Informan Kedua Pengemis Lanjut Usia 1. Informan Pertama

72 bertanya apakah ada program pemerintah yang pernah ia dapat untuk membantu kehidupannya seperti mengikuti program ataupun dana bantuan langsung. Pak Hasan menuturkan bahwa ia tidak pernah mendapat bantuan ataupun program – program untuk melatihnya dirinya agar bisa hidup secara mandiri tidak lagi mengemis maupun dana bantuan langsung.

5.2.2. Informan Kedua

Nama : Masyo Umur : 60 Tahun Jenis Kelamin : Laki – Laki Pendidikan Terakhir : Tidak Pernah Bersekolah Agama : Islam Suku : Jawa Status : Mempunyai Seorang Istri Dan 3 Orang Anak Alamat : Kelurahan Limau Sundai Kota Binjai Masyo adalah informan kedua yang peneliti jumpai di Kawasan Jalan Irian. Masyo dalam melakukan kegiatan mengemisnya tidak setiap hari, ia hanya melakukan kegiatan mengemis dua hari sekali. Masyo mempunyai seorang istri yang tinggal bersama dirinya. Anak dari Masyo sendiri berjumlah tiga orang yang Universitas Sumatera Utara 73 dua orang sudah berumah tangga dan satunya lagi bekerja di Malaysia. Anak masyo yang pertama adalah perempuan dan mempunyai dua orang anak, nomor dua adalah laki – laki dan mempunyai satu anak dan nomor tiga adalah perempuan yang bekerja di Malaysia. Sebelum Masyo menjadi pengemis Masyo dahulunya adalah seorang supir truk balok disebuah pabrik dan pada suatu hari ia mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkan ia menjadi buta. Ketika peneliti bertanya apakah keluarga ia tahu bahwa ia mengemis masyo menuturkan bahwa keluarganya tahu dan membiarkannya untuk mengemis karena faktor ekonomi yang harus dipenuhi. Masyo sendiri ketika mengemis dibantu oleh cucunya yang bernama anggi untuk membawanya mengemis. Peneliti agar mengetahui keadaan sosial masyo, maka peneliti mewawancarai masyo dengan beberapa pertanyaan. Pertanyaan pertama yang peneliti tanya adalah apakah anda mempunyai keluarga. Masyo menuturkan bahwa ia memiliki seorang istri dan tiga orang anak. “ puny a istri satu, kalau anak tiga. Nomor satu sudah berumah tangga punya dua orang anak, nomor dua sudah berumah tangga juga punya anak satu, yang nomor tiga kerja di Malaysia sekarang. Masyo juga menjelaskan bahwa anak yang nomor satu tinggal disebelah rumahnya dan anak yang nomor dua tinggal di Kelurahan Tanah Merah yang ada di Binjai dan nomor tiganya bekerja di Malaysia jadi waktu ia berkumpul dengan istri yaitu ketika ia tidak mengemis dan biasanya kalau ia mengemis ia berkumpul istri dan anaknya nomor satu pada malam hari ketika anaknya yang nomor satu berkujung kerumahnya. Masyo juga menjelaskan bahwa ia mengemis atas kemauan sendiri bukan karena faktor dorongan siapapun Universitas Sumatera Utara 74 termasuk suruhan orang atau dengan kata lain masyo mengemis bukan karena terorganisir. Setelah mengetahui bagaimana kondisi sosial masyo dengan keluarga, peneliti kemudian menanyakan tentang bagaimana masyo dilingkungan tempat tinggalnya. Adapun pertanyaan yang peneliti tanya kepada Masyo adalah apakah anda bersosialisasi dilingkungan tempat tinggal, apakah anda mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan, jika ada apakah rutin mengikutinya. Masyo menuturkan bahwa ia dengan tetangga bersosialisasi dan warga sekitar tempat tinggalnya mengenal dirinya. Kegiatan yang ia ikuti adalah wirit bapak – bapak setiap malam rabu. “ ia bersosialisasi, orang – orang kampung saya juga kenal sama saya. kegiatan dilingkungan saya biasanya saya ikut wirit bapak – bapak setiap malam rabu. Kalau saya mau wirit biasanya dijemput sama tetangga yang mau wirit juga, dialah membawa saya kerumah