BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina Depkes, 2005b. Malaria diambil dari dua kata bahasa Italia, yaitu mal buruk dan area udara atau udara buruk, karena
dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai beberapa nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam
tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme Prabowo,2004.
2.1.1. Gejala malaria
Menurut Achmadi 2005, gejala malaria secara umum adalah demam, pening, lemas, pucat karena kurang darah, nyeri otot, chest pain, menggigil, suhu bisa
mencapai 40°C terutama pada infeksi Plasmodium falciparum dan gejala-gejalanya terjadi secara bertahap yaitu :
1. Tahap demam menggigil atau stadium dingin cold stage Penderita akan merasakan dingin menggigil yang amat sangat, nadi cepat dan
lemah, bibir dan jari jemari kebiru-biruan pucat cyanotik, kulit kering, pucat, kadang muntah. Pada anak-anak demam bisa menyebabkan kejang. Demam ini berkisar antara
15 menit sampai 1 jam.
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Tahap puncak demam hot stage Berlangsung 2-6 jam, wajah memerah, kulit kering, nyeri kepala, denyut nadi
keras, haus yang amat sangat terus menerus, mual hingga muntah. Pada tahap ini merupakan saat pecahnya schizon matang menjadi merozoit-merozoit yang beramai-
ramai memasuki aliran darah untuk menyerbu sel-sel darah merah. 3. Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali.Hal ini bisa berlangsung 2 sampai 4 jam. Meskipun demikian, pada dasarnya gejala tersebut tidak dapat dijadikan
rujukan mutlak, karena dalam kenyataannya gejala sangat bervariasi antar manusia dan antar Plasmodium.
Gejala malaria dalam kaitannya dengan pemberantasan malaria adalah demam, menggigil, berkeringat, dapat disertai gejala lain seperti sakit kepala, mual, muntah.
Malaria dengan komplikasi, gejalanya seperti gejala malaria ringan , disertai dengan salah satu gejala seperti, kejang, panas tinggi diikuti gangguan kesadaran lebih dari 30
menit, mata kuning dan tubuh kuning, perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, jumlah kencing kurang oliguri, warna air kencing urine seperti air teh,
kelemahan umum dan nafas sesak Anies,2006.
2.1.2. Faktor-faktor yang berperan dalam penyebaran penyakit malaria
2.1.2.1 Agent penyebab infeksi Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit malaria, suatu protozoa
dari genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
Genus Plasmodium yang menginfeksi manusia adalah P.vivax, P.ovale, P.malariae dan P.falciparum Zein, 2005.
Dalam Anies 2006 dan Achmadi 2005 dikatakan bahwa ada 4 spesies plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu:
1. Plasmodium vivax Menyebabkan malaria tertiana, memiliki distribusi geografis terluas, termasuk
wilayah beriklim dingin, subtropik sampai daerah tropik. Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari ketiga pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi P.vivax antara 12
hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau splenomegali. 2. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria tropika atau disebut juga demam rimba jungle fever, merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Masa inkubasi malaria
tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal. Menurut Chin 2000, Plasmodium
falciparum memberikan gambaran klinis yang sangat bervariasi seperti : demam, menggigil, berkeringat, batuk, diare, gangguan pernafasan, sakit kepala, dapat berlanjut
menjadi ikterik, gangguan koagulasi, syok, gagal ginjalhati, ensefalopati akut, edema
paru dan otak, koma dan berakhir dengan kematian.
3. Plasmodium ovale Menyebabkan malaria ovale. Jenis malaria ini paling jarang ditemukan. Masa
inkubasinya adalah 12 hingga 17 hari, dengan gejala demam setiap 48 jam, relatif
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
ringan dan sembuh sendiri. Dijumpai di Benua Afrika dan daerah Pasifik Barat, sedangkan di Indonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian Jaya.
