tergantung dari berbagai faktor, antara lain intensitas cahaya Arinardi dalam Wijaya, 2009.
2.5.3. Penetrasi Cahaya
Cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan jika konsentrasi dasar perairan jika konsentrasi bahan tersuspensi atau zat terlarut tinggi. Menurut Odum
1993, menyatakan bahwa penetrasi cahaya sering kali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesis dimana habitat aquatik dibatasi
oleh kedalaman, kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap, sering kali penting sebagai faktor pembatas.
Dengan demikian kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda pada setiap ekosistem air yang berbeda. Pada batas akhir penetrasi cahaya disebut sebagai
titik kompensasi cahaya, yaitu titik pada lapisan air, dimana cahaya matahari mencapai nilai minimum yang menyebabkan proses asimilasi dan respirasi berada
pada titik keseimbangan. Kemampuan penetrasi cahaya yang sampai pada kedalaman tertentu akan
mempengaruhi distribusi serta intensitas tumbuhan air pada perairan sungai. Kosbiono 1979, menyatakan bahwa pengaruh utama kekeruhan adalah
penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Sehingga menurunkan aktivitas fotosintesis fitoplankton dan alaga, akibatnya akan menurunkan produktifitas
perairan
2.5.4. Oksigen Terlarut DO
Disolved Oxygen DO merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlaurut merupakan faktor yang penting dalam ekosistem
perairan, terutama dalam proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi oleh faktor suhu, dimana
kelarutan maksimum terdapat pada suhu 0 C, yaitu sebesar 14,16 mgl O
2
. Sumber utama oksigen terlarut dalam air berasal dari adanya kontak antara
permukaan air dengan udara dan juga dari proses fotosintesis Barus, 2004. Untuk mempertahankan hidupnya, mahluk yang tinggal dalam air, baik
tumbuhan maupun hewan, bergantung pada oksigen terlarut ini. Jadi kadar
Universitas Sumatera Utara
oksigen terlaurt dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air. Kehidupan di air dapat betahan jika terdapat oksigen terlaurut minimal sebanyak 5 ppm,
selebihnya bergantung kepada ketahanan organisme, derajat keaktifannya, kehadiran bahan pencemar, suhu air dan sebagainya
kristanto, 2004. Menurut kristanto 2004, untuk mempertahankan hidupnya, mahluk yang
tinggal dalam air, baik tumbuhan maupun hewan, bergantung pada oksigen terlarut ini. Jadi kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menentukan
kualitas air. Kehidupan di air dapat bertahan jika terdapat oksigen terlarut minimal sebanyak 5 ppm, selebihnya bergantung kepada ketahanan organisme, derajat
keaktifannya, kehadiran bahan pencemar, suhu air dan sebagainya. Konsentrasi oksigen terlarut rendah akan mengakibatkan ikan-ikan dan hewan air lain yang
membutuhkan oksigen akan mati.
2.5.5. pH air
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, disefinisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivitas ion hydrogen dan secara
matematis dinyatakan sebagai pH=log 1H
+
, dimana H
+
adalah banyaknya ion hidrogen dalam mol perliter larutan. Organisme air dapat hidup dalam suatu
perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada
umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5 Barus, 2004. Nilai pH sangat menentukan dominansi fitoplankton. Pada umumnya alga
biru lebih menyukai pH netral sampai basa dan respon pertumbuhan negatif terhadap asam pH6, Chrysophyta umumnya pada kisaran pH 4,5–8,5, dan
pada umumnya diatom pada kisaran pH yang netral akan mendukung keanekaragaman jenisnya Weitzhel dalam Wijaya, 2009.
2.5.6. Kecepatan Arus