Pestisida terdistribusi ke seluruh jaringan terutama sistem saraf pusat. Beberapa diantaranya mengalami biotransformasi yaitu berubah menjadi
intermediet yang lebih toksik paraoxon sebelum dimetabolisir Lu, 1995. Menurut Djojosumarto 2004, pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia
melalui tiga jalur, yaitu :
a. Penetrasi lewat kulit dermal contamination
Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke dalam tubuh dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat kulit
merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi. Pekerjaan yang menimbulkan resiko tinggi kontaminasi lewat kulit adalah:
a. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh droplet atau drift pestisida dan menyeka wajah dengan tangan,
lengan baju, atau sarung tangan yang terkontaminsai pestisida. b. Pencampuran pestisida.
c. Mencuci alat-alat aplikasi
b. Terhisap lewat saluran pernafasan inhalation
Kasus keracunan pestisida karena terhisap lewat hidung merupakan terbanyak kedua setelah kulit. Gas dan partikel semprotan yang sangat halus
kurang dari 10 mikron dapat masuk ke paru-paru, sedangkan artikel yang lebih besar lebih dari 50 mikron akan menempel di selaput lendir atau
kerongkongan. Pekerjaan-pekerjaan
yang menyebabkan
terjadinya
kontaminasi lewat saluran pernafasan adalah :
a. Bekerja dengan pestisida di ruang tertutup atau ventilasinya buruk. b. Aplikasi pestisida berbentuk gas atau aerosol, terutama aplikasi di
dalam ruangan, aplikasi berbentuk tepung mempunyai resiko tinggi. c. Mencampur pestisida berbentuk tepung debu terhisap pernafasan.
c. Masuk ke dalam saluran pencernaan melaui organ mulut oral
Pestisida keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi dibandingkan dengan kontaminasi lewat kulit. Keracunan lewat mulut dapat
terjadi karena :
a. Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan pestisida. b. Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung
tangan yang terkontaminasi pestisida. c. Drift pestisida terbawa angin masuk ke mulut.
d. Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida.
Gambar 2.1 Jalur Pemaparan Pestisida
D. Perilaku 1. Definisi Perilaku
Menurut Skinner seorang ahli psikologi yang dikutip Notoatmodjo 2007 merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus rangsang dari luar. Dalam teori ini, terjadinya perilaku didasari oleh adanyastimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons.Oleh sebab itu, teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-
Organisme-Respons. Skinner membedakan respon menjadi dua, yaitu: a. Respondent respon atau flexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan stimulus tertentu. Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relative tetap.
b.
Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.
Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena memperkuat respon.
Menurut Notoatmodjo 2007, dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup covert behavior Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuankesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang