Pengembangan buku suplemen muatan pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 2 SD Negeri Somokaton 1.

(1)

Pangestika, Siska Estri.(2016). Pengembangan Buku Suplemen Muatan Pelajaran Bahasa

Indonesia Untuk Siswa Kelas III Semester 2 SD Negeri Somokaton 1. Skripsi.

Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa bahan ajar yaitu buku suplemen muatan pelajaran Bahasa Indonesia.

Pengembangan buku suplemen ini menggunakan prosedur pengembangan yang mengadopsi langkah-langkah penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012) serta Dick & Carey (2001). Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi tujuh langkah yaitu: (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain produk, (5) revisi desain, (6) uji coba produk terbatas, dan (7) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk final berupa buku suplemen Bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 2. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas III SD Negeri Somokaton 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas buku suplemen oleh pakar Bahasa Indonesia, dua guru kelas III SD, dan 6 siswa kelas III SD.

Berdasarkan validasi pakar Bahasa Indonesia menghasilkan skor rerata 3,87 (baik), dua guru kelas III SD menghasilkan rerata skor 4,82 (sangat baik) dan 6 siswa kelas III SD Negeri Somokaton 1 menghasilkan 4,90 (sangat baik). Buku suplemen tersebut memperoleh rerata skor

4,46 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hal tersebut ditinjau dari aspek yang ada pada instrumen validasi yaitu, 1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3)

language content, (4) language skill, serta (5) metodologi.

Kata kunci : penelitian pengembangan, buku suplemen Bahasa Indonesia

ABSTRACT

Pangestika, Siska Estri. 2016. The development of supplementary book of Indonesian language


(2)

This study is a research and development study. The objective of this study is to design a product of teaching material in a form of supplementary book of Indonesian language subject.

The development of this supplementary book used the adopted development steps promoted by Sugiyono (2012) combined with Dick & Carey (2001). Those two development procedures were adapted to be a simple development model. The procedures of development applied in this study consisted of: (1) problem potential, (2) data collection, (3) product design, (4) product design validation, (5) design revision, (6) limited product implementation, and (7) product revision resulted final product design in a form of supplementary book of Indonesian language subject for third grades students in semester 2. The instruments to collect data in this study were interview and questionnaires. The interview was conducted to find the need analysis and the participant for the interview was the third grade teacher in Somokaton 1 state elementary school. In addition, the questionnaire was used to validate the quality of supplementary book for Indonesian language subject. The participants were two teachers of third grade in elementary school and 6 students in the third grade of elementary school.

The result of the study showed that the mean score of expert validation was 3.87 (good), the mean score of two teachers for third grade in elementary school was 4,82 (very good), and the mean score of six students in the third grade in Somokaton 1 state elementary school was 4.90 (very good). Therefore, it can be concluded that the supplementary book gained the mean

score 4.46 and it is categorized as “very good”. It is based on some aspects in the validation

instrument: (1) objective and approach, (2) design and organization, (3) language content, (4) language skill, and (5) methodolody.


(3)

PENGEMBANGAN BUKU SUPLEMEN

MUATAN PELAJARAN BAHASA INDONESIA

UNTUK SISWA KELAS III SEMESTER 2

SD NEGERI SOMOKATON 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Siska Estri Pangestika NIM. 121134059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

PENGEMBANGAN BUKU SUPLEMEN

MUATAN PELAJARAN BAHASA INDONESIA

UNTUK SISWA KELAS III SEMESTER 2

SD NEGERI SOMOKATON 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Siska Estri Pangestika NIM. 121134059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

TUHAN YESUS KRISTUS

Sumber segala rahmat yang selalu memberikan kemudahan dan kelancaran disetiap langkahku

Bapak dan Ibuku tercinta

Bapak Fx. Sumitra dan Restituta Sukamsiyah yang telah memberikan kasih sayang, mendoakan, mendidik, mendukung, memberikan semangat, dan mencukupkan segala kebutuhan saya hingga selesai kuliah.

Kakakku Yulius Eko Riyadi dan Cicilia Ery Kurniawati Kakakku Fransisca Eny Dwi Astuti dan Agustinus Wisnu Sugandi

Keponakanku Erland, Riko, Tiara, Cinta dan Lucky yang selalu memberikan dukungan

Semua saudara yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya.

Sahabat-sahabatku mahasiswa PGSD 2012

Terima kasih atas segala semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang kalian berikan

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku Universitas Sanata Dharma


(8)

MOTTO

Dia memberikan kekuatan kepada yang lelah

dan menambahkan semangat kepada yang tiada berdaya.

(Yesaya 40: 29)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,

bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.

(Pengkhotbah 3: 11)

Untuk segala sesuatu ada masanya,

untuk apapun di bawah langit ada waktunya.

(Pengkhotbah 3:1)

Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya,

dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya,

sampai Ia menjadikan hukum itu menang.


(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Januari 2016


(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Siska Estri Pangestika Nomor Mahasiswa : 121134059

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Buku Suplemen Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas III Semester 2 SD Negeri Somokaton 1

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 22 Januari 2016

Yang menyatakan


(11)

ABSTRAK

Pangestika, Siska Estri.(2016). Pengembangan Buku Suplemen Muatan Pelajaran

Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas III Semester 2 SD Negeri Somokaton 1. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas

Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa bahan ajar yaitu buku suplemen muatan pelajaran Bahasa Indonesia.

Pengembangan buku suplemen ini menggunakan prosedur pengembangan yang mengadopsi langkah-langkah penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012) serta Dick & Carey (2001). Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi tujuh langkah yaitu: (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain produk, (5) revisi desain, (6) uji coba produk terbatas, dan (7) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk final berupa buku suplemen Bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 2. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas III SD Negeri Somokaton 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas buku suplemen oleh pakar Bahasa Indonesia, dua guru kelas III SD, dan 6 siswa kelas III SD.

Berdasarkan validasi pakar Bahasa Indonesia menghasilkan skor rerata 3,87 (baik), dua guru kelas III SD menghasilkan rerata skor 4,82 (sangat baik) dan 6 siswa kelas III SD Negeri Somokaton 1 menghasilkan 4,90 (sangat baik). Buku suplemen tersebut memperoleh rerata skor 4,46 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Hal tersebut ditinjau dari aspek yang ada pada instrumen validasi yaitu, 1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) language

content, (4) language skill, serta (5) metodologi.


(12)

ABSTRACT

Pangestika, Siska Estri. 2016. The development of supplementary book of

Indonesian language subject for third grade students in semester 2 in SOMOKATON 1 state elementary school. Thesis. Yogyakarta: Department

of Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University.

This study is a research and development study. The objective of this study is to design a product of teaching material in a form of supplementary book of Indonesian language subject.

The development of this supplementary book used the adopted development steps promoted by Sugiyono (2012) combined with Dick & Carey (2001). Those two development procedures were adapted to be a simple development model. The procedures of development applied in this study consisted of: (1) problem potential, (2) data collection, (3) product design, (4) product design validation, (5) design revision, (6) limited product implementation, and (7) product revision resulted final product design in a form of supplementary book of Indonesian language subject for third grades students in semester 2. The instruments to collect data in this study were interview and questionnaires. The interview was conducted to find the need analysis and the participant for the interview was the third grade teacher in Somokaton 1 state elementary school. In addition, the questionnaire was used to validate the quality of supplementary book for Indonesian language subject. The participants were two teachers of third grade in elementary school and 6 students in the third grade of elementary school.

The result of the study showed that the mean score of expert validation was 3.87 (good), the mean score of two teachers for third grade in elementary school was 4,82 (very good), and the mean score of six students in the third grade in Somokaton 1 state elementary school was 4.90 (very good). Therefore, it can be concluded that the supplementary book gained the mean score 4.46 and it is categorized as “very good”. It is based on some aspects in the validation instrument: (1) objective and approach, (2) design and organization, (3) language content, (4) language skill, and (5) methodolody.

Keywords: research and development, supplementary book Indonesian language subject


(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

Pengembangan Buku Suplemen Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Semester 2 SD Negeri Somokaton 1 dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi

ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ.,S.S.,BST.,M.A.selaku ketua Program Studi PGSD.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik. 6. Siti Khotijah, S. Pd.SD., selaku kepala sekolah SD Negeri Somokaton 1

yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah.


(14)

7. Iswi Hartutik, S. Pd.SD., selaku guru kelas III SD Negeri Somokaton 1 yang telah memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah.

