Bentuk Waktu Lampau Pengertian Bentuk Waktu

Apabila ditinjau dalam bahasa Indonesia keadaannya juga hampir sama, hanya saja bahasa Indonesia tidak menggunakan konsep waktu untuk menyatakan modalitas karena tidak memilikinya. Untuk mengukapkan waktu mendatang, bahasa Indonesia memiliki bentuk seperti akan, misalnya : Anak itu akan makan nanti siang Disini kata akan mengukapkan konsep waktu sehingga peristiwa makan dianggap terjadi di waktu mendatang. Meskipun demikian, bila ditinjau lebih jauh anggapan itu sendiri sudah mencerminkan keterlibatan pembicara bila keterlibatannya menyangkut keyakinannya bahwa peristiwa makan akan terjadi.

2.3.3 Bentuk Waktu Lampau

Dalam bahasa Jepang Kala lampau ditunjukkan dengan dua macam bentuk, yakni bentuk ‘ta’ dan ‘te ita’. Bentuk ‘ta’ dapat digunakan pada semua tipe verba tetapi bentuk ‘te ita’ tidak dapat digunakan pada verba jotai yang berkadar tinggi. Prediket adjektif dan nomina menggunakan bentuk ‘ta’ untuk menunjukkan bentuk waktu lampau, peristiwa tersebut berarti ‘keadaan’ dimasa lampau. 1 花子 は 美しかった。 Hanako utsukushikatta ‘Hanako cantik’ Verba yang berkadar keadaan tinggi seperti あ る 、 い る 、 要 る juga menggunakan bentuk ‘ta’ untuk menunjukkan kala lampau. Universitas Sumatera Utara 2 机 の 上 に 本 が あった Tsukue no ue ni hon ga atta ‘Ada buku di atas meja’ Tetapi pada verba yang berarti ‘hubungan’ bentuk ‘ta’ tidak dapat digunakan untuk menunjukkan kala lampau, untuk menunjukkan kala lampau digunakan bentuk ‘te ita’. 3 次郎の性格 と 太郎の性格 は 異なっていた。 Jiro no seikaku to Taro no seikaku wa kotonatteita ‘Sifat Jiro dan sifat Taro berbeda’ Pada verba yang berarti ‘kemampuan’ pada umumnya dapat berarti keadaan pada masa lampau dan perubahan keadaan. 4 a. 太郎 は泳げた。 Taro wa oyogeta ‘Taro dapat berenang’ 5 a. 花子はたくさんの人と友達になることできます。 Hanako wa takusan no hito to tomodachi ni naru kotodekimasu ‘Hanako bisa berteman dengan banyak orang’ Kalimat 4a berarti ‘Taro memiliki kemampuan berenang’ dan ‘Taro menjadi mampu berenang’. Kemudian kalimat 5a juga berarti ‘Hanako memiliki kemampuan untuk bergaul dengan banyak orang’ dan ‘Hanako menjadi mampu bergaul dengan banyak teman’. Tetapi, verba dasar kalimat 4a 泳 ぐ merupakan verba keizoku dan bila menggunakan bentuk yang berarti ‘kemampuan’, berarti keadaan memiliki kemampuan pada suatu waktu. Sehingga Universitas Sumatera Utara kalimat 4a lebih diprioritaskan berarti keadaan pada masa lampau, namun bila kalimat tersebut hanya berarti ‘perubahan keadaan’ perlu disertai adverbial seperti やっと、 とうとう maupun ungkapan ~ようになった。 4 b. 太郎 は やっと 泳げた。 Taro wa yatto oyogeta ‘Taro akhirnya dapat berenang’ 4 c. 太郎 は やっと 泳げるようになった。 Taro wa yatto oyogeru youni natta ‘Taro akhirnya dapat berenang’ Sementara itu, verba dasar kalimat 5a adalah 友 達 に な る yang merupakan verba shukan. Sehingga kalimat tersebut lebih diprioritaskan berarti perubahan keadaan. Tetapi karena objeknya jamak, maka memungkinkan peristiwa tersebut dapat dialami kembali sehingga dapat berarti kebiasaan pada masa lampau. Bila objeknya tunggal atau tertentu, maka tidak dapat dialami kembali maka berarti perubahan keadaan. 5 b. 花子は良子と友達になることできます。 Hanako wa Ryouko to tomodachi ni naru kotodekimasu ‘Hanako bisa berteman dengan Ryouko’ Verba yang berarti ‘persepsi’ juga sama dengan verba kemampuan yang berarti perubahan keadaan, tetapi karena verba tersebut merupakan verba jotai maka lebih cenderung berarti ‘keadaan pada masa lampau’. 6 太郎には富士山が見えた。 Taro ni wa fujisan ga mieta ‘Gunung Fuji kelihatan oleh Taro’ Universitas Sumatera Utara Kalau berarti keadaan perlu menyatakan adverbia やっと dan lain-lain. 7 望遠鏡を使って、太郎にはやっと富士山が見えた。 