mempertahankan sirkulasi darah normal melalui pembesaran dan peningkatan denyut nadi Almatsier, 2004.
2.2. Pencegahan Hipertensi Komplikasi Penyakit Jantung
Faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah aterosklerosis yang didasari dengan konsumsi lemak berlebih dan pada akhirnya mengalami komplikasi peyakit
jantung. Oleh karena untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebih dan pemberian obat-obatan apabila diperlukan.
Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul, terutama pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi
dan pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak pada usia mendekati menopause.
Pencegahan utama adalah dengan melakukan pola makan sehat dengan gizi seimbang, dimana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari segi
kuantitas dan kualitas. Di samping itu, tindakan memeriksakan tekanan darah secara teratur sangat dianjurkan. Selain dapat mencegah, tindakan tersebut juga dapat
menghindari kenaikan tekanan darah yang terlalu drastis Astawan, 2004.
2.3. Asuhan Gizi di Rumah Sakit
Asuhan gizi rumah sakit pada penderita hipertensi yang komplikasi hipertensi rawat inap dapat dilakukan dengan menjalankan diet yang teratur. Sebelum
mengetahui pedoman diet, terlebih dahulu harus dipahami definisi diet yang sering disalahartikan oleh orang awam sebagai pembatasan makanan pada penderita suatu
penyakit. Diet sesungguhnya memiliki dua makna, yaitu sebagai makanan dan kedua
Universitas Sumatera Utara
pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar kita tetap sehat Hartono, 2000.
Bila diet dilakukan di rumah sakit dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi dan atau membantu kesembuhan pasien, maka istilah yang lazim digunakan adalah
diet rumah sakit hospital diet. Gizi harus dipertimbangkan sebagai dasar kesembuhan, tentunya pertimbangan gizi dan kesehatan akan ditempatkan sebagai
pertimbangan pertama Hartono, 2000. Di rumah sakit terdapat pula pedoman diet tersendiri yang akan memberikan
rekomendasi yang lebih spesifik mengenai cara makan yang bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan atau memperhatikan status gizi pasien, tetapi juga untuk
mecegah permasalahan lainnya yang timbul. Dengan memperhatikan tujuan diet tersebut, rumah sakit umumnya menyediakan makanan dengan kriteria seperti :
makanan dengan komposisi gizi yang baik dan seimbang menurut keadaan penyakit dan status gizi masing-masing pasien, makanan dengan tekstur dan konsistensi yang
sesuai menurut kondisi gastrointestinal dan penyakit masing-masing pasien, makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang, seperti tidak mengandung bahan yang
dapat menimbulkan gas, intoleransi laktosa, gluten, tidak lengket ketan, dodol, tidak terlalu pedas, manis, asin, atau berminyak atau tidak terlalu panas atau dingin,
makanan yang bebas unsur adiktif berbahaya, seperti pengawet, pewarna, pemanis, dan sebagainya, serta makanan dengan penampilan dan citarasa yang menarik untuk
menggugah selera makan pasien yang umumnya terganggu oleh penyakit dan kondisi indera pengecap atau pembaunya Hartono, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Di rumah sakit dapat dilakukan skrining gizi. Skrining gizi dilakukan sebagai bentuk kegiatan pada perkumpulan penyandang penyakit metabolik atau degeneratif
ataupun vaskuler, seperti perkumpulan hipertensi, diabetes, stroke, dan sebagainya yang dibina oleh klinik gizi. Tujuan skrining adalah untuk menilai status gizi yang
ada pada orang yang berisiko, baik secara individual maupun kelompok sehingga dapat dilakukan upaya preventif Hartono, 2000.
Pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit umumnya membutuhkan konsultasi, rujukan, ataupun intervensi gizi guna mengoptimalkan asuhan medis dan status klinis.
Akan tetapi, upaya ini harus memerlukan kesadaran dan pemahaman dari para profesional medis serta keperawatan terhadap peranan gizi bagi pencegahan dan
kesembuhan penyakit Hartono, 2000. Penilaian status gizi nutritional assesing merupakan landasan untuk
memberikan asuhan nutrisi yang optimal kepada pasien. Penilaian ini mencakup empat komponen yaitu : anamnesis riwayat diet, pengukuran antropometrik,
pemeriksaan laboratorium biokimia, dan pemeriksaan jasmani nutrisi. Keempat komponen ini bersama-sama pemeriksaan medik akan memberikan arah untuk
mengembangkan rencana asuhan gizi Hartono, 2000.
2.4. Diet Penyakit Jantung