8. Istiqomah, S.Pd., selaku guru kelas III SD Negeri Pakunden II yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

9. Pakar Bahasa Indonesia selaku validator Pakar Bahasa Indonesia yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

10.Siswa kelas III SD Negeri Somokaton 1 yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

11.Orang tuaku Fx. Sumitra dan Restituta Sukamsiyah yang setia memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Kakakku Yulius Eko Riyadi, Cicilia Ery Kurniawati, Fransisca Eny Dwi Astuti serta Agustinus Wisnu Sugandi yang selalu memberi semangat.. 13.Teman-teman satu perjuangan mahasiswa skripsi payung pengembangan

buku suplemen muatan Bahasa Indonesia

14.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 29 Januari 2016 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Batasan Istilah ... 8

1.6 Spesifikasi Produk ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Karakteristik Perkembangan Anak Usia SD ... 10

2.1.1.1Perkembangan Bahasa Anak SD Kelas Rendah... 12

2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Rendah ... 21

2.1.4 Membaca dan Menulis Permulaan ... 27


(16)

2.1.5 Bahan Ajar ... 33

2.1.5.1 Macam-macam Bahan Ajar... 34

2.1.5.2 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 34

2.1.5.3 Buku Sebagai Bahan Ajar ... 37

2.1.5.4 Buku Suplemen ... 39

2.2 Penelitian Relevan ...40

2.3 Kerangka Berpikir ...45

2.4 Pertanyaan Penelitian ...47

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...49

3.2 Setting Penelitian ...50

3.2.1 Objek Penelitian ...50

3.2.2 Subjek Penelitian ...50

3.2.3 Lokasi Penelitian ...50

3.2.4 Waktu Penelitian ...51

3.3 Prosedur Pengembangan ...51

3.4 Uji Coba Terbatas ...55

3.4.1 Desain Uji Coba Terbatas ...55

3.4.2 Subjek Uji Coba Terbatas ...56

3.4.3 Instrumen Penelitian...56

3.4.3.1 Wawancara ...56

3.4.3.2 Kuesioner ...56

3.4.4 Teknik Pengumpulan Data ...60

3.4.4.1 Wawancara ...60

3.4.4.2 Observasi ...60

3.4.4.3 Kuesioner ...61

3.4.5 Teknik Analisis Data ...61

3.4.5.1 Data Kualitatif ...61

3.4.5.2 Data Kuantitatif ...62


(17)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Analisis Kebutuhan ...66

4.1.1 Hasil Wawancara Survei Kebutuhan ...66

4.1.2 Pembahasan Hasil Wawancara Kebutuhan ...69

4.2 Produksi Buku Suplemen Membaca dan Menulis ...70

4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ...79

4.3.1 Data Validasi Pakar Bahasa Indonesia SD...79

4.3.2 Data Validasi Guru SD ...81

4.3.3 Analisis Produk Berdasarkan Validasi Oleh Pakar dan Guru ...85

4.3.4 Revisi Produk ...86

4.3.5 Data Uji Coba Terbatas ...87

4.3.6 Hasil Observasi Uji Coba Lapangan Terbatas ...90

4.4 Kajian Produk Akhir ...92

4.5 Pembahasan ...97

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ...100

5.2Keterbatasan Penelitian ...101

5.3Saran ...101

DAFTAR REFERENSI ...102


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. SK membaca dan Menulis Kurikulum KBK ...29

Tabel 2.2 SK dan KD KTSP Membaca dan Menulis Kelas III Semester 2 ...29

Tabel 2.3 Indikator Membaca dan Menulis Kelas III Semester 2 ...30

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner Untuk Pakar dan Guru...57

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Untuk Siswa ...59

Tabel 3.3 Konversi Nilai Skala Lima ...62

Tabel 3.4 Kriteria Skala Lima ...64

Tabel 3.5 Jadwal Penelitian ...65

Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Atau Latihan Pada Setiap Lembar Kerja ...75

Tabel 4.2 Rekapitulasi Validasi Produk Oleh Ahli ...83

Tabel 4.3 Revisi Buku Suplemen Membaca dan Menulis ...86

Tabel 4.4 Rekapitulasi Penilaian Siswa Terhadap Kualitas Buku Suplemen ....88


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Pengembangan Dick & Carey ... 36

Gambar 2.2 Literature map penelitian Terdahulu... 44

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 45

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Produk Menurut Sugiyono ... 51


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 105

Lampiran 2 Hasil Validasi Pakar Bahasa Indonesia ... 107

Lampiran 3 Hasil Validasi Guru Kelas III SD ... 114

Lampiran 4 Hasil Validasi Siswa Kelas III SD ... 122

Lampiran 5 Rekapitulasi Data Hasil Validasi ... 134

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian... 135

Lampiran 7 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 136

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian ... 137

Lampiran 9 Biodata Penulis ... 139 Lampiran 10 Buku Suplemen (Dicetak Terpisah)


(21)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhuk ciptaan Tuhan yang mempunyai keunggulan apabila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Manusia dibekali dengan akal budi dan kemampuan untuk berfikir serta berkomunikasi dengan sesamanya. Menurut (Hurlock, 1976: 176), banyak orang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara” (speech) dengan “bahasa” (language), meskipun kedua istilah tersebut

sebenarnya tidak sama. Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk di dalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim dan seni.

Bahasa (Yusuf, 2009: 118-119) merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, lukisan, dan mimik muka. Dengan bahasa, orang dapat mengungkapkan ide dan gagasannya sehingga bisa diketahui oleh orang lain. Setiap orang dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan berbahasa. Keterampilan tersebut diperoleh melalui proses pembelajaran yang panjang, baik secara formal maupun non formal.


(22)

Bahasa yang didapatkan melalui pendidikan formal biasanya dari mata pelajaran bahasa Indonesia yang ada di bangku sekolah. SD merupakan salah satu jenjang pendidikan untuk belajar anak dalam tingkat dasar sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mata pelajaran bahasa Indonesia yang akan diajarkan untuk siswa di SD terdiri dari beberapa macan keterampilan berbahasa. Menurut (Tarigan, 1982: 1) keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: (1) keterampilan menyimak; (2) keterampilan berbicara; (3) keterampilan membaca; dan (4) keterampilan menulis, keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Dua keterampilan dasar yang sangat penting adalah keterampilan membaca dan menulis. Kedua keterampilan itu merupakan jenis kemampuan berbahasa tulis, seseorang dengan mempelajari keterampilan tersebut dapat memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan dari berbagai sumber dapat memperluas wawasannya. Pada waktu mulai masuk sekolah dasar, anak-anak dihadapkan pada tugas utama mempelajari bahasa tulis. Hal ini hampir tidak mungkin kalau mereka belum menguasai bahasa lisan. Perkembangan bahasa anak meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis.

Hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa sekolah itu adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah. Kemampuan membaca ini lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf . Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada


(23)

tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi lambang tersebut. Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek

wacana. Melek wacana adalah kemampuan membaca yang sesungguhnya, yakni

kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman akan lambang-lambang tersebut (Mulyati, 2004 :4).

Selain dalam keterampilan membaca, siswa juga harus menguasai keterampilan menulis. Dalam kemampuan menulis siswa dituntut dapat menuliskan atau menuangkan apa yang sudah dipelajarinya dalam bentuk tulisan. (Darmiyati dan Budiasih, 1996:71-72) menyatakan bahwa kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan bahasa tulis yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan tulisan. Jadi dapat dikatakan semakin cepat siswa dapat membaca dan menulis makin besar peluang untuk memahami isi makna mata pelajaran di sekolah.

Kemampuan membaca dan menulis juga merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam meraih kemajuan dengan kemampuan yang memadai. Siswa akan lebih mudah menggali berbagai informasi dari berbagai sumber tertulis. Apalagi dalam masyarakat yang berteknologi modern seperti sekarang ini, seseorang haruslah banyak membaca agar dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi karena kesulitan dalam membaca merupakan cacat yang serius dalam kehidupan (Rubin dalam Slamet, 2003: 74). Dengan demikian


(24)

kemampuan membaca sangat penting peranannya dalam membantu anak mempelajari berbagai hal.