4. Plasmodium malariae Merupakan penyebab malaria quartana dengan gejala demam setiap 72 jam.
Malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah gunung, dataran rendah pada daerah tropik. Biasanya berlangsung tanpa gejala dan malaria jenis ini sering mengalami
kekambuhan. Dalam kenyataannya, seringkali terjadi infeksi campuran, umumnya terjadi
campuran antara Plasmodium falciparum dengan Plasmodium jenis lainnya. Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh di dalam sel hati. Beberapa hari sebelum gejala
pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah, parasit tersebut terus berkembang sehingga menyebabkan timbulnya demam.
Ciri utama genus Plasmodium menurut Anies 2006 adalah adanya dua siklus hidup, yaitu :
1 Fase aseksual
Dimulai ketika nyamuk anopheles betina infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang ada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah
selama lebih kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama
lebih kurang 2 minggu. Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah
dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon 8-30 merozoit, tergantung spesiesnya. Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit
yang terinfeksi skizon pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.
2 Fase seksual
Saat nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot.
Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya
menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap di tularkan ke manusia.
2.1.2.2. Vektor Malaria
Penyakit malaria ditransmisikan oleh nyamuk hanya dari genus Anopheles. Saat ini telah berhasil diidentifikasi 422 spesies nyamuk Anopheles di seluruh dunia dan ada
sekitar 70 spesies diantaranya dikonfirmasi memiliki kemampuan menularkan penyakit malaria Myrna, 2003. Di Indonesia sendiri telah diidentifikasi ada 90 spesies dan 24
spesies diantaranya telah dikonfirmasi sebagai nyamuk penular malaria. Di setiap daerah dimana terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada 1 atau paling banyak 3
spesies Anopheles yang menjadi vektor penting. Vektor-vektor tersebut memiliki habitat, mulai dari rawa-rawa, pegunungan, sawah, pantai dan lain-lain Achmadi,
2005. Nyamuk
Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, namun bisa juga hidup di daerah yang beriklim sedang. Anopheles jarang ditemukan pada daerah dengan
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
ketinggian lebih dari 2000-2500m. Menurut Myrna 2003, nyamuk anopheles betina membutuhkan minimal 1 kali memangsa darah agar telurnya dapat berkembang baik.
Anopheles mulai menggigit sejak matahari terbenam jam 18.00 hingga subuh dan puncaknya pukul 19.00-21.00. Menurut Prabowo 2004, jarak terbang anopheles tidak
lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya. Jika ada tiupan angin yang kencang, bisa terbawa sejauh 20-30 km. Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sejak telur
sampai menjadi nyamuk dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung spesies, makanan yang tersedia dan suhu udara.
Menurut Achmadi 2005, secara umum nyamuk yang telah diidentifikasi sebagai penular malaria mempunyai kebiasaan makan dan istirahat yang bervariasi yaitu:
a Zoofilik
: nyamuk yang menyukai darah binatang. b
Anthropofilik : nyamuk yang menyukai darah manusia.
c Zooanthropofilik : nyamuk yang menyukai darah binatang dan juga manusia.
d Endofilik
: nyamuk yang suka tinggal di dalam rumahbangunan. e
Eksofilik : nyamuk yang suka tinggal di luar rumah.
f Endofagik
: nyamuk yang suka menggigit di dalam rumah bangunan. g
Eksofagik : nyamuk yang suka menggigit di luar rumah.