warga yang wirit”. Setelah mengetahui keadaan sosial Masyo dengan keluarga ataupun dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, kemudian peneliti bertanya tentang keadaan ekonomi dirinya. Pertanyaan pertama yang peneliti tanya adalah sudah berapa lama anda menjadi pengemis. Masyo menuturkan bahwa ia menjadi pengemis sudah dua puluh tahun. “ Kalau kayakgini semenjak mata saya tidak bisa lihat, sekitar dua puluh tahun ” . Peneliti kemudian menanyakan dalamsehari berapa kali anda melakukan kegiatan mengemis. Masyo menuturkan bahwa ia mengemis hanya dua hari sekali. “kalau kayakgini dua hari sekali, ti dak terus – terusan”. Universitas Sumatera Utara 75 Setelah mengetahui sudah berapa lama Masyo menjadi seorang pengemis peneliti kemudian bertanya tentang pekerjaan lain yang ia kerjakan dan faktor apa yang menyebabkan ia menjadi seorang pengemis. Adapun pertanyaan yang peneliti sampaikan adalah adakah mata pencaharian lain yang anda lakukan selain mengemis dan faktor apa yang menjadikan anda melakukan kegiatan mengemis. Masyo menuturkan bahwa ia tidak mempunyai pekerjaan lain selain mengemis. Faktor yang menyebabkan ia menjadi seorang pengemis karena faktor ekonomi dan tidak bisa untuk melihat. “ kalau pekerjaan lain engga ada, tapi dulu sebelum saya begini, saya supir truk grobak balok. Untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari karena anak pun engga ada yang bisa bantu,orang itu pun susah semua jadi ya untuk makan sehari – hari ya kayak gini”. Peneliti selanjutnya bertanya tentang penghasilan Masyo dalam sehari – harinya. Masyo menjelaskan bahwa pendapatan ia perharinya bisa mencapai seratus ribu bisa juga mencapai dua ratus ribu ru piah. “ kalau pendapatan tergantung bisa seratus ribu , seratus lima puluh ribu terkadang juga bisa sampai dua ratus ribu”. Setelah mengetahui berapa pendapatan Masyo perhari kemudian peneliti bertanya tentang bagaimana konsumsi Mayo. Adapun pertanyaan yang peneliti tanya kepada masyo adalah berapa kali anda makan dalam sehari, berapa biaya pengeluaran anda untuk konsumsi beserta keluarga. Masyo menuturkan bahwa ia makan sehari tiga kali dan biaya pengeluaran makan dalam sehari mencapai lima puluh ribu rupiah. “ makan sehari tiga kali. Kalau biaya konsumsi istri yang mengatur, karena berapa yang saya dapat dari kayakgini saya kasih uangnya keistri saya. tapi kurang lebih lima puluh ribu itu untuk makan saya sama istri”. Universitas Sumatera Utara 76 Peneliti kemudian bertanya tentang kesehatan Masyo. Adapun pertanyaan yang peneliti tanya kepada Masyo yaitu apakah anda kerumah sakit atau istirahat dirumah saja kalau anda sakit, jika kerumah sakit apakah pendapatan anda cukup untuk membiayai pengobatan anda. Masyo menuturkan bahwa jika ia sakit parah maka ia akan berobat kerumah sakit dengan menggunakan kartu jamkesmas tetapi kalau sakitnya tidak parah Masyo menjelaskan bahwa ia akan istrirahat dirumah saja dan membeli obat diwarung. Peneliti kemudian bertanya tentang status kepemilikan tempat tinggal Masyo dengan pertanyaan apakah anda memiliki tempat tinggal tetap dan bagaimana status kemepilikan tempat tinggal anda. Masyo menuturkan bahwa ia memiliki tempat tinggal tetap, dantempat tinggalnya adalah milik sendiri. “ Kalau tempat tinggal tetap ada. Dahulunya saya dikasih tanah pusaka sama orang tua saya, lalu saya bangun sedikit – sedikit misalnya saya bangun dindingnya dengan tepas baru saya ganti dengan batu, bukan macam orang kaya yang bisa bikin rumah sekaligus cantik saya bikin rumah nyicil sedikit demi sedikit.” Pertanyaan selanjutnya yang