Pada kenyataannya banyak siswa yang masih kesulitan dalam hal membaca dan menulis. Pada pembelajaran membaca dan menulis di kelas rendah, banyak siswa yang masih merasa kesulitan dalam mengeja kata maupun menulis huruf menjadi satuan kata. Pemebajaran membaca dan menulis di kelas rendah dikenal dengan istilah membaca dan menulis permulaan bagi kelas I, II dan III (Rahim, 2007: 2). Materi baca-tulis masih dianggap sebagai materi yang membosankan dan tidak menarik minat siswa. Hal ini dapat disebabkan karena belum adanya kesiapan siswa dalam membaca dan menulis.

Hal di atas memang tidak semudah dan semulus dengan apa yang dibayangkan. Hasil wawancara yang didapatkan pada hari Senin, 06 April 2015 kemampuan membaca dan menulis siswa kelas III di SD Negeri Somokaton 1 tahun pelajaran 2015/2016 masih bisa dikatakan rendah. Hal itu berdasarkan wawancara dengan guru kelas SD tersebut yaitu Ibu IH. Bukti tersebut diperkuat dengan adanya 1/3 siswa yang belum lulus KKM dan 2/3 sudah dapat lulus KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dilihat dari jumlah siswa dalam kelas ini ada 12 siswa yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Dari hasil observasi, menunjukkan bahwa dalam pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada hal membaca dan menulis sebuah kalimat masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Nilai KKM yang sudah ditentukan untuk keterampilan membaca dan menulis adalah 70.


(25)

Permasalahan yang dihadapi dalam membaca adalah banyaknya siswa yang masih mengeja persuku kata. Contoh permasalahan yang dilakukan anak adalah, i-bu ma-sak na-si. Hal itulah yang dilakukan anak, bahkan dalam menggunakan tanda baca seperti, koma, titik, tanda seru, belum mereka pahami dengan baik. Permasalahan lain adalah ketika pembelajaran bahasa Indonesia, anak sudah bisa membaca namun dalam membaca mereka belum menggunakan intonasi dan kurang memperhatikan tanda baca. Misalnya dalam sebuah kalimat ada tanda baca titik, seharusnya anak berhenti dalam membacanya namun kenyataannya tidak.

Berhubungan dengan kegiatan siswa yang belum lancar dalam membaca, maka dalam hal menulis juga masih banyak siswa yang tulisannya tidak rapi, apalagi dalam menuliskan huruf tegak bersambung belum menunjukkan huruf baku. Siswa juga belum begitu paham dalam penggunaan huruf kapital untuk menunjukkan nama suatu tempat atau untuk menuliskan nama orang.

Dari hasil pengamatan, peneliti juga melihat guru belum maksimal dalam memberikan penanganan terhadap ketidakmampuan anak dalam membaca dan menulis. Guru hanya berupaya dengan penggunaan metode ceramah, penggunaan fasilitas papan tulis dan spidol untuk membantu siswa dalam mengajarkan menulis dan membaca sehingga tidak adanya ketertarikan siswa untuk belajar lebih baik. Selain itu, kurangnya waktu guru untuk melakukan bimbingan secara personal untuk mengajarkan dalam hal membaca dan menulis.

Pembelajaran dalam membaca dan menulis, sebenarnya juga tidak ada buku yang sangat mendukung untuk berlatih membaca dan menulis, terutama menulis huruf tegak bersambung. Kurangnya buku pegangan guru yang kurang


(26)

sesuai dengan perkembangan anak SD dan hanya terdiri dari beberapa sumber saja. Keterbatasan guru yang belum dapat membuat buku untuk keterampilan membaca dan menulis sesuai tingkat perkembangan anak.

Keterbatasan di atas, ternyata buku suplemen adalah sebuah buku yang di dalamnya terdiri berbagai latihan-latihan untuk siswa kelas III, di dalam buku tersebut terdapat latihan beserta gambar-gambar. Misalnya, dalam menuliskan puisi, anak dapat melihat gambar yang ada di atasnya kemudian anak bisa menuliskan puisi berdasarkan gambar tersebut dengan kata-kata. Selain dengan menggunakan gambar, siswa dapat mendeskripsikan gambar tersebut dengan menuliskan beberapa kalimat. Dalam Buku Suplemen itu anak juga dapat belajar menulis tegak bersambung.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana mengembangkan buku suplemen keterampilan membaca dan menulis muatan pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 2 SD Negeri Somokaton 1 ?

1.2.2 Bagaimana kualitas buku suplemen keterampilan membaca dan menulis muatan pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 2 SD Negeri Somokaton 1 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengembangkan buku suplemen keterampilan membaca dan menulis muatan pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 2 SD Negeri Somokaton 1.


(27)

1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas buku suplemen keterampilan membaca dan menulis muatan pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 2 SD Negeri Somokaton 1.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan referensi dalam bidang pendidikan mengenai pengembangan buku suplemen keterampilan membaca dan menulis muatan pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 2 SD dan dapat dijadikan sebagai acuan penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat praktis 1.4.2.1Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman yang berharga dalam upaya menerapkan teori yang diterima untuk menggunakan buku suplemen keterampilan membaca dan menulis muatan pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 2 SD.

1.4.2.2 Bagi siswa

Dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa dalam menggunakan buku suplemen ketrampilan membaca dan menulis muatan pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 2 SD Negeri Somokaton 1.


(28)

1.4.2.2Bagi Guru

Dapat memberikan gambaran kepada guru mengenai kegunaan buku suplemen ketrampilan membaca dan menulis muatan pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 2 SD Negeri Somokaton 1.

1.4.2.3Bagi Sekolah

Dapat memberikan masukan kepada sekolah penggunaan buku suplemen keterampilan membaca dan menulis muatan pelajaran bahasa Indonesia kelas III semester 2 SD Negeri Somokaton 1 dapat membantu siswa dalam belajar.

1.4.2.4Bagi Prodi PGSD

Penelitian pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan buku suplemen terutama muatan pelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan membaca dan menulis.

1.5 Batasan Istilah

1.5.1 Membaca dan menulis permulaan adalah program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis di kelas rendah yaitu kelas I-III SD pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. 1.5.2 Buku suplemen adalah sejenis buku yang di dalamnya terdapat berbagai

kegiatan belajar yang terencana, didesain guna membantu siswa SD kelas rendah dalam menyelesaikan tujuan-tujuan dalam meningkatkan membaca dan menulis di kelas rendah.


(29)

1.5.3 Muatan pelajaran Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas III yang mengajarkan berbagai keterampilan terutama keterampilan membaca dan menulis.

1.6 Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1.6.1 Produk yang dihasilkan adalah bahan ajar yang berupa buku suplemen membaca dan menulis permulaan kelas rendah. Buku suplemen mengandung komponen kata pengantar, kemampuan yang akan dicapai (KD baru hasil modifikasi KBK dan KTSP), indikator, petunjuk umum, kegiatan belajar berupa lembar kerja siswa, review dan refleksi.

1.6.2 Buku suplemen disusun dan dikembangkan sesuai dengan materi membaca dan menulis permulaan bagi siswa kelas III semester 2 berdasarkan kajian SK, KD, indikator dari kurikulum KBK dan kurikulum KTSP.

1.6.3 Buku suplemen disusun dengan tampilan fisik (warna, huruf, gambar/foto) yang menarik dan sesuai dengan perkembangan bahasa siswa kelas rendah. 1.6.4 Buku suplemen disusun dengan sesuai perkembangan bahasa siswa yang

nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.

1.6.5 Buku suplemen disusun berdasarkan pengalaman yang dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual).

1.6.6 Buku suplemen dilengkapi dengan CD rekaman sebagai penunjang pada latihan dan pembelajaran yang membutuhkannya.

1.6.7 Buku suplemen menyajikan berbagai macam latihan kegiatan membaca dan menulis. Siswa diharapkan dapat menggunakan buku ini secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis.


(30)

10 BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada bagian Bab 2 ini akan membahas (1) kajian pustaka, (2) penelitian yang relevan,(3) kerangka berfikir, dan (4) daftar pertanyaan penelitian

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Karakteristik Perkembangan Anak Usia SD

Perkembangan manusia menurut (Piaget dalam Yusuf, 2008: 4-6) digambarkkan dalam konsep fungsi dan struktur dan fungsi. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama bagi setiap orang atau kecenderungan-kecenderungan biologis untuk mengorganisasi pengetahuan ke dalam struktur kognisi, dan untuk beradaptasi kepada berbagai tantangan lingkungan. Tujuan dari fungsi-fungsi itu adalah menyusun struktur kognitif internal. Fungsi-fungsi dapat dikelompokkan menjadi organisasi dan adaptasi. Keadaan saling mempengaruhi antara asimilasi dan akomodasi melahirkan konsep konstruktivisme yaitu bahwa anak secara aktif menciptakan (mengkreasi) pengetahuan, dalam arti anak tidak hanya menerima pengetahuan secara pasif dari lingkungannya.