Tempat tinggal manusia dan ternak, khususnya yang terbuat dari kayu merupakan tempat yang paling disenangi oleh Anopheles. Vektor utama di Pulau Jawa dan
Sumatera adalah An.sundaicus, An.maculatus, An.aconitus dan An.balabacensis. Sedangkan di luar pulau tersebut, khususnya Indonesia wilayah tengah dan timur adalah
An.barbirostis, An.farauti, An.koliensis, An.punctulatus, An.subpictus dan
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
An.balabacensis. Hasil survey vektor yang dilakukan di Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan tahun 2006, jenis nyamuk Anopheles yang ditemukan adalah
An.sundaicus. Nyamuk An.sundaicus ini adalah bersifat anthropofilik, memilih tempat istirahat di gantungan baju, di rumah-rumah, meski kadang-kadang dijumpai pula di
luar rumah. Spesies ini memiliki daya jelajah terbang cukup jauh, yakni 3 km. Nyamuk ini memiliki habitat air payau, ekosistem pantai, jentik berkumpul di tempat yang
tertutup oleh tanaman dan pada lumut yang mendapat sinar matahari langsung. Bekas galian pasir, muara sungai kecil yang tertutup pasir, tambak yang tidak dikelola
merupakan tempat yang sangat ideal untuk perkembangbiakan An.sundaicus. An.sundaicus aktif menggigit antara pukul 22.00 hingga 01.00 dan lebih banyak
menggigit orang di luar rumah daripada di dalam rumah. Namun demikian banyak pula yang masuk ke dalam rumah, menggigit dan beristirahat di dalam rumah. Perilaku
istirahat nyamuk bervariasi antara wilayah di Indonesia, sehingga diperlukan data dasar berupa pengamatan bionomik nyamuk untuk setiap wilayah Achmadi,2005.
2.1.2.3. Faktor Manusia Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Menurut Anies 2006, manusia
menjadi sumber infeksi malaria bila mengandung gametosit dalam jumlah yang besar dalam darahnya, kemudian nyamuk mengisap darah manusia tersebut dan menularkan
kepada orang lain. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada
gigitan nyamuk. Bayi di daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibodi maternal yang diperoleh secara transplasental. Beberapa penelitian menunjukkan
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
bahwa perempuan mempunyai respons imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki- laki, namun kehamilan menambah risiko malaria. Malaria pada wanita hamil
mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak, antara lain dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah, abortus, partus prematur dan kematian janin
intrauterin. Faktor-faktor genetik pada manusia dapat mempengaruhi terjadinya malaria,
dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respons immunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor. Beberapa faktor genetik yang bersifat
protektif terhadap malaria ialah Harijanto, 2000: a.
Golongan darah Duffy negatif b.
Hemaglobin S yang menyebabkan sickle cell anemia c.
Thalasemia alfa dan beta d.
Hemoglobinopati lainnya HbF dan HbE e.
Defisiensi G-6-PD glucose-6-phosphate dehydrogenase f.
Ovalositosis di Papua New Guinea dan mungkin juga di Irian Jaya Keadaan gizi agaknya tidak menambah kerentanan terhadap malaria. Ada
beberapa studi yang menunjukkan bahwa anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria serebral dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk.
Akan tetapi anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibandingkan anak bergizi buruk Harijanto, 2000.
Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41 dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun, kasusnya berjumlah sekitar 300-500 juta
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara di benua Afrika, Prabowo 2004.
2.1.2.4. Faktor lingkungan
Dalam Prabowo 2004 dikatakan bahwa malaria ditemukan di dunia tersebar pada wilayah 64° Lintang Utara Rusia sampai 32° Lintang Selatan Argentina.
Ketinggian yang memungkinkan parasit malaria hidup adalah 400 m dibawah permukaan laut Laut Mati dan 2500 m diatas permukaan laut Bolivia. Malaria
ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, yang meliputi lebih dari 100 negara,
terutama yang beriklim tropis dan sub tropis. Lingkungan berperan dalam
pertumbuhan vektor penular malaria, menurut Harijanto 2000 ada beberapa faktor lingkungan yang sangat berperan yaitu :
1. Lingkungan fisik Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi
malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda pada setiap spesies. Pada suhu 26,7°C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk P.falciparum dan 8-11 hari untuk
P.vivax, 14-15 hari untuk P.malariae dan P.ovale. a
Suhu Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang optimum
berkisar antara 20 – 30°C. Makin tinggi suhu sampai batas tertentu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik sporogoni dan sebaliknya makin rendah suhu makin panjang
masa inkubasi ekstrinsik.
