termasuk biaya konsumsi ia beserta keluarganya. “ makan sehari tiga kali. Kalau biayanya empat puluh ribu rupiah uda sama keluarga. Ketika peneliti bertanya tentang kesehatan Pak Hasan, ia menuturkan kalau ia sakit biasanya beristirahat dirumah tetapi kalau sakitnya tidak sembuh Universitas Sumatera Utara 70 juga maka ia pergi ke Puskesmas yang ada didekat rumahnya dan biaya pengobatannya untuk pergi ke Puskesmas yaitu dari kartu jamkesmas yang ia miliki. “ biasanya berobat ke Puskesmas yang didekat rumah sambil istirahat tapi kalau engga sembuh juga baru kerumah sakit. Biayanya puskesmas memakai kartu jamkesmas ya walaupun bayar tapi bayarnya engga mahal jadi masih sanggup”. Setelah mengetahui tentang bagaimana kalau Pak Hasan sakit maka peneliti bertanya tentang bagaimana ia tinggal dan bagaimana status dari kepemilikan tempat tinggalnya. Pertanyaan pertama yang peneliti tanya adalah apakah anda memiliki tempat tinggal tetap, bagaimana status kepemilikan tempat tinggal anda. Pak Hasan menuturkan bahwa ia tinggal di Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat dan ia mempunyai tempat tinggal tetap walaupun tempat tinggalnya sederhana. “ Dahulunya saya tinggal di Binjai di Kelurahan Tanjung Jati ngontrak rumah beserta istri dan anak, tetapi waktu ibu saya masih hidup belum meninggal dunia dia menyuruh saya untuk pindah ke Bahorok ketimbang ngontrak rumah di Binjai. Ibu saya memberi tanah kosongnya yang ada di Bahorok dan saya pun membangun rumah disana walaupun gubuk, karena saya tidak sanggup lagi membayar kontrakan yang ada di Binjai”. Pak Hasan juga menuturkan bagaimana ia bisa sampai mengemis di Binjai yaitu dengan menaiki angkutan umum yang jaraknya cukup jauh apabila dari Bahorok ke Binjai yaitu sekitar satu setengah jam kalau menaiki angkutan umum. Kemudian peneliti bertanya mengapa anda memilih tanah lapang sebagai tempat mengemis. Pak Hasan menuturkan bahwa ia memilih Tanah Lapang sebagai tempat ia mengemis karena dikawasan tersebut ramai orang dan juga banyak Universitas Sumatera Utara 71 rumah toko yang berjualan dan juga banyak tempat – tempat les. “ Karena disini ramai orang, banyak anak muda yang duduk – duduk ditaman jadi saya minta - minta sama mereka dan juga banyak anak muda yang les dan banyak juga orang yang berjualan, jadi saya minta -minta sama mereka”. Peneliti juga bertanya kepada Pak Hasan selain Tanah Lapang Merdeka Binjai apakah ada tempat lain yang ia kunjungi untuk mengemis. Pak Hasan menuturkan bahwa selain Tanah Lapang Binjai ia juga melakukan kegiatan mengemisnya dikawasan depan Ramayana yaitu sebuah supermarket dan juga berkeliling – keliling Kota Binjai yang ramai orang. Selain di Kota Binjai Pak Hasan juga menuturkan bahwa ia terkadang melakukan kegiatan mengemisnya di Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat. “ Biasanya saya minta - minta keliling – keliling Kota Binjai di Tanah Lapang, depan Ramayana baru kekawasan Pasar Kaget ya pokoknya keliling – keliling Kota Binjai. Saya juga minta -minta ke Kuala tapi kalau masih dapat sedikit baru saya lanjut ke Binjai. Biasanya saya dapat rejeki b anyak di Binjai.” Setelah mengetahui bagaimana tempat tinggal dan alasan mengapa ia mengemis di Binjai, kemudian peneliti bagaimana tentang tabungan Pak Hasan. Adapun pertanyaan yang peneliti tanya kepada Pak Hasan adalah apakah dalam sehari anda bisa menyisihkan pendapatan anda untuk menabung, berapa jumlah yang anda tabung dalam sehari. Pak Hasan menuturkan bahwa ia terkadang bisa menyisihkan pendapatannya untuk ditabung sebesar sepuluh ribu rupiah tergantung rejeki yang ia dapat dari mengemis. “Kalau da pat rejeki banyak biasanya saya sisihkan sepeluh ribu untuk ditabung terkadang juga lebih dari segitu terkadang juga tidak bisa ditabung tergantung rejeki”. Ketika peneliti Universitas Sumatera Utara 72 bertanya apakah ada program pemerintah yang pernah ia dapat untuk membantu kehidupannya seperti mengikuti program ataupun dana bantuan langsung. Pak Hasan menuturkan bahwa ia tidak pernah mendapat bantuan ataupun program – program untuk melatihnya dirinya agar bisa hidup secara mandiri tidak lagi mengemis maupun dana bantuan langsung.