Berbeda dengan Slamet, Perkembangan (Salkind, 2009: 21) adalah spesies yang tercermin dalam perkembangan individu. Dengan kata lain, anak berkembang melalui serangkaian tahap yang menggambarkan urutan perkembangan yang menjadi ciri khas spesies.

Perkembangan manusia terjadi sejak manusia masih ada di dalam kandungan dan kemudian berlanjut hingga dewasa. Perkembangan manusia terutama perkembangan


(31)

pada anak mengacu pada proses di mana seorang anak tumbuh dan mengalami berbagai perubahan sepanjang hidupnya (Meggit, 2013: 1).

Selama masa perkembangannya, setiap anak akan mengalami perkembangan kognitif secara bertahap Piaget(dalam Dahar, 2011: 136-139) membagi perkembangan kognitif anak ke dala 4 periode utama yang berkorelasi dan semakin canggih seiring pertambahan usia :

1. Periode sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Tahap ini, Piaget mengungkapkan bahwa bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.

2. Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun)

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari emapat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, setelah akhir usia dua tahun jenis yang kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pada tahapan ini anak belajar menggunakan dan mempresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris, anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walah bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.


(32)

3. Tahapan operasional konkrit ( usia 7-11 tahun)

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai dua belas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika. Hal tersebut memungkinkan anak dapat memecahkan masalah secara logis. 4. Tahap operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (Saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik pada tahap ini adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu”diantaranya.

Berdasarkan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh tokoh tersebut, perkembangan anak usia Sekolah Dasar kelas rendah umumnya berusia 7-9 tahun berada pada tahap operasional konkret dan masuk pada periode belajar yang mendalam. Rentang usia ini mencakup siswa kelas I-III Sekolah Dasar yang juga berada pada tahap dan periode tersebut. Oleh sebab itu, siswa kelas I-III SD sudah mampu membentuk atas pengetahuan yang sudah mereka miliki sendiri belajar.Pada tahap inilah anak kelas III SD masuk ke dalam masa operasi konkret yaitu dapat memecahkan masalahnya secara logis dengan memanfaatkan benda-benda konkret di sekitar anak.

2.1.2 Perkembangan Bahasa Anak SD Kelas Rendah

Perkembangan bahasa adalah anak merupakan perkembangan yang perlu dirangsang sedini mungkin dengan tepat dan diberikan secara teratur. Menurut (Dhieni,


(33)

2007: 31) mengungkapkan perkembangan bahasa anak adalah sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak-anak, terdiri dari perkembangan bicara, perkembangan menulis, perkembangan membaca dan perkembangan menyimak.

Perkembangan bahasa anak merupakan kemampuan anak untuk dapat mengekspresikan segala pikiran dalam bentuk ungkapan. Menurut (Zubaidah, 2003: 3) mengungkapkan bahwa perkembangan bahasa anak mencakup empat keterampilan. Empat keterampilan bahasa yang dimaksud meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.

Perkembangan bahasa (Slamet, 2014: 7) adalah suatu rangkaian kesatuan kegiatan ucapan dari yang sederhana menuju ucapan yang utuh. Perkembangan bahasa tersebut ditandai dengan keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi (ucapan) yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks. Tangisan, bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana tak bermakna, dan celotehan bayi merupakan jembatan yang memfasilitasi alur perkembangan bahasa anak menuju kemampuan berbahasa yang lebih sempurna.

Tingkat perkembangan bahasa anak berbeda-beda sesuai dengan apa yang didengar dan dikenalnya. Akan tetapi, kebanyakan pada tingkat awal anak-anak mengenal istilah kata benda dan kata kerja yang sederhana seperti mama, ayah, rumah, tidur, menangis, makan, minum dan sebagainya. Penguasaan bahasa akan berkembang sejalan dengan perkembangan usia anak (Djamarah, 2011: 47).

Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial maka perkembangan bahasa seseorang (bayi-anak) dimulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti


(34)

dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana, dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai tingkat perilaku sosial anak ( Djamarah, 2011: 48).

Seberapa banyak penguasaan bahasa Indonesia bagi anak yang baru masuk sekolah dasar, tentulah bermacam ragam sejalan dengan berbagai hal yang telah diungkapkan di atas. Pada waktu mulai masuk sekolah dasar, anak-anak dihadapkan pada tugas utama mempelajari bahasa tulis. Hal ini hampir tidak mungkin kalau mereka belum menguasai bahasa lisan. Perkembangan bahasa anak pada periode usai sekolah dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Kemampuan mereka menggunakan bahasa berkembang.

Kemampuan berbahasa anak-anak tidaklah diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi berkembang secara bertahap. Tahapan perkembangan bahasa anak dapat dibagi atas : (1) tahap pralinguistik, (2) tahap satu kata, ( 3) tahap dua-kata, dan (4) tahap banyak kata (Slamet, 2014: 8-17).

a. Tahap Pralinguistik (0-12 bulan)

Tahap pralinguistik dimulai pada usia bayi, mereka memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun. Namun pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah bermakna. Bunyi-bunyi itu berupa vokal atau konsonan tertentu tetapi tidak mengacu pada kata atau makna tertentu.

Bayi yang berusia 4-7 bulan biasanya sudah mulai menghasilkan banyak suara yang menyebabkan masa ini disebut masa ekspansi. Suara-suara baru itu meliputi: bisikan, menggeram, dan memekik. Setelah memasuki usia 7-12


(35)

bulan, ocehan bayi meningkat pesat. Sebagian bayi mulai mengucapkan suku kata dan menggandakan rangkaian kata seperti “dadada” atau “mamama”. b. Tahap Satu-Kata (12-18 bulan)

Pada masa ini anak belajar menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan idenya. Satu kata mewakili satu atau bahkan lebih frasa atau kalimat. Contohnya adalah “papa!”(sambil menunjuk ayah). Kata-kata yang diucapkan berhubungan dengan objek-objek nyata atau perbuatan. Kata-kata yang diucapkan orang tua sewaktu mengajak bayinya berbicara berpotensi lebih besar menjadi kata pertama yang diucapkan si bayi. Misalnya “papa”, kata -kata tersebut mengandung fonem “a” yang secara artikulasi juga mudah diucapkan.

c. Tahap dua-kata (18-24 bulan)

Pada tahap ini anak sudah mencapai tahap kombinasi dua kata. Anak mulai mengucapkan “Ma, pelgi”, maksudnya “Mama, saya mau pergi”. Pada tahap

dua kata ini anak mulai mengenal berbagai makna kata tetapi belum dapat menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa. Selain itu, anak belum dapat menggunakan kata ganti sya, aku, kamu, dia, mereka dan sebagainya.

d. Tahap banyak kata(3-5 tahun)

Pada saat anak mencapai usia 3 tahun, anak semakin kaya dengan perbendaharaan kosakata. Mereka sudah mulai mampu membuat kalimat pertanyaan, pernyataan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat.


(36)

Anak usia 3-4 tahun tuturannya lebih panjang dan tatabahasanya lebih teratur. Anak usia diantara itu tatabahasanya lebih teratur dan lebih menggunakan lebih dari dua kata. Anak usia 5-6 tahun bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa.

Selain tahapan perkembangan bahasa anak seperti yang sudah dipaparkan, Ross dan Roe (Zuchdi dan Budiasih, 1997) membagi fase perkembangan bahasa anak seperti berikut :

a) Perkiraan umur 0-2 tahun. Tahap perkembangan bahasa fase fonologis, kemampuan anak dapat mengungkapkan bunyi-bunyi bahasa hingga dapat menyebutkan kata-kata sederhana.

b) Perkiraan umur 2-7 tahun. Tahap perkembangan bahasa fase sintaktik, kemampuan anak menunjukkan kesadaran gramatis, berbicara menggunakan kalimat.

c) Perkiraan 7-11 tahun. Perkembangan bahasa fase semantik, kemampuan anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kalimat. Pada fase ini anak menguasai banyak kosa kata dan lebih memahami wacana dengan baik. selama periode ini, anak menjadi semakin baik dalam menemukan makna kata berdasarkan konteksnya. Anak yang usianya 11 tahun membentuk definisi dengan menggabungkan makna-makna yang telah diketahuinya. Dengan demikian definisinya menjadi lebih luas, misalnya kucing adalah binatang yang biasa dipelihara di rumah-rumah penduduk.