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
b Kelembaban
Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60 merupakan batas paling rendah
untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga meningkatkan penularan
malaria. c
Hujan Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan terjadinya
epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan deras hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi panas akan memperbesar
kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk anopheles. d
Ketinggian Ketinggian yang semakin naik maka secara umum malaria berkurang, hal ini
berhubungan dengan menurunnya suhu rata-rata. Mulai ketinggian diatas 2000 m jarang ada transmisi malaria, hal ini dapat mengalami perubahan bila terjadi pemanasan bumi
dan pengaruh El-Nino. Di pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian maksimal yang masih memungkinkan
transmisi malaria ialah 2500 m diatas permukaan laut di Bolivia. e
Angin Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan ikut
menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia.
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
f Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. An.sundaicus lebih suka tempat yang teduh . An.hyrcanus spp dan An.pinctulatus spp
lebih menyukai tempat yang terbuka. An.barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang.
g Arus air
An.barbirostris menyukai perindukan yang airnya statismengalir lambat, sedangkan An.minimus menyukai aliran air yang deras dan An.letifer menyukai air
tergenang. Hasil survey vektor di Kecamatan Tanjung Balai, tempat perindukan yang paling banyak ditemukan adalah parit dan perahu-perahu yang terbengkalai.
2. Lingkungan biologik Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat
mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis ikan pemakan
larva seperti ikan kepala timah, gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah.
3. Lingkungan kimiawi Kadar garam dari tempat perindukan mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk,
seperti An.sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12-18 dan tidak berkembang pada kadar garam 40 keatas. Namun di Sumatera Utara ditemukan
pula perindukan An.sundaicus dalam air tawar.
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
4. Lingkungan sosial budaya Kebiasaan masyarakat berada diluar rumah sampai larut malam, dimana vektor
yang bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk. Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi
kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada rumah dan
menggunakan anti nyamuk.
Aktivitas mandi berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain, begitu juga
dengan waktu pengambilan air bersih, ada pagi buta dan ada pada sore hari. Di beberapa daerah pegunungan, penduduk harus menuruni tebing untuk menuju sumber air,
sedangkan penduduk pantai harus menyiapkan perahu pagi buta untuk mencari lobster. Di Sumatera menyadap karet sering dilakukan pada pagi hari, kebiasaan nonton televisi
di rumah dan memelihara ternak di rumah. Hal tersebut memberi peluang penularan malaria Achmadi, 2005. Di Kecamatan Tanjung Balai masih ada kebiasaan
masyarakat berkumpul di luar rumah pada malam hari tanpa menggunakan pelindung dari gigitan nyamuk dan mayoritas masyarakatnya adalah nelayan yang mempunyai
kebiasaan berangkat melaut pada malam hari. Menurut penelitian Dasril 2005, masyarakat yang berpengetahuan rendah
kemungkinan risiko tertular malaria 3 kali dibandingkan masyarakat yang berpengetahuan baik, sedangkan risiko penularan malaria pada masyarakat yang
memiliki sikap kurang 2,7 kali dibandingkan masyarakat yang memiliki sikap baik Masyarakat dengan kebiasaan bekerja di luar rumah malam hari mempunyai risiko
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
tertular malaria 4 kali dibandingkan masyarakat yang tidak memiliki kebiasaan bekerja di luar rumah malam hari.
2.1.3. Pencegahan Malaria Usaha pembasmian penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil yang
optimal karena beberapa hambatan, yaitu tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar luas, jumlah penderita yang sangat banyak, serta keterbatasan sumber daya
manusia, infrastruktur, dan biaya. Oleh karena itu, usaha yang paling mungkin dilakukan menurut Prabowo 2004 adalah usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan
terhadap penularan malaria yaitu : 1. Mencegah gigitan nyamuk malaria
Bagi masyarakat yang tinggal di daerah endemis, dianjurkan untuk memakai baju dan celana lengan panjang saat keluar rumah pada malam hari, memasang kawat kasa di
jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu saat tidur, juga menggunakan minyak anti nyamuk mosquito repellent saat tidur atau keluar rumah di malam hari.