5.2.2. Informan Kedua

Nama : Masyo Umur : 60 Tahun Jenis Kelamin : Laki – Laki Pendidikan Terakhir : Tidak Pernah Bersekolah Agama : Islam Suku : Jawa Status : Mempunyai Seorang Istri Dan 3 Orang Anak Alamat : Kelurahan Limau Sundai Kota Binjai Masyo adalah informan kedua yang peneliti jumpai di Kawasan Jalan Irian. Masyo dalam melakukan kegiatan mengemisnya tidak setiap hari, ia hanya melakukan kegiatan mengemis dua hari sekali. Masyo mempunyai seorang istri yang tinggal bersama dirinya. Anak dari Masyo sendiri berjumlah tiga orang yang Universitas Sumatera Utara 73 dua orang sudah berumah tangga dan satunya lagi bekerja di Malaysia. Anak masyo yang pertama adalah perempuan dan mempunyai dua orang anak, nomor dua adalah laki – laki dan mempunyai satu anak dan nomor tiga adalah perempuan yang bekerja di Malaysia. Sebelum Masyo menjadi pengemis Masyo dahulunya adalah seorang supir truk balok disebuah pabrik dan pada suatu hari ia mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkan ia menjadi buta. Ketika peneliti bertanya apakah keluarga ia tahu bahwa ia mengemis masyo menuturkan bahwa keluarganya tahu dan membiarkannya untuk mengemis karena faktor ekonomi yang harus dipenuhi. Masyo sendiri ketika mengemis dibantu oleh cucunya yang bernama anggi untuk membawanya mengemis. Peneliti agar mengetahui keadaan sosial masyo, maka peneliti mewawancarai masyo dengan beberapa pertanyaan. Pertanyaan pertama yang peneliti tanya adalah apakah anda mempunyai keluarga. Masyo menuturkan bahwa ia memiliki seorang istri dan tiga orang anak. “ puny a istri satu, kalau anak tiga. Nomor satu sudah berumah tangga punya dua orang anak, nomor dua sudah berumah tangga juga punya anak satu, yang nomor tiga kerja di Malaysia sekarang. Masyo juga menjelaskan bahwa anak yang nomor satu tinggal disebelah rumahnya dan anak yang nomor dua tinggal di Kelurahan Tanah Merah yang ada di Binjai dan nomor tiganya bekerja di Malaysia jadi waktu ia berkumpul dengan istri yaitu ketika ia tidak mengemis dan biasanya kalau ia mengemis ia berkumpul istri dan anaknya nomor satu pada malam hari ketika anaknya yang nomor satu berkujung kerumahnya. Masyo juga menjelaskan bahwa ia mengemis atas kemauan sendiri bukan karena faktor dorongan siapapun Universitas Sumatera Utara 74 termasuk suruhan orang atau dengan kata lain masyo mengemis bukan karena terorganisir. Setelah mengetahui bagaimana kondisi sosial masyo dengan keluarga, peneliti kemudian menanyakan tentang bagaimana masyo dilingkungan tempat tinggalnya. Adapun pertanyaan yang peneliti tanya kepada Masyo adalah apakah anda bersosialisasi dilingkungan tempat tinggal, apakah anda mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan, jika ada apakah rutin mengikutinya. Masyo menuturkan bahwa ia dengan tetangga bersosialisasi dan warga sekitar tempat tinggalnya mengenal dirinya. Kegiatan yang ia ikuti adalah wirit bapak – bapak setiap malam rabu. “ ia bersosialisasi, orang – orang kampung saya juga kenal sama saya. kegiatan dilingkungan saya biasanya saya ikut wirit bapak – bapak setiap malam rabu. Kalau saya mau wirit biasanya dijemput sama tetangga yang mau wirit juga, dialah membawa saya kerumah warga yang wirit”. Setelah mengetahui keadaan sosial Masyo dengan keluarga ataupun dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, kemudian peneliti bertanya tentang keadaan ekonomi dirinya. Pertanyaan pertama yang peneliti tanya adalah sudah berapa lama anda menjadi pengemis. Masyo