peneliti tanya kepada Masyo yaitu mengapa memilih Jalan Irian sebagai tempat mengemis, selain Jalan Irian apakah ada tempat lain yang anda kunjungi untuk mengemis. Masyo menuturkan bahwa ia melakukan aksi kegiatannya sebagai seorang pengemis di Jalan Irian karena ramai pengunjung dan selain Jalan Irian Masyo juga biasanya ke Pasar Kaget dan juga kedepan Ramayana. Masyo juga menuturkan bahwa jika pendapatannya masih kurang maka ia akan keliling – keliling jalanan yang ada di Kota Binjai. Setelah mengetahui tentang alasan Masyo memililih Jalan Irian dan juga kemana saja ia mengemis maka peneliti kemudian bertanya tentang tabungan Masyo. Apakah Universitas Sumatera Utara 77 dalam sehari anda bisa menyisihkan pendapatan anda untuk menabung, berapa jumlah yang anda tabung dalam sehari. Masyo menuturkan bahwa masalah tabungan ia tidak tahu bagaimana karena pendapatan yang ia hasilkan biasanya ia berikan semuanya kepada istrinya. Peneliti kemudian bertanya apakah anda pernah mengikuti program dari pemerintah agar anda dapat hidup mandiri dan tidak mengemis lagi. Masyo menuturkan bahwa ia sama sekali tidak pernah dapat bantuan program maupun bantuan dana dari pemerintah. “ Kalau masalah itu saya tidak pernah dapat bantuan apapun dari pemerintah. Contohnya saja kan ada dana bbm itu yang ada tiga ratus ribu sebulan itu sama sekali saya tidak pernah dapat sekalipun malah yang saya tahu orang yang masih mampu malah dapat”. ANALISIS DATA Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam dengan informan utama yaitu pengemis lanjut usia dapat diketahui bahwa kedua informan tersebut mempunyai keluarga yaitu Pak Hasan mempunyai seorang istri dan empat orang anak, sedangkan Masyo mempunyai seorang istri dan tiga orang anak yang masing – masing dari kedua informan tersebut berbeda status anaknya. Kedua informan tersebut bersama – sama berkumpul dengan anggota keluarganya pada malam hari karena pada siang hari mereka melakukan pekerjaan mereka sebagai pengemis dan kedua informan tersebut berbeda dalam melakukan kegiatan mengemis. Pak Hasan sendiri tidak ada anggota keluarga yang terlibat dalam kegiatan mengemis, Masyo dalam melakukan kegiatannya sebagai pengemis Universitas Sumatera Utara 78 dibantu oleh cucunya untuk membawa ia jalan karena keadaan mata yang tidak bisa melihat. Kedua informan dalam melakukan kegiatan mengemis juga sama – sama tidak terorganisir seperti adanya bos dalam aksi mereka. Kedua informan juga bersosialisasi dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Kedua informan juga menyebutkan bahwa mereka dikenal dengan warga sekitar tempat tinggal mereka. Mereka juga aktif dalam kegiatan yang ada dilingkungan mereka tinggal seperti mengikuti wirit yang dilakukan oleh bapak – bapak. Pak Hasan sendiri setiap malam jumat selalu aktif mengikuti wirit dan Masyo setiap malam rabu mengikuti wirit yang dibantu oleh tetangganya untuk menuju kerumah salah seorang warga yang telah dijadwalkan untuk mengadakan wirit karena Masyo tidak dapat melihat. Kedua informan juga sudah cukup lama dalam menjalani kegiatan mengemisnya yaitu Pak Hasan yang sudah tujuh belas tahun dan Masyo yang sudah dua puluh tahun. Kedua informan juga memberikan informasi kepada peneliti bahwa mereka mengemis hanya sekali dalam sehari yaitu pada siang hari dari jam sepuluh pagi sampai dengan jam empat sore. Pak Hasan dan Masyo tidak memiliki pekerjaan lain selain mengemis pada saat ini. Mereka hanya mengandalkan hasil dari mengemis untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari – hari. Faktor yang menjadikan alasan mengapa