Intensitas Cahaya pH air

minimnya penetrasi cahaya yang masuk kedalam air akan mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis tumbuhan air. Selanjutanya Cholik 1988 dalam Aprisanti et al., 2013, menyatakan bahwa kecerahan yang produktif adalah apabila keping secchi mencapai kedalaman 20 – 40 cm dari permukaan.

c. Intensitas Cahaya

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh intensitas cahaya berkisar antara 569,5 – 624 candella, dimana nilai intensitas tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan nilai 624 candella dan terendah pada stasiun 1 dengan nilai 569,5 candella. Adanya perbedaan intensitas cayaha ini disebabkan adanya perbedaan tutupan vegetasi kanopi yang berbeda setiap stasiunnya. Menurut barus 2004, menyatakan bahwa faktor cahaya matahari yang masuk kedalam air akan mempengaruhi sifat-sifat optis dari air. Sebagian cahya matahari akan diabsorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan keluar permukaan air. Romimohtarto 2001, menambahkan banyaknya cahaya yang menembus permukaan perairan dan menerangi lapisan perairan setiap hari dan perubahan intensitas memegang peranan penting dalam pertumbuhan fitoplangkton dan gangang dalam membantu proses fotosintesis sebagai sumber energi.

d. pH air

Dari Tabel 4 diketahui bahwa kisaran pH yang didapat pada setiap stasiun adalah 6,85-7,4, dimana pH tertinggi terdapat distasiun 3 dengan nilai 7,4 sedangkan pH terendah terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 6,95. Tinggi rendahnya pH air pada setiap stasiun dapat disebakan oleh adanya berbagai macam aktifitas yang menghasilkan senyawa organik maupun anorganik yang mengalami pengurairan sehingga mempengaruhi pH suatu perairan. Berdasarkan Kriteria Baku Mutu Air kelas II PP No. 82 Tahun 2001 Tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, baku mutu untuk air sungai adalah 6-9. Kriteria tersebut menunjukkan bahwa pH air yang terdapat pada ke tiga stasiun penelitian masih dalam batas toleransi. Cholik et al., 1988 menyatakan bahwa tinggi rendahnya pH perairan dipengaruhi oleh kadar CO 2 bebas dan senyawa yang bersifat asam dari proses Universitas Sumatera Utara dekomposisi sehingga fitoplankton dan tumbuhan air akan menggunakannya selama proses fotosintesis berlangsung. Selanjutnya Weitzel 1979 dalam Asprianti et al., 2013 menyatakan bahwa, pada umumnya alga biru hidup pada pH netral sampai basa dan respon pertumbuhan negatif terhadap asam pH6 dan diatom pada kisaran pH yang netral akan mendukung keanekaragaman jenisnya.

e. Oksigen Terlarut DO