Pertanyaan Penelitian Identifikasi Variabel Validitas Alat Ukur Uji Daya Beda Aitem

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu penelitan yang mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel, dan melakukan pengujian hipotesis. Penelitian ini akan melihat apakah terdapat hubungan antara komitmen guru dengan sikap guru tehadap program sertifikasi guru. Populasi yang digunakan adalah guru Sekolah Menengah Atas Negeri SMAN di Kota Padang, Sumatera Barat. Data penelitian ini akan diolah secara kuantitatif menggunakan uji Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 15 for Windows.

A. Pertanyaan Penelitian

Apakah terdapat hubungan antara komitmen guru dengan sikap guru terhadap program sertifikasi guru?

B. Identifikasi Variabel

Variabel bebas : komitmen guru Variabel tergantung : sikap guru terhadap program sertifikasi guru Universitas Sumatera Utara

C. Definisi Operasional 1. Sikap Guru Terhadap Program Sertifikasi Guru

Sikap guru terhadap program sertifikasi guru adalah suatu evaluasi yang dimiliki oleh guru terhadap program sertifikasi guru, bisa positif ataupun negatif. Data sikap diperoleh dari skala sikap guru terhadap program sertifikasi guru yang disusun berdasarkan tiga komponen berikut ini: 1. Komponen Kognitif Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai program sertifikasi guru. Komponen ini dapat menggambarkan bagaimana sikap guru muncul berdasarkan pengetahuan atau pemahamannya mengenai program sertifikasi guru. Misalnya, seorang guru memiliki suatu persepsi mengenai bagaimana persyaratan untuk mengikuti program sertifikasi guru, seperti apa proses pelaksanaannya, dan sebagainnya. 2. Komponen Afektif Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap program sertifikasi guru dan menyangkut masalah emosi. Komponen ini dapat menggambarkan bagaimana sikap guru muncul berdasarkan apa yang dirasakan guru terhadap program sertifikasi guru. Misalnya, guru senang dengan adanya program sertifikasi guru yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan melalui guru. 3. Komponen Konatif Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Komponen ini Universitas Sumatera Utara menjawab pertanyaan-pertanyaan bagaimana kesediaan atau kesiapan guru untuk bertindak terhadap program sertifikasi guru. Misalnya, seorang guru aktif mencari tahu tentang sertifikasi guru melalui internet, media cetak, maupun televisi, membeli buku yang membahas tentang sertifikasi guru dan sebagainya. Skor total pada skala sikap terhadap program sertifikasi guru merupakan petunjuk positif atau negatifnya sikap subjek terhadap program sertifikasi guru. Skor tinggi yang diperoleh subjek dari skala menunjukkan subjek memiliki sikap yang positif terhadap program sertifikasi guru. Sedangkan skor rendah menunjukkan sikap negatif terhadap program sertifikasi guru.

2. Komitmen Guru

Komitmen guru adalah penafsiran internal seorang guru tentang bagaimana mereka menyerap dan memaknai pengalaman kerja mereka yang ditandai dengan keinginan untuk menetap di dalam organisasi dan terlibat dalam pekerjaan, serta keinginan untuk mempengaruhi proses belajar siswa. Komitmen guru akan diukur dengan skala komitmen guru yang dikembangkan dari lima aspek komitmen guru, yaitu belajar dari berbagai sumber ilmu pengetahuan, menggunakan kurikulum dengan bertanggung jawab, mengganti batasan yang diyakini dengan batasan yang bersifat lebih umum, membicarakan kebutuhan siswa pada lingkungan kelas dan sekolah, serta berkontribusi secara aktif terhadap profesi. Universitas Sumatera Utara Skor total merupakan petunjuk tinggi atau rendahnya komitmen yang dimiliki seorang guru. Semakin tinggi skor yang dicapai seorang guru berarti semakin tinggi komitmen guru tersebut. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dicapai seorang guru berarti semakin rendah komitmen guru tersebut.

D. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua individu yang dapat dikenai generalisasi dalam kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari subjek penelitian Hadi, 2000. Populasi pada penelitian ini adalah guru Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada di Kota Padang, Sumatera Barat yang terdiri dari 16 Sekolah Menengah Atas Negeri yang tersebar pada 10 kecamatan yang ada di Padang. Berikut data kecamatan, SMA, dan jumlah guru SMA se- Kota Padang: Tabel 1. Data Kecamatan dan SMA Negeri di Kota Padang No KECAMATAN NAMA SMA NEGERI

I. Kecamatan Kota Tangah

SMA N 7 Padang SMA N 8 Padang SMA N 13 Padang II. Kecamatan Pauh SMA N 9 Padang SMA N 15 Padang

III. Kecamatan Padang Barat

SMA N 1 Padang SMA N 2 Padang SMA N 10 Padang

IV. Kecamatan Kuranji

SMA N 5 Padang SMA N 16 Padang

V. Kecamatan Padang Utara

SMA N 3 Padang

VI. Kecamatan Lubuk Begalung

SMA N 4 Padang

VII. Kecamatan Padang Selatan SMA N 6 Padang

VIII. Kecamatan Lubuk Kilangan

SMA N 14 Padang

IX. Kecamatan Nanggalo

SMA N 12 Padang

X. Kecamatan Bungus Teluk Kabung

SMA N 11 Padang

XI. Kecamatan Padang Timur

- Universitas Sumatera Utara Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, peneliti hanya memilih sebagian dari keseluruhan populasi untuk dijadikan subjek penelitian yang dinamakan sampel Azwar, 2000. Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. Sampel paling sedikitnya harus memiliki satu sifat yang sama dengan populasi dan syarat utama agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan maka sebaiknya sampel penelitian harus representatif Hadi, 2000. Sampel dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar di beberapa Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Padang.

2. Karakteristik Populasi Penelitian

Karakteristik populasi penelitian dalam penelitian ini adalah : a. Guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Padang. b. Sekolahnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional. c. Mengetahui tentang program sertifikasi guru. d. Lama mengajar minimal satu tahun. Hal ini karena menurut Chang dan Choi 2007 komitmen terhadap organisasi dan komitmen terhadap profesi jelas terlihat setelah bekerja selama 12 bulan atau satu tahun.

3. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel atau sampling menurut Kerlinger berarti mengambil suatu bagian dari populasi sebagai wakil representasi dari populasi. Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar mewakili populasi Hasan, 2003. Pemilihan guru yang dijadikan subjek penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik multi stage random cluster sampling. Berdasarkan Langridge 2004, teknik ini mengkombinasikan antara stage sampling, cluster sampling, dan random sampling. Stage sampling membagi proses sampling ke dalam beberapa tahapan, kemudian di dalam masing-masing tahapan diberi kelompok secara cluster dan terakhir memilih subjek secara random dari keseluruhan populasi. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, populasi dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Menegah Atas Negeri yang berada di Kota Padang. Kemudian dilakukan teknik cluster sampling dari 11 kecamatan yang ada di Kota Padang. Dari 11 kecamatan hanya 10 kecamatan yang memiliki Sekolah Menengah Atas Negeri. Dari 10 Kecamatan yang ada kemudian terpilih 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Padang Barat, Kecamatan Padang Utara, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Nanggalo. Setelah dilakukan teknik cluster sampling kemudian dilakukan random sampling untuk memilih sekolah yang menjadi sampel penelitian. Dari hasil random sampling terpilih 6 sekolah yaitu SMAN 7 dan SMAN 8 yang berada di Kecamatan Koto Tangah, SMAN 2 yang berada di Kecamatan Padang Barat, SMAN 3 yang berada di Kecamatan Padang Utara, SMAN 6 yang berada di Kecamatan Padang Selatan, SMAN 12 yang berada di Kecamatan Nanggalo. Universitas Sumatera Utara Setelah pemilihan sekolah dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan pemilihan guru yang dilakukan secara random. Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara random dengan teknik tabel nomor acak, dimana sampel dipilih setelah nama- nama guru dimasukkan ke dalam suatu tabel dan diambil secara acak. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sevilla dkk 1993 yang menyatakan bahwa teknik tabel nomor acak merupakan teknik yang paling sistematis dalam perolehan unit-unit sampel melalui acak.

4. Jumlah Sampel penelitian

Menurut Azwar 2000, secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Dalam suatu penelitian korelasional pada umumnya jumlah subjek minimal yang dapat diterima adalah 30 subjek Sukadji, 2000. Ditambahkan Hadi 2000 yang mengatakan bahwa menetapkan jumlah sampel yang banyak lebih baik daripada menetapkan jumlah sampel yang sedikit. Prosedur pengambilan sampel diawali dengan penetapan jumlah keseluruhan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu berjumlah 90 orang, dimana setiap sekolah diambil 15 orang guru yang akan dijadikan sampel penelitian.