menuturkan bahwa ia menjadi pengemis sudah dua puluh tahun. “ Kalau kayakgini semenjak mata saya tidak bisa lihat, sekitar dua puluh tahun ” . Peneliti kemudian menanyakan dalamsehari berapa kali anda melakukan kegiatan mengemis. Masyo menuturkan bahwa ia mengemis hanya dua hari sekali. “kalau kayakgini dua hari sekali, ti dak terus – terusan”. Universitas Sumatera Utara 75 Setelah mengetahui sudah berapa lama Masyo menjadi seorang pengemis peneliti kemudian bertanya tentang pekerjaan lain yang ia kerjakan dan faktor apa yang menyebabkan ia menjadi seorang pengemis. Adapun pertanyaan yang peneliti sampaikan adalah adakah mata pencaharian lain yang anda lakukan selain mengemis dan faktor apa yang menjadikan anda melakukan kegiatan mengemis. Masyo menuturkan bahwa ia tidak mempunyai pekerjaan lain selain mengemis. Faktor yang menyebabkan ia menjadi seorang pengemis karena faktor ekonomi dan tidak bisa untuk melihat. “ kalau pekerjaan lain engga ada, tapi dulu sebelum saya begini, saya supir truk grobak balok. Untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari karena anak pun engga ada yang bisa bantu,orang itu pun susah semua jadi ya untuk makan sehari – hari ya kayak gini”. Peneliti selanjutnya bertanya tentang penghasilan Masyo dalam sehari – harinya. Masyo menjelaskan bahwa pendapatan ia perharinya bisa mencapai seratus ribu bisa juga mencapai dua ratus ribu ru piah. “ kalau pendapatan tergantung bisa seratus ribu , seratus lima puluh ribu terkadang juga bisa sampai dua ratus ribu”. Setelah mengetahui berapa pendapatan Masyo perhari kemudian peneliti bertanya tentang bagaimana konsumsi Mayo. Adapun pertanyaan yang peneliti tanya kepada masyo adalah berapa kali anda makan dalam sehari, berapa biaya pengeluaran anda untuk konsumsi beserta keluarga. Masyo menuturkan bahwa ia makan sehari tiga kali dan biaya pengeluaran makan dalam sehari mencapai lima puluh ribu rupiah. “ makan sehari tiga kali. Kalau biaya konsumsi istri yang mengatur, karena berapa yang saya dapat dari kayakgini saya kasih uangnya keistri saya. tapi kurang lebih lima puluh ribu itu untuk makan saya sama istri”. Universitas Sumatera Utara 76 Peneliti kemudian bertanya tentang kesehatan Masyo. Adapun pertanyaan yang peneliti tanya kepada Masyo yaitu apakah anda kerumah sakit atau istirahat dirumah saja kalau anda sakit, jika kerumah sakit apakah pendapatan anda cukup untuk membiayai pengobatan anda. Masyo menuturkan bahwa jika ia sakit parah maka ia akan berobat kerumah sakit dengan menggunakan kartu jamkesmas tetapi kalau sakitnya tidak parah Masyo menjelaskan bahwa ia akan istrirahat dirumah saja dan membeli obat diwarung. Peneliti kemudian bertanya tentang status kepemilikan tempat tinggal Masyo dengan pertanyaan apakah anda memiliki tempat tinggal tetap dan bagaimana status kemepilikan tempat tinggal anda. Masyo menuturkan bahwa ia memiliki tempat tinggal tetap, dantempat tinggalnya adalah milik sendiri. “ Kalau tempat tinggal tetap ada. Dahulunya saya dikasih tanah pusaka sama orang tua saya, lalu saya bangun sedikit – sedikit misalnya saya bangun dindingnya dengan tepas baru saya ganti dengan batu, bukan macam orang kaya yang bisa bikin rumah sekaligus cantik saya bikin rumah nyicil sedikit demi sedikit.” Pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanya kepada Masyo yaitu mengapa memilih Jalan Irian sebagai tempat mengemis, selain Jalan Irian apakah ada tempat lain yang anda kunjungi untuk mengemis. Masyo menuturkan