Pencemaran Air Sungai TINJAUAN PUSTAKA

merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya perairan. Namun sayang sekali, asas tersebut sering diabaikan baik dalam perencanaan dan pelaksanaan sehingga pelestarian aspek lingkungan sungai sering kali amat rendah. Pemanfaatan lahan di sempadan sungai untuk keperluan pemukiman, pertanian, dan usaha lain yang mengganggu kelancaran lingkungan sungai dapat menurunkan daya guna sungai akibat dari berbagai aktivitas melebihi daya dukung sungai atau tercemarnya air oleh zat-zat kimia yang akan mematikan kehidupan yang ada di sekitarnya dan merusak lingkungan.

2.2. Pencemaran Air Sungai

Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Berdasarkan keputusan mentri Negara kependudukan dan lingkungan hidup No. 02MENKLH1988, yang dimaksud dengan pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, danatau komponen lai kedalam airudara, dan atau berubahnya tatanan komposisi airudara oleh kegiatan manusia atau proses ala, sehingga kualitas udaraair menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya Kristanto, 2004. Hampir setiap hari sungai sungai di dunia menerima sejumlah besar aliran sedimen baik secara alamiah, buangan industri, buangan limbah rumah tangga, aliran air permukaan, pemukiman dan pertanian. Kedalaman dan lebar kurva konsentrasi oksigen dan waktu serta jarak sungai dapat kembali normal tergantung pada volume air sungai, laju aliran sungai, suhu, pH, dan volume limbah yang masuk Darmono, 2001. Berbagai macam kegiatan industri dan tehnologi yang ada saat ini apabila tidak disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan terjadinya pencemaran air sungai secara tidak langsung maupun langsung. Wardhana 2001, menyatakan bahwa komponen pencemar air dikelompokkan sebagai berikut: 1. Bahan buangan padat 2. Bahan buangan organik 3. Bahan buangan anorganik Universitas Sumatera Utara 4. Bahan buangan cairan berminyak 5. Bahan buangan zat kimia dan buangan berupa panas. Menurut Sastrawijaya 1991, banyaknya bahan pencemar dapat memberikan dua pengaruh terhadap organisme perairan yaitu membunuh spesis tertentu dan sebaliknya dapat mendukung kehidupan spesies tertentu pula. Penurunan dalam keanekaragaman spesies dapat juga dianggap sebagai suatu pencemaran. Sunaryo et al., 2005, menyatakan bahwa pemerintah Indonesia telah menetapkan limbah industri tidak boleh dilepaskan keperairan bila belum memenuhi suatu standar. Artinya, pihak industri harus membangun dan mengoperasikan instalasi pengelolaan air limbah IPAL. Namun dalam kenyataanya, hal ini sering dilanggar dan diacuhkan. Perubahan penggunaan lahan akan mengubah karakteristik aliran air, aliran permukaan, kualitas air, dan sifat hidrologi daerah yang bersangkutan. Aliran air akan dipengaruhi oleh curah hujan dan kemudian dapat mempengaruhi karakteristik DAS. Aliran permukaan akan dipengaruhi oleh perubahan penutupan lahan, seperti kemampuan infiltrasi tanah yang berkaitan dengan fungsi vegetasi sebagai penutup lahan dan sumber bahan organik seperti silika, serta perubahan penggunaan lahan, seperti sifat dan ciri vegetasi yang dapat meningkatkan atau menurunkan volume aliran sungai di suatu DAS Wijaya, 2009. 2.3.Bentik Alga Dalam perairan, alga merupakan penyusun fitoplankton yang biasanya melayang- layang di dalam air, tetapi dapat juga hidup melekat di dasar perairan. Alga yang hidup melayang-layang disebut neustonik dan yang hidup di dasar disebut bentik. Menurut Bold 1985, alga bentik diketegorikan sebagai organisme yang melekat pada berbagai substrat dan dapat diklasifikasikan sebagai epilitik hidup pada bebatuan, epipelik melekat pada lumpur atau pasir , epifit melekat pada tanaman, dan epizoik melekat pada hewan. Disamping klasifikasi habitat diatas, alga terus menerus terendam dan tergantung pada kejernihan dan kekeruhan air, pada ekosistem perairan tropis. Aquatik alga dapat dikategorikan sebagai plankton fitoplankton atau menempel dan hidup pada dasar substrat bentik. Planton tersebut terdiri dari Universitas Sumatera Utara flora dan fauna, bersama-sama dengan bakteri jamur dan organisme planktonik lainnya Suwartimah et al., 2011. Alga planktonik tentunya menggunakan nutrisi yang menguntungkan bagi perkembagan alga tersebut, Diatom, dinoflagelata, ganging hijau, euglena, dan gangang hijau biru adalah yang paling sering muncul Tubuh alga gangang menunjukkan keanekaragaman yang besar, tetapi semua selnya selalu jelas mempunyai inti dan plastid, dalam plastidanya terdapat zat-zat warna klorofil, yaitu klorofil –a atau klorofil-b atau kedua-duanya. Selain derivat-derivat klorofil tardapat pula zat warna lain, dan zat warna lain inilah yang justru kadang-kadang lebih menonjol dan menyebabkan kelompok gangang tertentu diberi nama menurut warna tersebut. Zat-zat warna tersebut berupa fikosianin berwarna biru, fikosantin berwarna pirang, fikoeritrin berwarna merah. Disamping itu juga biasa ditemukan zat warna Xantofil, dan karotin. Dengan adanya derivate klorofil tersebut tumbuhan gangang dapat berasimilasi dengan fotosintesis, jadi gangang tersebut bersifat autotrof Tjitrosoepomo, 2005.

2.4 Bentik Alga Sebagai Indikator Kualitas Air