Tata Cara Persyaratan Administratif

3. Salah satu pihak mendapat hukuman 5 lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; 4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain; 5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajibannya sabagai suami isteri; 6. Antara isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga; 7. Suami melanggar talik talak; 8. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga. 36

2. Tata Cara Persyaratan Administratif

Bagi para pihak yang mengajukan permohonan atau gugatan ke Pengadilan Agama selain berkewajiban menyampaikan permohonan gugatan secara lisan maupun tulisan dilengkapi dengan: 1. KTP; 2. Surat keterangan untuk talak dari kepala desanya Tra; 3. Kutipan Akta Nikah Model NA; 4. Membayar uang muka biaya perkara menurut peraturan yang berlaku; 5. Surat Izin TalakCerai bagi anggota TNI; 36 Departemen Agama,. Pedoman Pegawai Pencatat nikah, h.56-57 6. Surat Izin TalakCerai bagi PNS. Mengenai tata cara gugatan atau permohonan diatur dalan pasal 119 HIR Pasal 143 Rbg. Menurut ketentuan pasal yang dimaksud sebagai berikut: 1. Permohonan ditunjukan kepada ketua pengadilan; 2. Gugatan disampaikan kepada panitera Pengadilan; 3. Pemohon wajib membayar biaya perkara. Adapun formulasi cerai gugat dan cerai talak pada dasarnya tidak ada perbedaan dan harus disusun sesuai dengan sistematikanya yaitu: 1. Mencantumkan tanggal gugatan; 2. Mencantumkan alamat ketua Pengadilan; 3. Mencantumkan identitas dan kedudukan pihak yang berperkara untuk dipanggil dan diperiksa. Oleh karena itu berdasarkan sistematika formulasi gugatan di atas, bila dikaitkan dengan pasal 86 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang membolehkan pengajuan gugatan atau permohonan cerai bersama dengan penyelesaian tentang hadhanah. Maka susunan gugatan harus disusun secara sistematis. •

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG HADHANAH

A. Pengertian Hadhanah Secara Umum

Hadhanah berasal dari kata ”Hidan” artinya lambung. Sebagaimana juga kata Cﺡ E C artinya: Burung itu mengepit telur dengan sayapnya. Begitu pula dengan perempuan ibu yang mengepit anaknya. 37 Hadhanah menurut bahasa berarti meletakkan sesuatu dekat tulang rusuk atau dipangkuan. 38 Menurut Muhammad bin Ismail Salah Al-Amir Al-Kahlani atau yang disebut dengan nama Sa’ani, mengartikan hadhanah ialah pemeliharaan anak yang belum mampu berdiri sendiri mengenai dirinya, pendidikannya serta pemeliharaannya dari segala sesuatu yang membinasakannya atau yang membahayakannya. 39 Menurut para ahli fiqih hadhanah ialah melakukan pemeliharaan anak- anak yang masih kecil baik laki-laki ataupun perempuan atau yang sudah besar tetapi belum tamyyiz, tanpa perintah dari padanya, menyediakan sesuatu yang menjadikan kebaikannya, menjaga dari sesuatu yang menyakitinya dan merusak, 37 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1980, cet ke14, h.173. 38 DEPAG RI, Ilmu Fiqih, Direktorat Jendral Pembinaan Agama Islam Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama IAIN Jakarta, 19841985. Jilid.2, h.206. 39 As-San’ani, Subulus Salam, Surabaya: Al Ikhlas,1995, cet ke-3, h.37.