bahwa ia melakukan aksi kegiatannya sebagai seorang pengemis di Jalan Irian karena ramai pengunjung dan selain Jalan Irian Masyo juga biasanya ke Pasar Kaget dan juga kedepan Ramayana. Masyo juga menuturkan bahwa jika pendapatannya masih kurang maka ia akan keliling – keliling jalanan yang ada di Kota Binjai. Setelah mengetahui tentang alasan Masyo memililih Jalan Irian dan juga kemana saja ia mengemis maka peneliti kemudian bertanya tentang tabungan Masyo. Apakah Universitas Sumatera Utara 77 dalam sehari anda bisa menyisihkan pendapatan anda untuk menabung, berapa jumlah yang anda tabung dalam sehari. Masyo menuturkan bahwa masalah tabungan ia tidak tahu bagaimana karena pendapatan yang ia hasilkan biasanya ia berikan semuanya kepada istrinya. Peneliti kemudian bertanya apakah anda pernah mengikuti program dari pemerintah agar anda dapat hidup mandiri dan tidak mengemis lagi. Masyo menuturkan bahwa ia sama sekali tidak pernah dapat bantuan program maupun bantuan dana dari pemerintah. “ Kalau masalah itu saya tidak pernah dapat bantuan apapun dari pemerintah. Contohnya saja kan ada dana bbm itu yang ada tiga ratus ribu sebulan itu sama sekali saya tidak pernah dapat sekalipun malah yang saya tahu orang yang masih mampu malah dapat”. ANALISIS DATA Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam dengan informan utama yaitu pengemis lanjut usia dapat diketahui bahwa kedua informan tersebut mempunyai keluarga yaitu Pak Hasan mempunyai seorang istri dan empat orang anak, sedangkan Masyo mempunyai seorang istri dan tiga orang anak yang masing – masing dari kedua informan tersebut berbeda status anaknya. Kedua informan tersebut bersama – sama berkumpul dengan anggota keluarganya pada malam hari karena pada siang hari mereka melakukan pekerjaan mereka sebagai pengemis dan kedua informan tersebut berbeda dalam melakukan kegiatan mengemis. Pak Hasan sendiri tidak ada anggota keluarga yang terlibat dalam kegiatan mengemis, Masyo dalam melakukan kegiatannya sebagai pengemis Universitas Sumatera Utara 78 dibantu oleh cucunya untuk membawa ia jalan karena keadaan mata yang tidak bisa melihat. Kedua informan dalam melakukan kegiatan mengemis juga sama – sama tidak terorganisir seperti adanya bos dalam aksi mereka. Kedua informan juga bersosialisasi dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Kedua informan juga menyebutkan bahwa mereka dikenal dengan warga sekitar tempat tinggal mereka. Mereka juga aktif dalam kegiatan yang ada dilingkungan mereka tinggal seperti mengikuti wirit yang dilakukan oleh bapak – bapak. Pak Hasan sendiri setiap malam jumat selalu aktif mengikuti wirit dan Masyo setiap malam rabu mengikuti wirit yang dibantu oleh tetangganya untuk menuju kerumah salah seorang warga yang telah dijadwalkan untuk mengadakan wirit karena Masyo tidak dapat melihat. Kedua informan juga sudah cukup lama dalam menjalani kegiatan mengemisnya yaitu Pak Hasan yang sudah tujuh belas tahun dan Masyo yang sudah dua puluh tahun. Kedua informan juga memberikan informasi kepada peneliti bahwa mereka mengemis hanya sekali dalam sehari yaitu pada siang hari dari jam sepuluh pagi sampai dengan jam empat sore. Pak Hasan dan Masyo tidak memiliki pekerjaan lain selain mengemis pada saat ini. Mereka hanya mengandalkan hasil dari mengemis untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari – hari. Faktor yang menjadikan alasan mengapa mereka mengemis yaitu karena mereka tidak sanggup bekerja seperti orang biasa