berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon 8-30 merozoit, tergantung spesiesnya. Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit
yang terinfeksi skizon pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.
2 Fase seksual
Saat nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot.
Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya
menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap di tularkan ke manusia.
2.1.2.2. Vektor Malaria
Penyakit malaria ditransmisikan oleh nyamuk hanya dari genus Anopheles. Saat ini telah berhasil diidentifikasi 422 spesies nyamuk Anopheles di seluruh dunia dan ada
sekitar 70 spesies diantaranya dikonfirmasi memiliki kemampuan menularkan penyakit malaria Myrna, 2003. Di Indonesia sendiri telah diidentifikasi ada 90 spesies dan 24
spesies diantaranya telah dikonfirmasi sebagai nyamuk penular malaria. Di setiap daerah dimana terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada 1 atau paling banyak 3
spesies Anopheles yang menjadi vektor penting. Vektor-vektor tersebut memiliki habitat, mulai dari rawa-rawa, pegunungan, sawah, pantai dan lain-lain Achmadi,
2005. Nyamuk
Anopheles hidup di daerah iklim tropis dan subtropis, namun bisa juga hidup di daerah yang beriklim sedang. Anopheles jarang ditemukan pada daerah dengan
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
ketinggian lebih dari 2000-2500m. Menurut Myrna 2003, nyamuk anopheles betina membutuhkan minimal 1 kali memangsa darah agar telurnya dapat berkembang baik.
Anopheles mulai menggigit sejak matahari terbenam jam 18.00 hingga subuh dan puncaknya pukul 19.00-21.00. Menurut Prabowo 2004, jarak terbang anopheles tidak
lebih dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya. Jika ada tiupan angin yang kencang, bisa terbawa sejauh 20-30 km. Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sejak telur
sampai menjadi nyamuk dewasa bervariasi antara 2-5 minggu, tergantung spesies, makanan yang tersedia dan suhu udara.
Menurut Achmadi 2005, secara umum nyamuk yang telah diidentifikasi sebagai penular malaria mempunyai kebiasaan makan dan istirahat yang bervariasi yaitu:
a Zoofilik
: nyamuk yang menyukai darah binatang. b
Anthropofilik : nyamuk yang menyukai darah manusia.
c Zooanthropofilik : nyamuk yang menyukai darah binatang dan juga manusia.
d Endofilik
: nyamuk yang suka tinggal di dalam rumahbangunan. e
Eksofilik : nyamuk yang suka tinggal di luar rumah.
f Endofagik
: nyamuk yang suka menggigit di dalam rumah bangunan. g
Eksofagik : nyamuk yang suka menggigit di luar rumah.
Tempat tinggal manusia dan ternak, khususnya yang terbuat dari kayu merupakan tempat yang paling disenangi oleh Anopheles. Vektor utama di Pulau Jawa dan
Sumatera adalah An.sundaicus, An.maculatus, An.aconitus dan An.balabacensis. Sedangkan di luar pulau tersebut, khususnya Indonesia wilayah tengah dan timur adalah
An.barbirostis, An.farauti, An.koliensis, An.punctulatus, An.subpictus dan
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
An.balabacensis. Hasil survey vektor yang dilakukan di Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan tahun 2006, jenis nyamuk Anopheles yang ditemukan adalah
An.sundaicus. Nyamuk An.sundaicus ini adalah bersifat anthropofilik, memilih tempat istirahat di gantungan baju, di rumah-rumah, meski kadang-kadang dijumpai pula di
luar rumah. Spesies ini memiliki daya jelajah terbang cukup jauh, yakni 3 km. Nyamuk ini memiliki habitat air payau, ekosistem pantai, jentik berkumpul di tempat yang
tertutup oleh tanaman dan pada lumut yang mendapat sinar matahari langsung. Bekas galian pasir, muara sungai kecil yang tertutup pasir, tambak yang tidak dikelola
merupakan tempat yang sangat ideal untuk perkembangbiakan An.sundaicus. An.sundaicus aktif menggigit antara pukul 22.00 hingga 01.00 dan lebih banyak
menggigit orang di luar rumah daripada di dalam rumah. Namun demikian banyak pula yang masuk ke dalam rumah, menggigit dan beristirahat di dalam rumah. Perilaku
istirahat nyamuk bervariasi antara wilayah di Indonesia, sehingga diperlukan data dasar berupa pengamatan bionomik nyamuk untuk setiap wilayah Achmadi,2005.
2.1.2.3. Faktor Manusia Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria. Menurut Anies 2006, manusia
menjadi sumber infeksi malaria bila mengandung gametosit dalam jumlah yang besar dalam darahnya, kemudian nyamuk mengisap darah manusia tersebut dan menularkan
kepada orang lain. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan kepada
gigitan nyamuk. Bayi di daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibodi maternal yang diperoleh secara transplasental. Beberapa penelitian menunjukkan
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
bahwa perempuan mempunyai respons imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki- laki, namun kehamilan menambah risiko malaria. Malaria pada wanita hamil
mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak, antara lain dapat mengakibatkan berat badan lahir rendah, abortus, partus prematur dan kematian janin
intrauterin. Faktor-faktor genetik pada manusia dapat mempengaruhi terjadinya malaria,
dengan pencegahan invasi parasit ke dalam sel, mengubah respons immunologik atau mengurangi keterpaparan terhadap vektor. Beberapa faktor genetik yang bersifat
protektif terhadap malaria ialah Harijanto, 2000: a.
Golongan darah Duffy negatif b.
Hemaglobin S yang menyebabkan sickle cell anemia c.
Thalasemia alfa dan beta d.
Hemoglobinopati lainnya HbF dan HbE e.
Defisiensi G-6-PD glucose-6-phosphate dehydrogenase f.
Ovalositosis di Papua New Guinea dan mungkin juga di Irian Jaya Keadaan gizi agaknya tidak menambah kerentanan terhadap malaria. Ada
beberapa studi yang menunjukkan bahwa anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria serebral dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk.
Akan tetapi anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibandingkan anak bergizi buruk Harijanto, 2000.
Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41 dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun, kasusnya berjumlah sekitar 300-500 juta
Rumanti Siahaan:Determinan Tindakan Masyarakat Dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan, 2008.
USU e-Repository © 2008
dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di negara-negara di benua Afrika, Prabowo 2004.
2.1.2.4. Faktor lingkungan