(37)

Selain hal yang dijelaskan diatas, usia sekolah dasar ini merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada awal masa ini, anak sudah menguasai sekitar 2.500 kataa, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata (Yusuf, 2008: 179).

Bahasa memang sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. Perkembangan pikiran itu dimulai usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan dalam (Yusuf, 2008: 118 - 119) sebagai berikut :

a. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif, seperti “bapak makan”. b. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti:

“Bapak tidak makan”.

c. Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat: 1) Kritikan :”ini tidak boleh, ini tidak baik”.

2) Keragu-raguan : barangkali, mungkin, bisa jadi ini terjadi apabila anak sudah menyadari akan kemungkinan kekhilafannya.

3) Menarik kesimpulan analogi, seperti : anak melihat ayahnya tidur karena sakit, pada waktu lain anak melihat ibunya tidur, dia mengatakan bahwa ibu tidur karena sakit.


(38)

Perkembangan bahasa anak yang paling jelas tampak ialah perkembangan semantik dan pragmatik (Owens, 1992: 354-355 dalam Ngalimun, 2014: 11). Di samping memahami bentuk-bentuk baru, anak belajar menggunakannya untuk berkomunikasi dengan lebih efektif termasuk bagaimana perkembangan komunikasi awal. Perkembangan bahasa anak lainnya berupa perkembangan morfologis, perkembangan sintaktik, dan perkembangan fonologis.

1. Perkembangan Semantik dan bahasa figuratif a. Perkembangan Semantik

Keseluruhan proses perkembangan semantik yang mulai pada tahun-tahun awal sekolah dasar ini dapat dihubungkan dengan keseluruhan proses kognitif (Owens, 1992: 374 dalam Ngalimun, 2014: 11). Dalam proses peningkatan jumlah kosakata dan makna lewat konteks, seseorang menyusun kembali aspek-aspek kebahasaan yang dikuasainya. Susunan baru yang dihasilkan tercermin dalam cara seseorang menggunakan kata-kata. Sebagai dampaknya ialah adanya perkembangan penggunaan bahasa figuratif.

Pada usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahan makna kata. Secara horizontal, anak-anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan makna yang tepat. Penambahan vertikal berupa peningkatan jumlah kata-kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens, 1992: 375 dalam Ngalimun, 2014: 11).


(39)

Di kelas-kelas awal, juga terjadi perkembangan dalam penggunaan istilah-istilah yang menyatakan tempat. Penggunaan istilah-istilah yang umum berkurang dan terjadi peningkatan penggunaan istilah-istilah yang menunjukkan tempat yang bersifat khas. Berdasarkan istilah umum “ini” dan “itu”, anak kemudian memahami dan dapat menggunakan istilah-istilah jauh, dekat, kiri, kanan, bawah, muka, atas, belakang dan sebagainya.

Kemampuan anak dalam mengidentifikasi kata-kata meningkat. Ada dua cara dalam hal tersebut, yaitu: pertama, secara konseptual dari definisi berdasar pengalaman individu ke makna yang lebih bersifat sosial atau makna yang dibentuk bersama. Kedua, anak bergerak secara sintaksis dari definisi berupa kata-kata lepas ke kalimat-kalimat yang menyatakan hubungan yang kompleks. Kemampuan anak dalam membuat definisi sangat dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya. Demikian halnya jika di sekolah setiap anak banyak diberi kesempatan untuk praktik berbahasa, maka anak tersebut dapat mengembangkan potensi berbahasanya dengan baik termasuk kemampuannya dalam membuat definisi.

b. Bahasa dan Proses Figuratif

Anak-anak usia sekolah mengembangkan bahasa figuratif yang memungkinkan penggunaan bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif menggunakan kata-kata secara imajinatif. Yang termasuk bahasa figuratif yaitu ungkapan, metafora, kiasan dan peribahasa.


(40)

Ungkapan adalah pernyataan pendek yang telah digunakan bertahun-tahun dan tidak dapat dianalisis secara gramatikal. Metafora dan kiasan adalah bentuk ucapan yang membandingkan benda yang sebenarnya dengan khayalan. Dalam metafora perbandingan dinyatakan secara implisit, sedangkan kiasan adalah perbandingan secara eksplisit yang biasanya dinyatakan dengan kata. Peribahasa sendiri diartikan sebagai pernyataan pendek yang sudah dikenal yang berisi kebenaran yang terterima, pikiran yang berguna, atau nasihat.

Anak usia sekolah (5 dan 7 tahun) lebih suka menghubungkan dua istilah daripada menyamakannya. Pemahamannya hanya secara fisik, sebaliknya pada usia 8 dan 9 tahun anak mulai dapat menghargai proses psikologis sehingga pemahamannya tidak hanya secara fisik. Pada usia tersebut, masih sering terjadi kesalahan penafsiran metafora, karena anak belum sepenuhnya memahami dimensi psikologis. Anak berusia 6, 7 dan 8 tahun menafsirkan bahasa secara literal. Perkembangan pemahaman berlangsung terus sampai periode adolesen dan dewasa. Ketepatan pemahaman ungkapan dan peribahasa meningkat secara perlahan-lahan pada masa akhir kanak-kanak dan masa adolesen. Perkembangan ini bervariasi antara anak yang satu dengan anak yang lain tergantung pada pengalaman belajarnya.

Bahasa figuratif lebih mudah dipahami dalam konteks daripada secara terpisah oleh anak adolesen. Makna bahasa figuratif disimpulkan oleh anak dari penggunaan yang berulang-ulang dalam konteks yang berbeda-beda. Kejelasan metaforik, yakni hubungan antara literal dan figuratif, memudahkan penafsiran.


(41)

2. Perkembangan Pragmatik

Perkembangan pragmatik (penggunaan bahasa) merupakan hal yang paling penting dalam bidang dan pertumbuhan bahasa pada tahap usia sekolah. Pada masa sebelumnya, anak belum memiliki keterampilan berbicara secara sistematis. Pada usia sekolah, proses kognitif meningkat sehingga memungkinkan anak menjadi komunikator yang lebih efektif. Secara umum, anak kurang dapat menerima pandangan orang lain.

Menurut pendapat beberapa ahli di atas, perkembangan bahasa anak adalah sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak-anak, terdiri dari perkembangan bicara, perkembangan menulis, perkembangan membaca dan perkembangan menyimak dan merupakan kemampuan anak untuk dapat mengekspresikan segala pikiran dalam bentuk ungkapan. Anak kelas III dengan perkiraan usia anatara 7-11 sudah mampu menguasai banyak kosa kata dan lebih memahami wacana dengan baik. Pada usia sekolah, proses kognitif meningkat sehingga memungkinkan anak menjadi komunikator yang lebih efektif. Selain itu anak pada tahapan ini mempunyai banyak kosa kata dengan melihat gambar atau benda konkret yang dijumpainya.

2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Rendah

Pembelajaran bahasa Indonesia untuk SD adalah pertama kalinya siswa belajar bahasa Indonesia secara resmi. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Fungsi bahasa tersebut sebagai alat pemersatu bangsa dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda dan sebagai pengembang ilmu


(42)

pengetahuan dan teknologi serta sebagai perhubungan dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan.

Guru selayaknya memperkenalkan bahasa Indonesia kepada siswa ragam lisan yang formal dan ragam tulis formal dan tak formal. Pembelajaran bukan lagi ditekankan pada kemampuan berbahasa, melainkan keterampilan berbahasa. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan pengajaran sesuai dengan keterampilan berbahasa dengan menggunakan metode yang bervariasi. Guru sedini mungkin juga harus mengajarkan anak-anak agar mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (Ngalimun, 2014: 3-5).

Menurut (Suryaman, 2012: 127) mengungkapkan bahwa cara pengajaran bahasa Indonesia yang mudah dipahami yaitu melalui pengalaman langsung.Cara pengalaman langsung bersifat konkret, mudah dipahami dan mengajarkan anak mencari informasi dalam berbagai pengalamannya.

