kembali dan mulai mampu membuat hubungan – hubungan sederhana
antara benda – benda yang mempunyai persamaan.
2. Tahap operasional 2 – 7 tahun. Pada tahap ini obyek – obyek dan
peristiwa mulai menerima arti secara simbolis. Anak menyadari bahwa kemampuannya untuk belajar tentang konsep
– konsep yang lebih kompleks meningkat bila ia diberi contoh
– contoh nyata atau familiar. Dengan contoh tersebut anak memperoleh kriteria yang digunakan untuk
mendefinisikan suatu konsep. 3.
Tahap operasional konkrit 7 – 11 tahun.Anak mengatur informasi ke dalam hubungan
– hubungan logis dan mendapatkan kemudahan dalam memanipulasi data dalam situasi pemecahan masalah. Operasi demikian
bisa terjadi jika obyek – obyek nyata memang ada, atau pengalaman –
pengalaman lampau yang aktual bisa disusun. 4.
Tahap operasional formal 11 tahun. Tahap ini ditandai dengan pekembangan kegiatan operasi berpikir normal dan abstrak. Individu
mampu menganalisis ide – ide, memahami tentang ruang dan hubungan
– hubungan yang besifat sementara temporal.
2.1.2 Perkembangan Bahasa Anak SD Kelas Rendah
2.1.2.1 Pengertian Perkembangan Bahasa Anak SD Kelas Rendah
Perkembangan bahasa anak ialah suatu rangkaian kesatuan kegiatan ucapan dari yang sederhana menuju ucapan yang utuh Slamet, 2014: 7.
Mulai dari bayi mengeluarkan tangisan, dan celotehan kata yang tidak
bermakna. Selanjutnya anak akan berkembang dan menghasilkan beberapa kata yang mulai memiliki makna.
Anak memasuki masa sekolah dasar memiliki penguasaan bahasa yang beragam. Bahasa lisan menjadi bekal utama dari anak sebelum
memasuki sekolah. Bekal penguasaan bahasa yang telah ada kemudian oleh guru semakin dikembangkan. Anak dihadapkan dengan pesoalan yang lebih
tinggi dari bahasa lisan yaitu bahasa tulis. Fokus dalam perkembangan anak usia sekolah dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Sehingga,
dengan anak bertambahnya usia menjadi semakin matang dan terampil berbahasa yang baik dan benar.
2.1.1.2 Tahap – Tahap Perkembangan Bahasa Anak
Kemampuan berbahasa anak tidak didapat secara tiba – tiba
melainkan melalui tahapan perkembangan bahasa. Slamet 2014: 8 memaparkan bahwa tahapan perkembangan bahasa anak sebagai berikut :
a. Tahap Pralinguistik 0-12 bulan
Tahap pralinguistik ini, bunyi – bunyian yang dihasilkan oleh bayi
belum memiliki makna. Bayi pada usia 4-7 bulan mengalami masa ekspansi yang ditandai dengan menghasilkan bunyi bisikan, menggeram,
dan memekik. Selanjutnya memasuki usia 7-12 bulan, anak memasuki masa connical yang ditandai dengan mengucapkan suku kata dan
membentuk rangkaian kata seperti “dadada” atau “mamama”.
b. Tahap Satu Kata 12-18 bulan
Tahap ini, anak mulai belajar menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan idenya. Memahami makna bahasa anak pada
tahap ini tidaklah mudah, karena bahasa anak masih terbatas sehingga belum memungkinkan mengekspresikan ide atau perasaannya secara
lengkap. Selain itu, apa yang diucapkan anak adalah sesuatu yang dapat menarik perhatiannya saja.
c. Tahap dua kata 18-24 bulan
Kebanyakan anak pada tahap ini mulai mencapai kombinasi dua kata. Anak mulai mengenal berbagai makna kata tetapi belum dapat
menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa serta belum dapat menggunakan kata
promina. d.
Tahap banyak kata 3-5 tahun Anak pada usia ini mempunyai perbendaraan kosakata. Anak sudah
mampu membuat kalimat pertanyaan, pernyataan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Sebagian besar aturan gramatika
telah dikuasainya dan pola bahasa serta panjang tuturannya semakin bervariasi. Mereka mampu menggunakan bahasa dalam berbagai cara
untuk berbagai keperluan, termasuk bercanda atau menghibur. Ross dan Roe Slamet, 2014: 11 mengatakan bahwa tahapan
perkembangan bahasa anak seperti berikut :
1. Perkiraan umur 0-2 tahun. Tahap perkembangan bahasa fase fonologis,
anak dapat mengucapkan bunyi – bunyi bahasa hingga menyebutkan
kata – kata yang sederhana.
2. Perkiraan umur 2-7 tahun. Tahap perkembangan bahasa fase sintaktik,
kemampuan anak menunjukkan kesadaran gramatis, berbicara menggunakan kalimat.
3. Perkiraan umur 7-11 tahun. Perkembangan bahasa fase semantik,
kemampuan anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kalimat.
Seiring dengan perkembangan bahasa, berkembang juga penguasaan anak
– anak atas sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa terdiri dari subsistem fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmantik Slamet,
2014: 11. 1.
Perkembangan Fonologis Perkembangan fonologis ialah perkembangan pada sistem suara dalam
sebuah bahasa. Contoh kesalahan pengucapan bunyi s, z, dan v. 2.
Perkembangan Morfologis Perkembangan morfologis adalah proses perkembangan afiksasi bahasa
prefix, sufiks, simulfiks yang dapat merubah –rubah makna kata.
Contohnya kata satu dapat berubah menjadi : bersatu, menyatu, persatuan. Berdasarkan kerumitan afiksasi, perkembangan morfologis
anak SD dapat dibedakan menjadi :
a. Anak kelas awal SD telah dapat menggunakan kata berprefiks dan
bersufiks seperti ditipu, tipuan. b.
Anak kelas menengah SD telah dapat menggunakan kata berimbuhan
simulfikskonfiks sederhana
seperti menjauhi,
disatukan. c.
Anak kelas atas SD telah dapat menggunakan kata berimbuhan konfiks yang sudah kompleks.
3. Perkembangan Sintaksis
Perkembangan sintaksis ialah ketika anak belajar menerapkan aturan untuk membentuk kalimat sesuai aturan. Sintaksis adalah sistem yang
melibatkan bagaimana kata – kata dikombinasikan sehingga membentuk
frasa – frasa dan kalimat yang dapat diterima.
4. Perkembangan Semantik
Keseluruhan proses perkembangan semantik yang dimulai pada tahun awal sekolah dasar dapat dihubungkan dengan proses kognitif. Pada usia
sekolah dasar dan dewasa, ada dua jenis penambahan makna kata. Secara horizontal, anak
– anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan makna yang tepat. Penambahan
vertikal berupa peningkatan jumlah kata – kata yang dapat dipahami dan
digunakan dengan tepat Ngalimun, 2014: 11. 5.
Perkembangan Pragmantik Perkembangan pragmatik adalah perkembangan atau peningkatan
penggunaan bahasa. Pada usia sekolah, proses kognitif meningkat
sehingga memungkinkan anak menjadi komunikator yang lebih efektif. Anak
– anak mulai mengenal adanya berbagai padangan mengenai topik. Mereka dapat mendeskripsikan sesuatu, tetapi deskripsi yang
mereka buat lebih bersifat personal dan tidak mempertimbangkan makna informasi yang disampaikannya bagi pendengar Ngalimun, 2014: 11.
2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Rendah