Syarat-syarat Hadhanah TINJAUAN TEORITIS TENTANG HADHANAH

Jadi menurut Kompilasi Hukum Islam KHI batas usia anak yang wajib diasuh dan dapat mengurus dirinya sendiri sepanjang anak tersebut tidak cacat fisik maupun mental, selain itu anak yang telah melangsungkan perkawinan dianggap telah dewasa, dan pada masa tersebut orang tua tidak berkewajiban memberikan pemeliharaan dan nafkah kepada anak. Dan juga pasal 156 huruf a menjelaskan akibat putusnya perkawinan karena perceraian, bahwa anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali bila telah meninggal dunia, maka kedudukannya dapat digantikan. Kemudian dalam Kompilasi Hukum Islam KHI pasal 156 huruf c dinyatakan apabila pemegang hadhanah ternyata tidak menjamin keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah, dan hadhanah telah dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan Pengadilan Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yamg mempunyai hak hadhanah pula. Mengambil dari syarat-syarat yang terdapat pada pasal 49 ayat 1 undang-undang perkawinan dan pasal 156 huruf c Kompilasi Hukum Islam KHI maka seorang pengasuh harus dapat dipercaya dan mampu untuk melaksanakan kewajiban dalam pemeliharaan dan pengasuhan anak hadhanah, di samping itu seorang pengasuh harus taat beribadah.

B. Syarat-syarat Hadhanah

Ada beberapa syarat yang digariskan dalam hukum Islam tentang melaksanakan pemeliharaan anak Hadhanah, yang berkenaan dengan masa depan anak. Seseorang yang melaksanakan hadhanah anak kecil atau belum mumayyiz harus mempunyai ketentuan-ketentuan dan kecakapan serta kecukupan yang harus dipenuhi dalam melakukan hadhanahnya dengan memerlukan persyaratan tertentu. Jika syarat-syarat tidak dapat dipenuhi, maka gugurlah haknya untuk memelihara anak tersebut. Adapun syarat utama untuk dapat mengasuh anak, orang tersebut mampu dan cakap. Dan untuk menilai mampu atau tidaknya lihat kepada beberapa syarat- syarat, yaitu: 1. Islam Wanita kafir tidak boleh mengasuh anak kecil yang beragama Islam, karena hadhanah itu adalah semacam kekuasaan dan wewenang. Sedangkan Allah SWT melarang orang kafir menguasai orang Islam 2. Baligh Dewasa Anak-anak tidak boleh mengasuh, karena dia sendiri masih memerlukan asuhan dari orang lain. 3. Berakal sehat 44 Tidak ada hak bagi orang yang kurang sehat akalnya, gila, dan keduanya tidak mampu bertugas mengatur dirinya sendiri. 44 Sayyid Sabiq, Terjemah Fiqih Sunah, Jakarta: Kalam Mulia, 1990,Cet.Ke-1,Jilid 8,h.221 4. Mampu Mendidik Orang yang buta dan wanita berpenyakitan terus-menerus dan orang lanjut usia pikun dan wanita yang tidak sanggup mengurus rumah tangga, tidak boleh mengasuh anak. Jika mereka tunjuk untuk mengasuh dan mendidik, karena dikhawatirkan anak itu akan menjadi terlantar dan sia-sia. 5. Dapat dipercaya dan berakhlak mulia Orang fasik atau orang jahat dan tidak dapat dipercaya, tidak boleh mengurus anak asuhannya yang masih kecil dan tidak dapat dipercaya akan menuaikan tugas asuhannya. Orang yang dapat merusak budi pekerti anak seperti pezina, pencuri, pemabuk, tidaklah pantas melakukan hadhanah. 6. Belum kawin Jika seorang ibu telah kawin dengan laki-laki lain maka hilang hak hadhanah nya. Akan tetapi kalau kawin dengan laki-laki yang masih kerabatnya seperti dengan paman dari anak tersebut, maka hak hadhanah tidak hilang. 7. Merdeka Budak atau hamba sahaya tidak boleh mengasuh, karena ia sibuk melayani majikannya, sehingga tidak ada tempo untuk itu. 45 45 Ibid, Sayyid Sabiq, Terjemah Fiqih Sunah, Jakarta: Kalam Mulia, 1990,Cet.Ke-1,Jilid 8, h.219 Demikianlah syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemeliharaan anak hadhanah, dimana antara syarat-syarat yang dikemukakan diatas harus terpenuhi oleh orang yang berhak mengasuh anak tersebut.

C. Hak Pemeliharaan Anak Hadhanah