Dalam proses belajar bahasa, ada sejumlah prinsip belajar yang dapat melicinkan jalan menuju keberhasilan belajar bahasa Indonesia. Prinsip – prinsip belajar psikologis dan linguistik (Djamarah, 2011:69-70). Prinsip – prinsip yang bersifat psikologis adalah:

1. Motivasi

Motivasi adalah yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Maka untuk berhasilnya pengajaran bahasa, murid-murid dibimbing agar mempunyai dorongan untuk belajar. Tanpa adanya kemauan tidak mungkin tujuan belajar


(43)

dapat dicapai. Jadi seorang anak yang belajar bahasa dengan adannya motivasi akan mengalami tujuan yang pesat.

2. Pengalaman sendiri

Pengalaman adalah yang dialami sendiri akan lebih menarik dan berkesan daripada mengetahui dari kata orang lain.

3. Keingintahuan

Keingintahuan merupakan kodrat manusia yang dapat menyebabkan manusia itu menjadi maju. Hubungan dengan belajar bahasa, keingintahuan seorang anak terhadap bahasa lain akan menyebabkan dia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempelajari bahasa.

4. Pemecahan masalah

Belajar bahasa tidak dapat dipisahkan dengan berbagai macam masalah. Jadi diperlukan kekritisan seseorang tersebut dalam menghadapi masalah dalam mengembangkan pengetahuan, pengalaman dan sikap.

5. Berpikir analitis-sintesis

Berpikir secara analitis adalah berusaha mengenal sesuatu dengan cara mengenali ciri-ciri dan unsur-unsur yang ada pada sesuatu itu. Dalam pengajaran bahasa mereka bukan hanya dilatih menguraikan atau menganalisis kalimat, melainkan juga menata paragraf menjadi sebuah wacana.


(44)

6. Perbedaan individual

Keberhasilan pengajaran bahasa juga harus memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual. Sudah menjadi kodratnya bahwa anak didik yang kita hadapi tidak mempunyai kematangan bepikir, kemampuan berbahasa, dan tingkat intelegensi yang sama. Perbedaan individual meskipun sedikit pasti terdapat antara seorang anak dengan anak yang lain. Jadi, dapat diperkirakan kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis setiap anak didik tidaklah sama.

Prinsip-prinsip belajar bahasa bersifat linguistik yang telah di jelaskan Abdul Chaer (Djamarah, 2011: 71-73), sebagai berikut :

1. Mudah menuju sukar

Pemberian materi harus dimulai dari yang mudah kemudian diikuti dengan yang sukar atau yang lebih sukar. Umpamanya, sebelum mengajarkan kalimat luas maka terlebih dahulu harus diajarkan kalimat yang sederhana atau dasar. Asas ini merupakan prinsip yang harus dikuti pada semua jenjang pendidikan. Jadi asas ini mengajarkan bahwa pemberian materi harus diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya.

2. Sederhana menuju kompleks

Bahan pelajaran harus dimulai dari yang sederhana, baru kemudian diikuti dengan yang kompleks. Menurut prinsip ini dalam mengajarkan bentuk-bentuk


(45)

kata. Misalnya dari kata yang berbentuk dasar, disusul dengan kata yang berimbuhanyang sederhana.

3. Dekat menuju jauh

Pemberian materi pelajaran harus dimulai dari yang ada didekat anak didik, baru kemudian secara berangsur-angsur menuju yang agak jauh atau yang jauh. Umpamanya dalam mengajarkan kosakata harus dimulai dari yang ada di dalam kelas, baru kemudian yang ada di luar kelas, di halaman sekolah, kemudian yang ada di luar halaman dan seterusnya.

4. Pola menuju unsur

Materi bahasa yang diberikan mula-mula harus yang berupa satu kebetulan, sesudah itu baru diberikan unsur-unsur dari kebetulan itu. Jadi, mula-mula misalnya diberikan bentuk-bentuk kalimat utuh, baru kemudian bagian-bagian atau unsur yang membentuk kalimat itu.

5. Penggunaan menuju pengetahuan

Materi pembelajaran bahasa yang mula-mula harus diberikan adalah penggunaan bentuk-bentuk atau satuan-satuan bahasa itu. Asas penggunaan ini dapat diberikan dalam latihan-latihan berulang-ulang dan terus menerus sehingga siswa terampil menggunakannya.


(46)

6. Masalah bukan kebiasaan

Hampir semua anak Indonesia tidak berbahasa ibu bahasa Indonesia. Oleh karena itu, meskipun bahasa-bahasa daerah di Indonesia masih serumpub dengan bahasa Indonesia, tetapi perbedaan tentunya ada antara bahasa-bahasa daerah dengan bahasa Indonesia. Perbedaan ini terjadi pada tataran fonologi,

morfologi, sintaksis, dan juga kosakata. Perbedaan inilah yang harus

diperhatikan agar siswa dapat berbahasa Indonesia dalam bentuk dan struktur yang benar.

7. Kenyataan bukan buatan

Kenyataan menunjukkan bahwa bahasa itu (termasuk bahasa Indonesia) mempunyai variasi, baik bersifat regional, sosial, maupun fungsional. Kenyataan ini tidak dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa. Memang yang diajarkan hanya ragam bahasa baku, yaitu ragam bahasa yan biasa digunakan dalam situasi-situasi resmi. Kenyataan adanya ragam bahasa tersebut perlu “diberitahu” kepada anak, sebab penggunaan bahasa itu sesuai dengan situasi dan keperluannya.

Menurut pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia lebih ditekankan pada keterampilan berbahasa meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai guru hendaknya mempersiapkan berbagai metode variatif serta mengenalkan bahasa Indonesia sedini mungkin kepada anak. Pengajaran


(47)

bahasa Indonesia akan mudah dipahami oleh anak apabila melalui pengamatan langsung. Berbagai prinsip dalam belajar berbahasa Indonesia juga akan memudahkan anak dalam belajar bahasa Indonesia.

2.1.4 Membaca dan Menulis Permulaan

Membaca menulis permulaan merupakan kepanjangan dari MMP. Sesuai dengan kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat peserta didik mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal peserta didik memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan program pembelajaran utama (Mulyati, 2014: 6).

Berkaitan MMP yang dijelaskan Mulyati, MMP merupakan dua aspek kemampuan berbahasa yang saling berkaitan, dan tidak terpisahkan. Pada waktu guru mengenalkan menulis, anak-anak tentu akan membaca tulisannya (Slamet, 2014: 23). Membaca Permulaan (Rahim, 2007: 2) adalah penekanan pembelajaran membaca untuk siswa kelas rendah (I, II dan III).

Menurut beberapa ahli diatas yang dimaksud dengan MMP adalah pembelajaran membaca dan menulis permulaan untuk siswa di SD kelas rendah yaitu kelas I, II dan III.

2.1.4.1Perbandingan SK dan KD dari KBK dan KTSP

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses,


(48)

kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum (BSNP, 2006: 3).

Kurikulum (BSNP, 2006: 5) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum yang digunakan dalam kajian pembuatan buku suplemen menggunakan kurikulum KTSP dan KBK.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus (BSNP, 2006: 5).

Hal di atas adalah serangkaian kurikulum KTSP, selain itu kurikulum KBK yaitu kurikulum berbasis kompetensi 2004. Berpusat dari hal tersebut, peneliti mencoba mengomparasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) membaca dan menulis antara kurikulum kurikulum KBK 2004 dan kurikulum KTSP 2006. Kurikulum KBK 2004 adalah sejalan dengan pencapaian kompetensi siswa, sedangkan untuk kurikulum KTSP 2006 sebagai keseseuaian terhadap karakteristik siswa di sekolahnya. Peneliti mengomparasi SK dan KD untuk kelas III semester 2. Berikut dapat dilihat SK, KD membaca dan menulis untuk kurikulum KBK 2004 dan kurikulum KTSP 2006 :


(49)

Tabel 2.1 SK Membaca dan Menulis Kurikulum KBK

Tabel 2.2 SK dan KD KTSP Membaca dan Menulis kelas III Semester 2

Berdasarkan tabel di atas SK dan KD dari KBK 2004 dan KTSP 2006 di atas, peneliti mengkomparasikan dan mengkaji kedua kurikulum tersebut kemudian membuat modifikasi SK, KD dan indikator yang baru berdasarkan hasil komparasian tersebut dan

Membaca Menulis

1. Membaca intensif

2. Membaca dan memprediksi isi teks 3. Membaca nyaring

4. Membaca memindai (scaning)

1. Menulis ragam karangan

2. Menulis dengan menggunakan tabel 3. Menceritakan kembali

4. Menulis petunjuk sesuatu

Membaca

1. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200kata) dan membaca puisi

1.1 Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang (150-200 kata) yang dibaca secara intensif

1.2 Membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat

Menulis

2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam karangan sederhana dan puisi

2.1 Menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital dan tanda titik.

2.2 Menulis puisi berdasarkan gambar dengan pilihan kata yang menarik


(50)

disesuaikan dengan analisis kebutuhan siswa. Beri.kut indikator baru berdasarkan modifikasi Kurikulum KTSP 2006 dengan kurikulum KBK 2004.