Booenkyou wo tsukatte, Taro ni wa yatto fujisan ga mieta ‘Dengan menggunakan teropong, akhinya gunung Fuji kelihatan oleh Taro’ Pada verba berarti ‘pikiran’ karena merupakan verba yang berkadar keadaan rendah, bila bentuk ‘ru’ yang menunjukkan keadaan pada masa kini adalah subjek persona pertama. Tetapi bentuk ‘ta’ dengan subjek persona ke berapapun tidak dapat berarti keadaan di masa lampau, untuk itu harus menggunakan bentuk ‘te ita’. 8 a. 私 は 花子 が 美しい と思っていた。 Watashi wa hanako ga utsukushii to omotteita ‘Menurut saya Hanako cantik’ Arti bentuk ‘ta’ pada verba ini berarti ‘perubahan keadaan’, yakni perubahan dari keadaan tidak merasa ke keadaan merasa bahwa Hanako itu cantik. 8 b. 私 は 花子 が 美しい と思った。 Pada verba keizoku bentuk lampau dinyatakan dengan bentuk ‘ta’ maupun bentuk ‘te ita’. 9 太郎 は 走った。 Taro wa hashitta ‘Taro berlari’ 10 太郎 は 走っていた。 Taro wa hashitta ‘Taro berlari’ Universitas Sumatera Utara Perbedaan antara bentuk ‘ta’ dan ‘te ita’ sebenanrnya berkaitan dengan aspek. Bentuk ‘ta’ menunjukkan aspek perfektif 「完結相 ‘kanketsusou’ 」 , sedangkan bentuk ‘te ita’ menunjukkan aspek imperaktif 「非完結相 ‘hikanketsusou’ 」 . Aspek imperaktif merupakan cara memandang suatu peristiwa masih dalam proses dan aspek perfektif merupakan cara memandang suatu peristiwa sebagai suatu kebulatan yang prosesnya telah selesai Comrie, 1981 : 1-13 . Pada verba shukan, untuk menyatakan keadaan pada masa lampau adalah dengan bentuk ‘ta’, bentuk ‘te ita’ berarti kelanjutan akibat. 11 太郎 は 駅 に 着いた。 Taro wa eki ni tsuita ‘Taro telah sampai di stasiun’ 12 太郎 は 駅 に 着いていた。 Taro wa eki ni tsuiteita ‘Taro telah sampai di stasiun’ Universitas Sumatera Utara BAB III ANALISIS MORFOLOGI VERBA BAHASA JEPANG Telah dikemukan dalam latar belakang masalah dan kerangka teori bahwa dalam bahasa Jepang, mengenal perubahan konjugasi pada verbanya yang bergantung pada kata yang menyertainya dan tidak terlepas dari pengukapan bentuk waktu. Semua itu merupakan alat kebahasaan yang berfungsi untuk membentuk kata dan kalimat dalam bahasa Jepang, sehingga dapat dimengerti maksud dan tujuan dari kalimat yang disampaikan berkaitan dengan proses morfologi pada prediket bersangkutan. Morfologi merupakan disiplin ilmu yang menyelediki seluk beluk kata, perubahan-perubahan bentuk kata yang menyebabkan adanya golongan dan arti kata. Perbedaan golongan dan arti kata-kata tersebut tidak lain disebabkan oleh perubahan bentuk kata, karena itu morfologi disamping bidangya yang utama menyelidiki seluk beluk bentuk kata juga menyelediki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata yang timbul sebagai perubahan kata. Pengukapan suatu peristiwa secara kebahasaan terjadi sesudah peristiwa itu terlaksana. Dengan demikian, bentuk waktu dalam bahasa Jepang hanyalah untuk mengukapkan anggapan bahwa suatu peristiwa itu terjadi dimulai dengan mengacu pada saat pengujaran dan setelah pengujaran dari terjadinya suatu peristiwa yang bergantung pada bentuk konjugasi verba yang berfungsi sebagai prediket. Dalam bab ini akan dianalisis mengenai proses perubahan atau konjugasi verba dalam suatu kalimat sesuai dengan golongan dan tipe verbanya, yang Universitas Sumatera Utara nantinya akan diuraikan berdasarkan morfem yang mengalami perubahan bentuk dan yang tidak mengalami perubahan bentuk. Setelah diuraikan berdasarkan bentuk morfemnya, maka ditentukan bentuk waktu yang diungkapkan pada suatu kalimat sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkaitan dengan jenis dan tipe- tipe verba yang ada.

3.1. Verba Jotai