Risiko penularan malaria pada rumah yang tidak dipasang kawat kasa menurut hasil penelitian Dasril 2005, 5,2 kali dibandingkan dengan rumah yang dipasang kawat
kasa, tetapi penggunaan obat anti nyamuk tidak berpengaruh terhadap kejadian malaria. Sedangkan masyarakat dengan kebiasaan tidak menggunakan repellent malam hari
kemungkinan risiko 3,2 kali dibandingkan masyarakat dengan kebiasaan menggunakan repellent malam hari.
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Memberantas jentik dan nyamuk malaria dewasa Untuk memberantas jentik dan nyamuk malaria dewasa, dapat dilakukan
beberapa upaya. a. Penyemprotan rumah
Untuk daerah endemis malaria, penyemprotan rumah-rumah sebaiknya dilakukan dua kali dalam setahun dengan interval waktu 6 bulan.
b. Larvaciding Merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa yang potensial sebagai tempat
perindukan nyamuk malaria. c. Biological control
Merupakan kegiatan
penebaran ikan kepala timah Panchax-panchax dan ikan guppywader cetul Lebistus reticulatus pada genangan-genangan air yang mengalir
dan daerah persawahan. Ikan-ikan tersebut berfungsi sebagai pemangsa jentik-jentik nyamuk malaria.
3. Mengurangi tempat perindukan nyamuk malaria Tempat perindukan nyamuk malaria tergantung jenis spesies nyamuk, yaitu
kawasan pantai, rawa-rawa, empang, sawah, tambak ikan atau hidup di air bersih pegunungan. Masyarakat di daerah endemis harus menjaga kebersihan lingkungan,
seperti membersihkan tambak ikan yang kurang terpelihara, menutup parit-parit bekas galian yang berisi air payau di sepanjang pantai, mengupayakan aliran air irigasi
persawahan berjalan lancar, dan lain-lain.
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
4. Pemberian obat anti malaria Obat anti malaria adalah untuk mencegah profilaksis terjadinya infeksi dan
timbulnya gejala-gejala penyakit malaria.
2.2. Program Pemberantasan Penyakit Malaria Kegiatan program pemberantasan penyakit malaria sesuai petunjuk pelaksanaan
pemberantasan penyakit malaria dalam Depkes 1999 yaitu : 1. Penemuan penderita
a PCD Passive Case Detection Penemuan penderita secara pasif dilakukan oleh semua Puskesmas atau Unit Pelayanan
Kesehatan lainnya. Semua yang memiliki sarana pemeriksaan sediaan darah malaria diharuskan mengambil sediaan darah dari setiap penderita malaria klinis, tujuannya
menemukan penderita secara dini untuk diberikan pengobatan klinis, memantau fluktuasi malaria serta sebagai alat bantu untuk menentukan musim penularan dan
peringatan dini terhadap kejadian luar biasa KLB. b MS Malariometrik Survei.
1 Malariometrik Survei Dasar MSD. Dilakukan di wilayah dusun sampel yang terletak di desa dimana jumlah kasus
malarianya terbanyak dan desa tersebut mewakili satu wilayah epidemiologi tertentu misal: daerah persawahan, kawasan dan sebagainya yang belum dilakukan
pemberantasan vektor. Sasaran : semua anak umur 0-9 tahun yang ada di lokasi desa yang terpilih mewakili suatu stratum epidemiologi. Waktu : dilaksanakan pada saat
puncak tertinggi fluktuasi malaria klinis, satu kali saja tidak perlu diulang.