Tabel 2.3 Indikator Membaca dan Menulis kelas III Semester 2

Kompetensi Dasar Indikator

1.1Membaca, menjawab, dan

mengajukan perjanyaan teks agak panjang (150-200 kata) secara intensif

1.1.1 Membaca cerita pendek (cerita rakyat) secara intensif

1.1.2 Mengajukan pertanyaan tentang isi teks yang sudah dibaca secara intensif

1.1.3 Menjawab pertanyaan dari bacaan yang sudah dibaca secara intensif 1.1.4 Menjawab pertanyaan dari isi

dongeng.

1.1.5 Menceritakan ulang cerita yang sudah dibaca

1.1.6 Menemukan makna cerita 1.1.7 Meringkas cerita

1.1.8 Memberikan saran sederhana terhadap suatu cerita

1.2 Membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat

1.2.1 Membaca puisi dengan lafal yang jelas

1.2.2 Membaca puisi dengan intonasi yang sesuai

1.2.3 Membaca puisi dengan ekspresi yang sesuai

1.2.4 Membaca puisi dengan lafal, intonasi, ekspresi yang sesuai. 2.1 Menulis karangan sederhana dengan

pilihan kata dan kalimat yang tepat serta memperhatikan ejaan yang benar

menggunakan huruf tegak bersambung

2.1.1 Menuliskan huruf kapital dalam suatu kalimat .

2.1.2 Menuliskan penggunaan tanda baca titik dalam suatu teks bacaan. 2.1.3 Menuliskan tanda baca koma dalam

suatu teks bacaan.

2.1.4 Menuliskan tanda seru dalam suatu teks bacaan.

2.1.5 Menuliskan tanda tanya dalam suatu teks bacaan.

2.1.6 Menuliskan penggunaan tanda hubung dalam suatu teks bacaan


(51)

2.1.7 Menuliskan penggunaan tanda petik dalam suatu teks bacaan.

2.1.8 Menulis kalimat dengan memperhatikan tanda baca. 2.1.9 Menulis kalimat dengan

memperhatikan huruf kapital dan tanda baca.

2.1.10 Melengkapi teks rumpang

menggunakan kata sambung “dan” dalam suatu bacaan

2.1.11 Melengkapi bacaan dengan kata sambung “dan”

2.1.12 Melengkapi teks rumpang

menggunakan kata sambung “atau” dalam suatu teks bacaan

2.1.13 Melengkapi teks rumpang menggunakan kata sambung “tetapi” dalam suatu teks bacaan 2.1.14 Menyusun kalimat menjadi

paragraf

2.1.15 Mendeskripsikan gambar dalam bentuk paragraf sederhana dengan memperhatikan penggunaan huruf kapital

2.1.16 Mendeskripsikan gambar dalam bentuk paragraf sederhana dengan memperhatikan penggunaan tanda baca titik.

2.1.17 Mendeskripsikan gambar dalam bentuk paragraf sederhana dengan memperhatikan penggunaan tanda baca koma.

2.1.18 Mendeskripsikan gambar dalam bentuk paragraf sederhana dengan memperhatikan penggunaan tanda seru

2.1.19 Mendeskripsikan gambar dalam bentuk paragraf sederhana dengan memperhatikan penggunaan tanda tanya

2.1.20 Mendeskripsikan gambar dalam bentuk paragraf sederhana dengan memperhatikan penggunaan tanda


(52)

2.1.21 Mendeskripsikan gambar dalam bentuk paragraf sederhana dengan memperhatikan penggunaan tanda petik

2.1.22 Mendeskripsikan gambar dalam bentuk paragraf sederhana dengan memperhatikan penggunaan kata sambung “dan”

2.1.23 Mendeskripsikan gambar dalam bentuk paragraf sederhana dengan memperhatikan penggunaan kata sambung “atau”

2.1.24 Mendeskripsikan gambar dalam bentuk paragraf sederhana dengan memperhatikan penggunaan kata sambung “tetapi”

2.1.25 Menulis karangan berdasarkan gambar seri

2.1.25 Membuat narasi sesuai dengan gambar yang sudah diurutkan 2.1.26 Melengkapi karangan dengan

kata-kata yang tersedia

2.1.27 Melengkapi karangan dari dua kalimat

2.1.28 Menulis karangan berdasarkan gambar

2.1.29 Mengidentifikasi subjek suatu kalimat

2.1.30 mengidentifikasi predikat suatu kalimat

2.1.31 Mengidentifikasi objek suatu kalimat

2.1.32 Mengidentifikasi keterangan suatu kalimat

2.1.33 Membuat karangan sederhana dengan memperhatikan pola S-P-O-K

2.1.34 Membuat karangan panjang (150-200 kata) dengan memperhatikan ejaan dan tanda baca.

2.2 Menulis puisi berdasarkan gambar dengan menggunakan pilihan kata yang menarik dan huruf tegak bersambung

2.2.1 Membuat puisi pendek dari analisis gambar dengan menggunakan pilihan kata yang menarik


(53)

2.2.2 Menyampaikan pesan yang terkandung dalam gambar melalui puisi

2.2.3 Melengkapi puisi

2.2.4 Membuat puisi berdasarkan gambar dnegan ide dan kreativitas

2.1.5 Bahan Ajar

Mengajar adalah adalah pekerjaan yang sulit dan menantang. Anak-anak saat ini mengalami tekanan dari tantangan-tantangan emosi, mental, dan fisik yang memengaruhi perilaku dan kemampuan belajar mereka. Untuk mengatasi hal itu, dibutuhkan guru yang sabar, bijaksana, memiliki rasa humor, serta pandai memilih bahan ajar yang relevan. Majid( 2008: 173) mengungkapkan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Sutjipta (2006:10) mengungkapkan bahwa bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi siswa untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar siswa sehingga menyediakan bimbingan bagi siswa untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang banyak bagi siswa, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada siswa secara individual. Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain: petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, dan evaluasi.(Majid, 2008: 174)


(54)

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun oleh guru atau orang-orang yang memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya dengan bentuk yang sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik.

2.1.5.1 Macam-macam Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar terdiri dari beberapa macam. Macam – macam bahan ajar (Prastowo, 2014: 187) tersebut meliputi modul, buku sebagai bahan ajar cetak, handout , buku dan lembar legiatan siswa (LKS). Produk pengembangan bahan ajar yang berupa buku suplemen termasuk ke dalam buku sebagai bahan ajar cetak.

2.1.5.2 Model Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan salah satu komponen penting yang mendukung berlangsungnya suatu pembelajaran. Bahan ajar yang digunakan merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dharapkan, dalam bahan ajar diperlukan model pengembangan yang sesuai.

Dick & Carey (2001) (dalam Setyosari, 2010: 201), ada sepuluh langkah dalam mengembangkan bahan ajar. Kesepuluh langkah tersebut meliputi sebagai berikut:

1. Analisis kebutuhan

Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan produk yang akan dikembangkan.


(55)

2. Analisis pembelajaran

Melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup keterampilan, proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Analisis pebelajar dan konteks 4. Tujuan umum dan khusus

Menjabarkan tujuan umum ke dalam tujuan yang lebih spesifik yang berupa rumusan tujuan ujuk kerja, atau operasional..

5. Mengembangkan instrumen

Mengembangkan instrumen asessment, yang secara langsung berkaitan dengan tujuan khusus, operasional (sebagaimana dikemukakan di depan). 6. Mengembangkan strategi pembelajran

Mengembangkan strategi pembelajaran, secara spesifik untuk membantu pebelajar untuk mencapai tujuan khusus.

7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran

Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, dalam hal ini dapat berupa: bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajar, dan media lain yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan.

