25
2.1.6.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap
rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur di interpretasikan sehingga menjadi berarti bagi
pengambilan keputusan. Harahap 2011:299 menyatakan bahwa “jenis-jenis rasio keuangan perusahaan terdiri atas: rasio likud itas, rasio solvabilitas, rasio
rentabilitasproftabilitas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan, rasio pasar, dan rasio produktivitas”. Didalam penelitian ini, peneliti hanya mengambil
empat rasio keuangan saja sebagai variabel penelitian yaitu rasio likuiditas, leverage, profitabilitas dan produktivitas.
2.1.6.4 Rasio Likuiditas
Menurut Gill 2006 dalam Kasmir, 2008:130 mendefenisikan bahwa “rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur jumlah kas atau jumlah investasi
yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”. Rasio likuiditas
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutang jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu
memenuhi uang tersebut terutama utang yang telah jatuh tempo. Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio cepat
quick ratio. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai
aset lancar lebih besar daripada hutang lancarnya.
26
Penelitian Linandarini 2010 menemukan hubungan antara likuiditas dengan peringkat obligasi dimana semakin tinggi likuiditas maka semakin tinggi
peringkat obligasi perusahaan tersebut. Burton et al 2002 dalam Adrian, 2011:40 menyatakan bahwa “tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya
kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi”.
2.1.6.5 Rasio Leverage
Rasio leverage menurut Kasmir 2008:151 merupakan “rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingka n
dengan asetnya”. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Sementara menurut Harahap 2011:306 mengartikan bahwa “rasio leverage adalah rasio
yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh
hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal equity”.
Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur leverage adalah dengan menggunakan Debt to Asset Ratio Total LiabilitiesTotal Asset. Semakin besar
leverage perusahaan, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan
Burton at al, 1998 dalam Adrian, 2011:38. Hal ini mengindikasikan perusahaan
27
dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi rasio ini berarti sebagian besar
aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan dihadapkan pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah. Semakin tinggi leverage,
semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Dengan demikian, semakin rendah leverage perusahaan maka akan semakin tinggi peringkat yang diberikan pada
perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian 2011 dan Yohanes 2012 menyatakan bahwa leverage secara signifikan berpengaruh terhadap
peringkat obligasi.
2.1.6.6 Rasio Profitabilitas