karena keterbelakangan fisik yang mereka miliki Pak Hasan yang sulit untuk berjalan dan Masyo yang tidak bisa melihat. Selain faktor keterbelakangan fisik yang menjadikan alasan mengapa mereka mengemis, kedua informan juga menyebutkan bahwa faktor kesulitan ekonomi juga yang menyebabkan mengapa Universitas Sumatera Utara 79 mereka menjadi pengemis karena untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari hari. Kedua informan juga menyampaikan kepada peneliti bahwa tidak adanya anggota keluarga yang bisa membantu untuk memenuhi kebutuhan mereka karena anggota keluarga mereka juga masing – masing kesulitan dalam masalah ekonomi dan hal seperti ini yang menjadi alasan mereka mengemis. Penghasilan dari kedua informan juga lumayan besar sehingga mereka mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka beserta keluarga mereka. Pak Hasan sendiri mempunyai penghasilan perharinya sebesar lima puluh ribu rupiah, kalau rejekinya lagi banyak bisa mencapai seratus ribu lebih sedangkan Masyo sendiri dalam melakukan kegiatan mengemisnya yang hanya dua hari sekali bisa mencapai seratus ribu rupiah dan bisa sampai dua ratus ribu rupiah kalau rejekinya sedang banyak. Pak Hasan dahulunya adalah seorang petani menanam padi dan Masyo adalah supir truk balok. Keduanya mengalami kecelakaan kerja dan sakit yang mereka derita tidak bisa sembuh, hal itulah yang menjadikan alasan mereka tidak pernah mencoba pekerjaan lain selain mengemis. Kedua informan juga menyebutkan bahwa mereka tidak pernah sama sekali mengikuti sekolah nonformal yang diadakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat untuk mereka agar bisa berkehidupan secara mandiri. Kedua informan dalam sehari makan sebanyak tiga kali dan biaya yang dikeluarkan sebesar lima puluh ribu rupiah biaya tersebut sudah termasuk biaya konsumsi beserta keluarga mereka. Masyo sendiri dalam biaya konsumsi memberikan informasi kepada peneliti bahwa ia tidak tahu berapa biaya yang ia keluarkan karena semua penghasilannya ia berikan kepada istrinya akan tetapi ia memperkirakan bahwa biaya konsumsi ia beserta keluarganya sebesar lima puluh Universitas Sumatera Utara 80 ribu rupiah. Peneliti juga mendapatkan informasi tentang kesehatan kedua informan bahwa jika mereka sakit biasanya mereka membeli obat diwarung tetapi jika sakit mereka parah maka mereka pergi kerumah sakit dengan membawa kartu jamkesmas yang mereka miliki. Kedua informan juga menjelaskan kepada peneliti bahwa mereka masing – masing memiliki tempat tinggal tetap yaitu rumah sendiri. Kedua informan juga memberikan informasi yang sama yaitu dalam membangun tempat tinggal mereka, mereka diwariskan tanah pusaka oleh kedua orang tua mereka yang tanah tersebut kemudian dibangun rumah oleh mereka dengansederhana. Pak hasan sendiri mempunyai jarak antara tempat tinggal dengan lokasi mengemis cukup jauh yaitu ia harus menaiki angkutan umum untuk sampai ke lokasi ia mengemis sedangkan Masyo sendiri jarak antara tempat tinggalnya dengan lokasi mengemis sekitar satu kilo meter. Alasan kedua informan memilih Tanah Lapang dan Jalan Irian sebagai lokasi mengemis karena ramai pengunjung yang ingin berbelanja dan selain Jalan Irian mereka juga mengemis didepan Supermarket Ramayana dan juga keliling – keliling Kota Binjai. Kedua informan juga memberikan informasi kepada peneliti bahwa mereka dalamsehari bisa menyisihkan pendapatan mereka untuk ditabung sebesar sepuluh ribu rupiah apabila rejeki mereka lagi banyak.