E. Alat Ukur yang Digunakan

Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti Universitas Sumatera Utara Hadi, 2000. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data di penelitian ini adalah metode self-reports. Sesuai dengan metode self-reports, maka penelitian ini menggunakan 2 alat pengumpulan data, yaitu Skala Sikap terhadap Program Sertifikasi Guru dan Skala Komitmen Guru. Skala Sikap terhadap Program Sertifikasi Guru dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan teori sertifikasi guru. Skala Komitmen Guru diadopsi dari skala yang telah dirancang oleh Eqi Mardhani, mahasiswa Psikologi USU, dalam penelitian yang berjudul Hubungan antara Self- Efficacy dengan Komitmen Guru di Sekolah Bilingual yang disusun berdasarkan teori komitmen guru yang terdapat dalam Pugach 2006. Model skala yang digunakan adalah penskalaan model Likert yang dimodifikasi dengan menggunakan 4 kategori jawaban yaitu: Sangat Setuju SS, Setuju S, Tidak Setuju TS, Sangat Tidak Setuju STS untuk Skala Sikap terhadap Program Sertifikasi Guru. Kemudian, Sangat Sesuai SS, Sesuai S, Tidak Sesuai TS, Sangat Tidak Sesuai STS untuk Skala Komitmen Guru. Penggunaan skala Likert yang dimodifikasi didasarkan atas tiga alasan Hadi, 2000. Pertama kategori netral mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban menurut konsep aslinya, bisa diartikan setuju, tidak setuju, atau bahkan ragu-ragu. Kategori mempunyai arti ganda multi interpretable tidak diharapkan dalam suatu instrumen. Kedua, tersedianya jawaban pertengahan dapat menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah control tendency effect, terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, ke arah sesuai atau tidak sesuai. Ketiga, maksud Universitas Sumatera Utara kategori 4 jawaban tersebut adalah untuk melihat kecenderungan pandapat responden ke arah sesuai atau tidak sesuai. Jika disediakan kategori jawaban tengah, dapat menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring dari responden. Bentuk pernyataan dari setiap butir terdiri dari aitem yang favourable dan aitem yang unfavourable. Aitem yang favourable adalah aitem yang bersifat mendukung pernyataan, sedangkan aitem unfavourable bersifat kebalikannya. Penilaian yang diberikan kepada masing-masing jawaban responden pada tiap-tiap aitem dalam skala ditentukan oleh sifat itemnya. Penilaian aitem yang favourable diberikan untuk tiap jawaban SS adalah 4, 3 untuk jawaban S, 2 untuk jawaban TS, dan 1 untuk jawaban STS. Sedangkan untuk aitem yang unfavourable, subjek yang menjawab SS dinilai 1, S dinilai 2, 3 untuk jawaban TS, dan nilai 4 untuk jawaban STS. Tabel 2. Cara Penilaian Skala Sikap Terhadap Program Sertifikasi Guru Bentuk Pernyataan Favorable Unfavorable Respon Skor Respon Skor STS 1 SS 1 TS 2 S 2 S 3 TS 3 SS 4 STS 4

1. Skala Sikap Guru Terhadap Program Sertifikasi Guru

Skala sikap guru terhadap program sertifikasi guru belum ada yang telah dipublikasikan secara luas dan dapat dibeli ataupun digunakan oleh kalangan umum. Oleh karena itu peneliti mencoba membuat alat ukur sendiri, yang disusun Universitas Sumatera Utara berdasarkan tiga komponen sikap yang dikemukakan oleh Mann dalam Azwar, 2003, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif. Ketiga komponen ini akan disusun dengan cara menghubungkannya dengan semua hal yang berkaitan dengan objek sikap, yaitu program sertifikasi guru. Tabel 3. Blue Print Skala Sikap terhadap Program Sertifikasi Guru yang akan digunakan dalam Uji Coba No Program Sertifikasi Guru Komponen Sikap Jmlh Kognitif Afektif Konatif F U F U F U 1. Prinsip Sertifikasi Guru 1, 12 18 6, 36 63 8,32,37 38 10 2. Dasar Hukum Sertifikasi Guru 36 - 46 - 57 - 3 3. Tujuan Sertifikasi Guru 7, 28 25 2 68 5 54 7 4. Manfaat Sertifikasi Guru 4, 23 70 78 73 3, 67 47 8 5. Sertifikasi Guru melalui portofolio 9, 42 30 65 - 17, 24 43 7 6. Sertifikasi Guru melalui pendidikan 48, 39 - 56 35 11 - 5 7. Aspek yang diujikan pada Sertifikasi Guru 66, 55 58 13, 71 33 14, 80 - 8 8. Pentingnya uji kompetensi dalam Sertifikasi Guru 15, 60 - 40, 59 - 21, 72 79 7 9. Penetapan peserta Sertifikasi Guru 31, 53, 62 77 19, 49 16 41, 61 69 10 10. Prosedur Sertifikasi Guru portofolio 20, 50 - 52, 74 10 34, 76 51 8 11. Prosedur Sertifikasi Guru pendidikan 45, 64 75 22, 44 - 29, 27 - 7 Jumlah 22 7 17 7 20 7 80

