Menurut Quijano 1999, ada dua tipe keracunan yang ditimbulkan
pestisida, yaitu : a. Keracunan Akut
Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada saat itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala,
pusing, mual, sakit dada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih, kram. Diare, sulit bernafas, pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan
kematian.Berdasarkan luas keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat dibagi 2 efek, yaitu:
1. Efek lokal Efek lokal terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang
terkena kontak langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering, kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan
kulit, mata berair, batuk, dan sebagainya.
2.
Efek sistemik Efek sistemikterjadi jika pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dan
mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke seluruh bagian dari tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru,
perut, hati, lambung, otot, usus, otak, dan syaraf
b. Keracunan Kronis
Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka
panjang ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah paparan pestisida. Dampak kronis pestisida antara lain yaitu kanker,
gangguan hati, perut, sistem syaraf, system kekebalan tubuh, dan keseimbangan hormon. Selain itu, dampak pestisida juga dapat sampai pada
bayi melalui Air Susu Ibu ASI. Hal ini terjadi jika sang ibu terpapar pestisida. Gejala keracunan padasetiap jenis pestisida tergantung pada bahan aktif yang
dikandungnya. Berikut beberapa gejala yang ditimbulkan dari berbagai jenis pestisida Wudianto, 2005 :
1. Golongan organofosfat Gejala keracunan yang ditimbulkan dapat berupa gerakan otot-otot
tertentu, penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat, air liur banyak keluar, mual, pusing, kejang-kejang,
muntah-muntah, detakj antung menjadi cepat, mencret, sesak nafas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan. Organofosfat
menghambat kerja enzim kholineterase, enzim ini secara normal menghidrolisis asetycholin menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim
dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system syaraf
yang menyebabkan gejala keracunan dan berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.
2. Golongan organoklor Jenis pestisida ini dapat menimbulkan keracunan dengan gejala sakit
kepala, pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kejang-kejang, dan kehilangan kesadaran.
3. Golongan karbamat Gejala keracunan yang ditimbulkan oleh pestisida jenis ini sama
dengan gejala yang di timbulkan golongan organofosfat, hanya saja berlangsung lebih singkat karena lebih cepat terurai dalam tubuh.
4. Golongan bipiridilium Jenis pestisida ini dapat menimbulkan gejala seperti sakit perut, mual,
muntah-muntah, dan diare. Gejala tersebut timbul 1-3 jam setelah pestisida masuk dalam tubuh.
5. Gologan arsen Gejala keracunanakut berupa rasa nyeri pada perut, muntah, dan diare,
sementara keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak keluar air ludah.
6. Golongan antikoagulan Gejala yang ditimbulkan dapat berupa nyeri punggung, lambung, usus,
muntah-muntah, perdarahan hidung dan gusi, kulit berbintik-bintik merah, dan kerusakan ginjal.
Menurut WHO 1986 yang dikutip Afriyanto 2008, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keracunan pestisida antara lain :
1. Dosis Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan
pestisida, karena itu dalam melakukan pencampuran pestisida untuk penyemprotan petani hendaknya memperhatikan takaran atau dosis
yang tertera pada label. Dosis atau takaran yang melebihi aturan akan membahayakan penyemprot itu sendiri. Setiap zat kimia pada dasarnya
bersifat racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian.
2. Toksisitas Toksisitas merupakan kesanggupan pestisida untuk membunuh
sasarannya. Pestisida yang mempunyai daya bunuh tinggi dalam penggunaan dengan kadar yang rendah menimbulkan gangguan lebih
sedikit bila dibandingkan dengan pestisida dengan daya bunuh rendah tetapi dengan kadar tinggi. Toksisitas pestisida dapat diketahui dari LD
50 oral dan dermal yaitu dosis yang diberikan dalam makanan hewan- hewan percobaan yang menyebabkan 50 dari hewan-hewan tersebut
mati. 3. Jangka waktu atau lama paparan.
Paparan yang berlangsung terus-menerus lebih berbahaya daripada paparan yang terputus-putus pada waktu yang sama. Jadi pemaparan
yang telah lewat perlu diperhatikan bila terjadi resiko pemaparan baru. Karena itu penyemprot yang terpapar berulang kali dan berlangsung
lama dapat menimbulkan keracunan kronik. 4. Jalur masuk pestisida.
Keracunan pestisida terjadi jika ada bahan pestisida yang mengenai danatau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu. Keracunan akut
atau kronik akibat kontak dengan pestisida dapat melalui mulut, penyerapan melalui kulit dan saluran pernafasan. Pada petani pengguna
pestisida keracunan yang terjadi lebih banyak terpapar melalui kulit dibandingkan dengan paparan melalui saluran pencernaan dan
pernafasan.
7. Toksikologi Pestisida