5.3 Pengemis Anak

Nama : Tomi Harsono Umur : 8 Tahun Jenis Kelamin : Laki – Laki Universitas Sumatera Utara 81 Pendidikan : Sekolah Dasar Agama : Islam Suku : Jawa Status : Pelajar Alamat : Kecamatan Selayang Kota Medan Tomi Harsono ketika peneliti menemukannya sedang mengemis didepan Supermarket Ramayana Binjai sedang kelihatan memegang sebuah aqua gelas dan sambil meminum air kelapa muda. Peneliti juga melihat bahwa ketika sedang mengemis Tomi sedang duduk bersandar didinding sambil menadahkan tangannya dengan aqua gelas agar para pengunjung Supermarket Ramayana meberikannya belas kasihan. Ketika peneliti sudah memutuskan Tomi untuk dijadikan Informan pengemis anak, maka peneliti langsung mendatangi Tomi dan memberikan beberapa pertanyaan. Untuk mengetahui keadaan sosial Tomi maka peneliti memberikan pertanyaan pertama yaitu apakah anda mempunyai keluarga. Tomi menuturkan bahwa ia mempunyai keluarga yaitu seorang ayah, ibu dan satu adik . “ punya om, adik s atu masih kecil, mamak sama bapak ”. Kemudian Tomi juga menuturkan bahwa ia berkumpul dengan anggota keluarganya pada pagi hari ketika sarapan pagi dan juga ketika malam hari sambil menonton televisi. Peneliti kemudian bertanya kepada Tomi apakah ada anggota keluarga yang terlibat dalam kegiatan mengemis dan apakah orang tua tahu kalau anda mengemis. Tomi menuturkan bahwa ibunya juga terlibat dalam kegiatan mengemis dan ibunya juga tahu kalau ia mengemis. “ Itu om mamak sambil Universitas Sumatera Utara 82 menunjuk kesamping”. Kemudian peneliti bertanya kepada Tomi apakah dalam kegiatan mengemis anda terorganisir. Tomi menjelaskan bahwa ia mengemis hanya berdua dengan ibunya saja. Peneliti juga bertanya apakah anda bersosialisasi dilingkungan tempat tinggal. Tomi menuturkan bahwa ia bersosialisasi dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. “ ia om. Kalau teman sebaya aku pasti kenal dengan aku, kalau rumahnya dekat dengan aku. Biasanya aku ikut sama mamak minta – minta kekgini pas pulang sekolah tapi kalau lagi engga dibawa mamak ikut aku pulang sekolah main – main sama kawan ” . Setelah mengetahui keadaan sosial Tomi, kemudian peneliti bertanya tentang keadaan ekonomi Tomi. Pertanyaan pertama yang peneliti tanya kepada Tomi yaitu sudah berapa lama anda menjadi pengemis. Tomi menuturkan bahwa ia tidak tahu persis sudah berapa lama ia menjadi seorang pengemis. “ engga tau om. Tapi dari kelas satu SD aku uda ikut mamak aku kalau diajak mamak minta – minta.” Kemudian peneliti bertanya kepada Tomi dalam sehari berapakali anda melakukan kegiatan mengemis. Tomi menuturkan bahwa ia dalam sehari hanya sekali melakukan kegiatan mengemis pada waktu ia pulang sekolah dan jika ibunya mengajaknya pergi untuk mengemis. Ketika peneliti bertanya faktor apa yang menjadikan anda melakukan kegiatan mengemis. Tomi menuturkan bahwa faktor dorongan dari sang ibu yang membuat ia mengemis. “ ikut sama mamak om, diajak sama mamak.” Peneliti kemudian bertanya adakah kegiatan lain yang anda lakukan selain mengemis untuk menghasilkan uang.Tomi menuturkan bahwa untukmenghasilkan uang ia hanya mengemis saja dan uang yang akan ia hasilkan terus diberikan kepada ibunya yang berada disampingnya. Tomi menuturkan bahwa pendapatan Universitas Sumatera Utara 83 dari hasil mengemis yang ia peroleh dalam sehari ia tidak tahu berapa jumlahnya. Karena pendapatan yang ia hasilkan langsung ia berikan kepada ibunya. Tomi juga menjelaskan bahwa pendapatannya dalam sehari biasa ia berikan kepada ibunya kemudian ibunya memberikan uang kepadanya untuk membeli jajan. Setelah