mereka mengemis yaitu karena mereka tidak sanggup bekerja seperti orang biasa karena keterbelakangan fisik yang mereka miliki Pak Hasan yang sulit untuk berjalan dan Masyo yang tidak bisa melihat. Selain faktor keterbelakangan fisik yang menjadikan alasan mengapa mereka mengemis, kedua informan juga menyebutkan bahwa faktor kesulitan ekonomi juga yang menyebabkan mengapa Universitas Sumatera Utara 79 mereka menjadi pengemis karena untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari hari. Kedua informan juga menyampaikan kepada peneliti bahwa tidak adanya anggota keluarga yang bisa membantu untuk memenuhi kebutuhan mereka karena anggota keluarga mereka juga masing – masing kesulitan dalam masalah ekonomi dan hal seperti ini yang menjadi alasan mereka mengemis. Penghasilan dari kedua informan juga lumayan besar sehingga mereka mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka beserta keluarga mereka. Pak Hasan sendiri mempunyai penghasilan perharinya sebesar lima puluh ribu rupiah, kalau rejekinya lagi banyak bisa mencapai seratus ribu lebih sedangkan Masyo sendiri dalam melakukan kegiatan mengemisnya yang hanya dua hari sekali bisa mencapai seratus ribu rupiah dan bisa sampai dua ratus ribu rupiah kalau rejekinya sedang banyak. Pak Hasan dahulunya adalah seorang petani menanam padi dan Masyo adalah supir truk balok. Keduanya mengalami kecelakaan kerja dan sakit yang mereka derita tidak bisa sembuh, hal itulah yang menjadikan alasan mereka tidak pernah mencoba pekerjaan lain selain mengemis. Kedua informan juga menyebutkan bahwa mereka tidak pernah sama sekali mengikuti sekolah nonformal yang diadakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat untuk mereka agar bisa berkehidupan secara mandiri. Kedua informan dalam sehari makan sebanyak tiga kali dan biaya yang dikeluarkan sebesar lima puluh ribu rupiah biaya tersebut sudah termasuk biaya konsumsi beserta keluarga mereka. Masyo sendiri dalam biaya konsumsi memberikan informasi kepada peneliti bahwa ia tidak tahu berapa biaya yang ia keluarkan karena semua penghasilannya ia berikan kepada istrinya akan tetapi ia memperkirakan bahwa biaya konsumsi ia beserta keluarganya sebesar lima puluh Universitas Sumatera Utara 80 ribu rupiah. Peneliti juga mendapatkan informasi tentang kesehatan kedua informan bahwa jika mereka sakit biasanya mereka membeli obat diwarung tetapi jika sakit mereka parah maka mereka pergi kerumah sakit dengan membawa kartu jamkesmas yang mereka miliki. Kedua informan juga menjelaskan kepada peneliti bahwa mereka masing – masing memiliki tempat tinggal tetap yaitu rumah sendiri. Kedua informan juga memberikan informasi yang sama yaitu dalam membangun tempat tinggal mereka, mereka diwariskan tanah pusaka oleh kedua orang tua mereka yang tanah tersebut kemudian dibangun rumah oleh mereka dengansederhana. Pak hasan sendiri mempunyai jarak antara tempat tinggal dengan lokasi mengemis cukup jauh yaitu ia harus menaiki angkutan umum untuk sampai ke lokasi ia mengemis sedangkan Masyo sendiri jarak antara tempat tinggalnya dengan lokasi mengemis sekitar satu kilo meter. Alasan kedua informan memilih Tanah Lapang dan Jalan Irian sebagai lokasi mengemis karena ramai pengunjung yang ingin berbelanja dan selain Jalan Irian mereka juga mengemis didepan Supermarket Ramayana dan juga keliling – keliling Kota Binjai. Kedua informan juga memberikan informasi kepada peneliti bahwa mereka dalamsehari bisa menyisihkan pendapatan mereka untuk ditabung sebesar sepuluh ribu rupiah apabila rejeki mereka lagi banyak.

5.3 Pengemis Anak