Hadhanah Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Pada ayat di atas, orang tua diperintahkan Allah SWT memelihara keluarganya dari api neraka, dengan berusaha agar seluruh anggota keluarganya itu melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan- larangan Allah, termasuk dalam anggota keluarga dalam ayat ini adalah anak. 42 Meskipun dalam pekerjaan orang tuanya selalu sibuk, anaklah yang menjadi prioritas utama karena masih sangat membutuhkan keperluan hidupnya serta kasih sayangnya terutama sebagai perempuan ibu misalnya menjadi wanita karier tetap saja hal ini tidak bisa dijadikan alasan untuk meninggalkan tugas pokoknya itu ”mengasuh anak”. Apabila ia meniggalkan tugas ini berarti ia tidak menjalankan tugas pokoknya. Melihat fenomena ini hukum Islam memandang ibu dikenakan sangsi hukum “berdosa” dari apa yang ia lakukan yaitu meninggalkan kewajiban yang utama seorang ibu.

2. Hadhanah Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan Undang-undang perkawinan sampai saat ini belum mengartur secara khusus tentang penguasaan anak bahan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 42 Departeman Agama RI, Ilmu Fiqih, Direktorat Jendral Pembinaan Agama Islam Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggih Agama IAIN Jakarta, 19841985. Jilid.2 h.208 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam, masalah hadhanah menjadi hukum positif di Indonesia dan Pengadilan Agama diberi wewenang untuk memeriksa dan menyelesaikan. 43 Kendati demikian, secara global sebenarnya undang-undang perkawinan telah memberi aturan pemeliharaan anak tersebut yang dirangkai akibat putusnya perkawinan, di dalam pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dinyatakan: Apabila perkawinan putus karena perceraian, maka akibat itu adalah : a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak. Bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak, Pengadilan memberikan keputusannya; b. Bapak bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak. Akan tetapi bila bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut; c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bekas isteri. 43 Amiur Nuruddin dan Azhari Kamal, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana,2006,h. 298 Menyangkut kewajiban orang tua terhadap anak dimuat di dalam Bab X mulai pasal 45-49, pasal-pasal tersebut menjelaskan bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak dengan sebaik-baiknya. Ketika sebelum perceraian orang tua berkewajiban untuk memperhatikan segala anak sekaligus harta bendanya, begitu pula apabila terjadi perceraian orang tuanya. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, anak yang belum berumur 21 dua puluh satu tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tua selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya. Kekuasaan orang tua dapat dicabut berdasarkan ketentuan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 49 1, yaitu: a. Ia sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya b. Ia berkelakuan buruk sekali. Dan ketika anak tidak berada di bawah kekuasaan orang tuanya, ia berada dibawah kekuasaan wali. Adapun hal-hal yang bersangkutan dengan perwalian adalah meliputi pribadi anak yang bersangkutan maupun harta bendanya hal Perwalian juga dapat dicabut berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun Tentang Perkawinan 1974 Pasal 49 1.

3. Hadhanah Menurut Kompilasi Hukum Islam