mengetahui tentang pendapatan Tomi kemudian peneliti bertanya tentang pendidikan Tomi. Kemudian peneliti bertanya kepada Tomi apakah anda bersekolah, tingkat apa sekolah anda sekarang dan siapa yang membiayai sekolah anda. Tomi menuturkan bahwa ia sekarang bersekolah disalah satu sekolah dasar yang ada didekat rumahnya dan ia sekarang duduk dikelas tiga sekolah dasar dan yang membiayai sekolahnya adalah kedua orang tuanya. “ Sekolah om, kelas tiga sekarang. Kalau uang jajan biasa dikasih sama mamak terkadang juga bapak yang ngasih tapi seringan mamak om. Kalau uang sekolah gratis, buku dikasih sama sekolah, kalau sepatu sama baju sekolah biasanya kalau uda rusak pergi sama mamak beli yan g baru.” Peneliti mengetahui bagaimana tentang pendidikan Tomikemudian peneliti bertanya tentang bagaimana konsumsi Tomi. Adapun pertanyaan yang peneliti tanya kepada Tomi yaitu berapa kali anda makan dalam sehari, berapa biaya pengeluaran anda untuk konsumsi. Tomi menuturkan bahwa ia makan dalam sehari sebanyak tiga kali, dan biaya pengeluaran untuk komsumsi ia tidak mengetahui karena konsumsinya diatur oleh orang tuanya. “ makan tiga kali sehari, kalau biaya aku gk tahu om,karena kan makan dirumah. Tapi kalau uang jajan biasa dikasih mamak mau pergi sekolah tiga ribu, kadang pulang sekolah kalau minta jajan dikasih seribu tapi kalau habis ikut mamak gini dikasi 5 ribu biasanya ”. Peneliti kemudian bertanya tentang kesehatan Tomi. Peneliti bertanya Universitas Sumatera Utara 84 kepada Tomi apakah anda kerumah sakit atau istirahat dirumah saja kalau sakit dan siapa yang membiayai pengobatan anda. Tomi menuturkan bahwa jika kalau ia sakit biasa ia dibawa ke Puskesmas yang ada didekat rumahnya. Peneliti kemudian bertanya mengenai tempat tinggal. Peneliti bertanya kepada Tomi apakah anda memiliki tempat tinggal tetap dan dengan siapa anda menempati tempat tinggal anda. Tomi menuturkan bahwa ia tinggal bersama kedua orangtuanya di Medan. “ Rumah di Medan om, tinggal sama mamak sama bapak ”. Peneliti kemudian bertanya berapa jarak antara tempat tinggal anda dengan Lokasi mengemis. Tomi menjelaskan bahwa ia tidak tahu berapa jarak antara tempat tinggalnya dengan lokasi mengemis karena lokasi mengemis dengan tempat tinggalnya cukup jauh dan harus menaiki angkutan umum. “ gak tau om, kalau kemari tadi naik angkot sama mamak”. Peneliti kemudian bertanya kepada Tomi mengapa anda memilih Jalan Irian sebagai tempat mengemis dan apakah ada tempat lain yang anda kunjungi untuk mengemis. Tomi menuturkan bahwa ia memilih Jalan Irian sebagai tempat mengemis karena ikut oleh ibunya dan Tomi menjelaskan kepada peneliti juga selain Jalan Irian yang berada di Kota Binjai ia juga mengemis bersama ibunya di Kota Medan dan tidak adanya tempat yang tetap dalam mengemis. “ karena ikut mamak aja om, dimana bawa mamak kesitu aku ikut mamak minta – minta tapi kami sering juga di Medan om, kadang juga dilampu merah yang ada di Medan”. Peneliti kemudian bertanya tentang tabungan Tomi. Adapun pertanyaan yang peneliti tanya kepada Tomi yaitu apakah dalam sehari anda bisa menyisihkan pendapatan anda untuk menabung, berapa jumlah yang anda tabung dalam sehari. Tomi menuturkan bahwa ia tidak tahu soal tabungan karena Universitas Sumatera Utara 85 biasanya uang yang diberikan oleh kedua orang tuanya habis untuk jajan ia sehari – hari. “ engga ada om, kalau uang yang diberi mamak biasanya habis untuk beli jajan kalau habis lagi biasanya aku minta sama bapak. Biasanya bapak ngasi seribu kalau jajan – jajan dirumah terkadang juga engga dikasih