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
2 Malariometrik Survei Evaluasi MSE. Dilaksanakan di lokasi desa sampel yang mewakili satu kabupaten yang terdapat
kegiatan pemberantasan vektor. Tujuannya adalah untuk mengukur dampak kegiatan pemberantasan vektor, khususnya penyemprotan rumah di daerah prioritas.diluar Jawa-
Bali. Waktu: pada saat puncak tertinggi fluktuasi kasus di wilayah tersebut. 2. Pengobatan penderita
Tujuan pengobatan secara umum adalah untuk mengurangi kesakitan, mencegah kematian, bila mungkin menyembuhkan penderita, dan mengurangi kerugian karena
sakit malaria. a. Pengobatan malaria klinis adalah pengobatan penderita berdasarkan diagnosa klinis
tanpa pemeriksaan laboratorium SD. b. Pengobatan radikal adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan diagnosa
secara klinis dan pemeriksaan laboratorium sediaan darah. c. Pengobatan MDA Mass Drug Administration adalah pengobatan massal pada saat
KLB, mencakup lebih dari 80 jumlah penduduk di daerah tersebut yang diobati. d. Penatalaksanaan malaria berat, dilakukan di semua unit pelayanan kesehatan sesuai
dengan kemampuan dan fasilitas yang ada. e. Profilaksis, adalah pengobatan pencegahan dengan sasaran warga transmigrasi, ibu
hamil di daerah endemis malaria. 3. Pemberantasan vektor
1 Terhadap nyamuk dewasa
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
a Penyemprotan rumah, diprioritaskan pada desa potensirawan KLB, bertujuan untuk memutuskan penularan dengan cara memperpendek umur nyamuk sehingga tidak
menghasilkan sporozoit di dalam kelenjar ludahnya. b Pencelupan kelambu dengan insektisida, bertujuan untuk memutuskan penularan
dengan cara mencegah gigitan dan membunuh nyamuk dewasa. 2 Terhadap larva jentik
a Biological control, penebaran ikan pemakan jentik dilakukan di desa daerah malaria yang terdapat tempat perindukan vektor potensial, airnya permanen dan cocok
untuk perkembang biakan ikan pemakan jentik. b Larvaciding bertujuan untuk menekan populasi vektor jentik untuk
memutuskanmenekan penularan. Daerah sasaran: desa di daerah malaria yang menjadi daerah prioritas penanggulangan dan mempunyai vektor pantai An.sundaicus, An.
Subpictus atau daerah-daerah lain yang lingkungannya memiliki banyak tempat perindukan yang potensial. Tempat perindukan nyamuk anopheles yang potensial yang
ada di sekitar desa jarak 2 km dari desa. c Pengelolaan lingkungan, pada desa di daerah malaria yaitu pembersihan lumut di
kolam air tawar atau genangan air payau, pembersihan semak-semak di tebing sungai dan membuat saluran penghubung dari lagun ke laut atau penimbunan tempat
perindukan. d Survei pendahuluan, untuk pembangunan saluran penghubung dari lagun ke laut
atau penimbunan tempat perindukan yang luas, survei pendahuluan dilakukan oleh tim
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
petugas malaria propinsi, kabupaten dan puskesmas sedangkan pembangunan fisiknya kontruksi diusulkan pada Dinas PU setempat.
3 Survei pengetahuan sikap dan perilaku PSP masyarakat Dilaksanakan di lokasi desa sampai yang mewakili satu wilayah
PuskesmasKabupaten dengan penduduk yang perilakunya sama homogen. Tujuannya, untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam
kaitannya dengan efektifitas kegiatan pemberantasan vektor penyemprotan rumah atau pemolesan kelambu yang akan dilakukan di wilayah tersebut.
4 Pemetaan rumah Kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengumpulkan data dasar yang diperlukan
untuk penyemprotan rumah di lokasi yang akan disemprot, antara lain: luas rata-rata permukaan rumah yang akan disemprot, letak rumah dan kandang ternak .
2.3. Perilaku Masyarakat
Menurut Gillin dan Gillin yang dikutip Notoatmodjo 2005a, masyarakat merupakan kelompok manusia yang besar yang mempunyai kebiasaan, sikap, tradisi
dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu memiliki pengelompokan-
pengelompokan yang lebih kecil .
Menurut Robert Kwick dalam Notoatmodjo 2003a, perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008