2. Skala Komitmen Guru

Skala komitmen guru diadopsi dari skala yang telah dirancang oleh Eqi Mardhani, mahasiswa Psikologi USU, dalam penelitian yang berjudul Hubungan Universitas Sumatera Utara antara Self-Efficacy dengan Komitmen Guru di Sekolah Bilingual, dengan asumsi bahwa alat ukur tersebut sudah valid dan reliabel untuk digunakan pada penelitian ini. Maka dalam menggunakan alat ukur ini, peneliti tidak lagi melakukan uji coba. Alat ukur tersebut disusun berdasarkan lima aspek komitmen guru menurut Pugach 2006 yang terdiri dari belajar dari berbagai sumber ilmu pengetahuan, menggunakan kurikulum dengan bertanggung jawab, mengganti batasan yang diyakini dengan batasan yang bersifat lebih umum, membicarakan kebutuhan siswa pada lingkungan kelas dan sekolah, serta berkontribusi secara aktif terhadap profesi. Tabel 4. Blue Print Skala Komitmen Guru yang akan digunakan dalam penelitian No. Aspek Aitem Favorable Aitem Unfavorable Jumlah 1. Belajar dari berbagai sumber ilmu pengetahuan 3, 8, 23, 27, 36 4, 13, 17, 31 9 2. Menggunakan kurikulum dengan bertanggung jawab 9, 14, 22, 28, 35 5, 18, 24, 32, 39 10 3. Mengganti batasan yang diyakini dengan batasan yang bersifat lebih umum 2, 10, 29 19, 38 5 4. Membicarakan kebutuhan siswa pada lingkungan kelas dan sekolah 11, 15 6, 25, 33, 37 6 5. Berkontribusi secara aktif terhadap profesi 1, 12, 16, 21, 30, 34 7, 20, 26 9 Jumlah 21 18 39 Universitas Sumatera Utara

F. Validitas Alat Ukur

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Penelitian ini menggunakan 2 dua jenis validitas yaitu validitas tampang dan validitas isi. Validitas tampang adalah bagaimana kesan pertama yang muncul ketika melihat sebuah alat ukur. Sedangkan validitas isi adalah sejauhmana aitem- aitem yang ada dalam alat ukur sesuai dengan variabel yang akan diukur Hadi, 2000. Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional profesional judgement dalam proses telaah soal Azwar, 2000. Pendapat profesional profesional judgement di peroleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

G. Uji Daya Beda Aitem

Sebelum melakukan pengujian reliabilitas, hendaknya terlebih dahulu melakukan prosedur seleksi aitem dengan cara menguji karakteristik masing- masing aitem yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Aitem-aitem yang tidak memenuhi syarat kualitas tidak boleh diikutkan menjadi bagian tes Azwar, 2000. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana dikehendaki peneliti. Universitas Sumatera Utara Pengujian daya diskriminasi aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total r ix yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan r ix ≥ 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga r ix kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah Azwar, 2000. Pernyataan-pernyataan pada skala diuji daya beda aitemnya dengan menghitung antara skor aitem dengan skor total skala. Teknik statistika yang digunakan adalah koefisien Product Moment oleh Pearson. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasi rendah mendekati angka nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik Azwar, 2000. Pengujian daya diskriminasi aitem pada skala sikap dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap aitem dengan skor total, dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 15 for windows. Universitas Sumatera Utara

H. Reliabilitas Alat Ukur