tapi aku cuma dia m aja”. ANALISIS DATA Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan utama yaitu pengemis anak yang bernama Tomi, ia mempunyai keluarga yaitu seorang ayah, ibu dan satu orang adik. Tomi berkumpul dengan keluarganya pada malam hari sambil beristirahat sambil berbincang – bincang dengan ayah maupun ibunya. Anggota keluarga Tomi yang terlibat dalam melakukan kegiatan mengemis adalah ibunya dan dalam melakukan kegiatan mengemis ia tidak terorganisir karena ia hanya dibawa bersama ibunya untuk mengemis dengan bersama – sama. Tomi dilingkungan tempat tinggalnya bersosialisasi denga teman sebaya, apabila ia tidak ikut mengemis dengan ibunya maka yang ia lakukan yaitu bermain dengan teman – teman sebayanya. Tomi sendiri ikut mengemis dengan ibunya semenjak ia duduk dikelas satu sekolah dasar dan sekarang Tomi sudah duduk dibangku kelas tiga sekolah dasar. Tomi dalam sehari hanya sekali mengemis pada waktu ia pulang sekolah jika ibunya membawa ia untuk mengemis, kalau ibunya tidak membawa ia untuk mengemis biasanya Tomi hanya bermain dengan teman sebayanya. Faktor yang menyebabkan Tomi menjadi pengemis yaitu karena dorongan dari ibunya yang meminta ia untuk mengemis sedangkan ibunya sendiri menerangkan kepada Universitas Sumatera Utara 86 peneliti bahwa faktor yang menyebabkan mereka menjadi pengemis yaitu karena kesulitan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari – hari. Peneliti pada saat itu melihat ibu Tomi sendiri tidak ada sakit ataupun keterbelakangan fisik, peneliti sendiri menyimpulkan bahwa faktor malas untuk bekerja yang membuat ibu Tomi dan Tomi menjadi seorang pengemis. Kegiatan lain yang Tomi lakukan selain mengemis untuk menghasilkan uang tidak ada karena ia hanya ikut mengemis bersama ibunya untuk meminta belas kasihan dari pengunjung yang berbelanja di Supermarket Ramayana. Pendapatan dari hasil mengemis Tomi tidak tahu karena setiap pengunjung yang memeberinya uang maka Tomi langsung memberinya kepada ibunya langsung. Ibu Tomi sendiri menjelaskan kepada peneliti bahwa pendapatannya bisa mencapai seratus ribu rupiah jika rejeki lagi banyak. Tomi sekarang duduk dibangku kelas tiga sekolah dasar dan yang membiayai sekolah Tomi adalah kedua orang tuanya. Tomi sendiri makan sebanyak tiga kali sehari dan biaya yang ia keluarkan untuk makan ia tidak tahu karena Tomi jika makan ia makan bersama orang tuanya. Ibu Tomi menjelaskan kepada peneliti bahwa biaya yang ia keluarkan untuk konsumsi Tomi beserta keluarganya sebesar lima puluh ribu rupiah. Kesehatan Tomi sendiri jika ia sakit parah maka ia akan pergi berobat ke Puskesmas dan biaya pengobatannya memakai kartu kesehatan. Tomi sendiri memiliki tempat tinggal tetap bersama kedua orang tuanya. Ibu Tomi menjelaskan kepada peneliti bahwa mereka memiliki tempat tinggal tetap didaerah Medan Selayang walaupun hanya mengontrak rumah. Jarak antara tempat tinggal Tomi dengan lokasi ia mengemis cukup jauh karena Tomi dan ibunya harus menaiki Universitas Sumatera Utara 87 angkutan umum untuk sampai di Kota Binjai. Alasan Tomi mengemis di Jalan Irian karena ramai pengunjung yang berbelanja kebutuhan pokok sehari – hari di Supermarket Ramayana. Selain Jalan Irian Tomi juga menjelaskan kepada peneliti bahwa ia dan ibunya biasa mengemis di Kota Medan juga yaitu dilampu – lampu merah yang ada di Kota Medan. Tomi tidak memiliki tabungan karena setiap pendapatan yang ia hasilkan dari mengemis ia langsung memberi kepada ibunya. 5.4. Informan Tambahan 5.4.1. Pegawai UPT. Pelayanan Sosial Gelandangan Dan Pengemis Binjai