8. Merancang dan melakukan evaluasi formatif

Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan oleh pengembang selama proses, prosedur, program atau produk dikembangkan.


(56)

9. Melakukan revisi

Revisi dilakukan terhadap proses (pembelajaran), prosedur, program, atau produk dikaitkan dengan langkah-langkah sebelumnya. Revisi dilakukan terhadap tujuh langkah pertama, yaitu: tujuan umum pembelajaran, analisis pembelajaran, perilaku awal, tujuan unjuk kerja atau performasi, butir tes, strategi pembelajaran, dan/atau bahan-bahan pembelajaran.

10.Evaluasi sumatif

Setelah program atau proses pengembangan telah selesai dikembangkan langkah berikutnya adalah melakukan evaluasi sumatif.

Gambar 2.1 Model pengembangan Dick & Carrey

Melakukan analisis pembelajaran Analisis kebutuhan dan identifikasi tujuan umum

Menganalisi s pebelajar dan konteks Merancang dan melakukan evaluasi sumatif Merancang dan melakukan evaluasi formatif Mengembangk

an dan memilih bahan pembelajaran Mengembang kan strategi pembelajaran Mengemban gkan instrumen assessment Merumusak an tujuan khusus Melakukan analisis pembelajaran


(57)

2.1.5.3Buku Sebagai Bahan Ajar

Pada dasarnya, buku adalah bahan tertulis dalam bentuk lembaran kertas yang dijilid dan diberi kulit (cover) yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya (Prastowo, 2014: 244). Prastowo juga menuturkan bahwa buku ajar adalah buku berisi ilmu pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, di mana buku tersebut digunakan oleh siswa untuk belajar.

Menurut Prastowo (2014: 244-245), buku ajar merupakan bagian penting dari kegiatan pembelajaran. Hal ini dibuktikan bahwa hampir di berbagai institusi pendidikan menggunakan buku ajar sebagai bahan ajar utamanya. Adapun fungsi dari buku ajar yaitu sebagai bahan referensi atau rujukan oleh siswa, sebagai bahan evaluasi, sebagai alat bantu pendidikan dalam melaksanakan kurikulum, sebagai penentu metode atau teknik pengajaran yang akan digunakan pendidik dan sebagai sarana untuk peningkatan karier atau jabatan.

Sementara itu, pengembangan dan penyusunan buku ajar dalam konteks kegiatan pembelajaran memiliki sejumlah tujuan diantaranya yaitu memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru dan menyediakan materi pembelajaran yang menarik bagi siswa.

Adapun kegunaan buku ajar yaitu sebagai berikut: pertama, buku ajar membantu peserta didik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kedua, buku ajar menjadi pegangan guru dalam menentukan metode


(58)

pengajaran. Ketiga, buku ajar memberi kesempatan kepada siswa untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru. Keempat, buku ajar memberikan pengetahuan bagi siswa maupun pendidik. Kelima, buku ajar menjadi penambah nilai angka kredit untuk mempermudah kenaikan pangkat dan golongan. Keenam, buku ajar menjadi sumber penghasilan jika diterbitkan.

Sebagaimana salah satu jenis bahan ajar cetak, buku ajar memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan bahan ajar cetak lainnya. Karakteristik buku ajar yaitu diterbitkan oleh penerbit tertentu, optimalisasi pengembangan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural dan pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari buku pelajaran yang digunakan di sekolah serta bahan ajar disusun dan dikembangkan berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku.

Ada tiga ketentuan penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar, yaitu kurikulum pendidikan nasional yang sedang berlaku, berorientasi pada keterampilan proses, serta memberi gambaran secara jelas tentang keterpaduannya atau keterkaitannya dengan disiplin ilmu lainnya. Sementara itu, lima unsur utama pada bahan ajar yaitu judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan dan penilaian.

Prastowo, (2014: 252-260) mengungkapkan ada sejumlah langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Depdiknas pada buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar yaitu ada sembilan langkah dalam penyusunan bahan ajar. Adapun kesembilan langkah tersebut, sebagai berikut: pertama, melakukan analisis kurikulum. Analisis terhadap kurikulum tersebut meliputi


(59)

pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, penentuan tema sentral dan pemetaan pokok bahasan. Kedua, menentukan judul buku yang akan ditulis. Judul buku dalam bahan ajar disesuaikan dengan tema sentral pembelajaran. Ketiga, merancang

outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk

mencapai kompetensi antarbidang studi. Keempat, mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan bahan ajar. Kelima, menulis bahan ajar dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman belajar siswa. Keenam, mengevaluasi atau mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Ketujuh, memperbaiki tulisan menjadi menonjol. Kedelapan, member ilustrasi gambar, tabel, diagram, dan/atau sejenisnya, secara proposional sehingga dapat mendukung penjelasan materi yang disajikan. Kesembilan, menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi.

2.1.5.4. Buku Suplemen

Buku suplemen adalah salah satu buku ajar cetak, buku ajar yang memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan bahan ajar cetak lainnya.isi dari buku suplemen disusun dan dikembangkan berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku. Suplemen (KBBI, 2008: 1359) adalah sesuatu yang ditambahkan untuk melengkapi.

Buku suplemen mengandung komponen kata pengantar, kemampuan yang akan dicapai (KD baru hasil modifikasi KBK dan KTSP), indikator, petunjuk umum, kegiatan belajar berupa lembar kerja siswa, review dan refleksi. Buku suplemen disusun dan dikembangkan sesuai dengan materi membaca dan menulis permulaan bagi


(60)

siswa kelas III semester 2 berdasarkan kajian SK, KD, indikator dari kurikulum KBK dan kurikulum KTSP. Bentuk fisik buku suplemen disusun dengan warna, huruf, gambar/foto yang menarik dan sesuai dengan perkembangan bahasa siswa kelas rendah. Setiap lembar kerja siswa tersebut disusun berdasarkan pengalaman yang dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Buku suplemen juga dilengkapi dengan CD rekaman sebagai penunjang pada latihan dan pembelajaran yang membutuhkannya. Siswa diharapkan dapat menggunakan buku ini secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis.

2.2 Penelitian yang Relevan

Beberapa peneliti telah melaksanakan penelitian yang terkait dengan peningkatan prestasi belajar dan kemampuan membaca dan menulis permulaan . peneliti yang telah melakukan penelitian dalam hal ini diantaranya :

Seno, Agustinus (2012), meneliti tentang kemampuan menulis permulaan dengan menggunakan modul MMP gambar pada siswa kelas I SD Kanisius Kembaran semester I tahun ajaran 2011/2012. Dari hasil nilai ulangan siswa setelah tindakan siklus pertama diperoleh hasil presentase siswa mencapai 60 %, dan pada siklus kedua nilai presentase mencapai 86 %. Target yang ditetapkan peneliti untuk peningkatan prestasi belajar siswa yaitu presentase nilai ulangan mencapai 75%. Setelah tindakan pada siklus kedua target telah tercapai, bahkan melebihi target yang telah ditetapkan.

Vita, Vivino (2011), meneliti tentang kemampuan menulis kalimat aktif dan pasif dengan menggunakan metode kerja kelompok dan media Kartu Kata pada siswa kelas I


(61)

SD Kanisius Gamping semester II tahun 2010/2011. Hasil yang diperoleh yaitu siswa yang mencapai KKM 65 dalam menulis kalimat aktif dan pasif pada kondisi awal 45%, pada kondisi akhir siklus I mencapai 60%, dan pada akhir siklus II mencapai 85%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 40%.

Suprapti, Ana Maria (2012), meneliti tentang keterampilan membaca dan menulis permulaan dengan ,metode SAS dan modul MMP Gambar pada siswa kelas I SD Kanisius Ganjuran Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu Senin, 12 September 2011 dan Rabu, 14 September 2011. Siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu Senin 19 September 2011 dan Rabu, 21 September 2011. Pengumpulan data dilaksanakan dengan memberikan penilaian terhadap siswa tentang keterampilan membaca dan menulis permulaan pada tahap prasiklus, siklus I, siklus II. Penilaian dilakukan dengan meminta siswa membaca dan menulis bacaan atau kalimat sederhana. Hasil penilaian pada tahap prasiklus rata-rata nilai keterampilan membaca adalah 69 dan keterampilan menulis 67. Hasil pada siklus I, rata-rata nilai untuk keterampilan membaca adalah 70 dan keterampilan menulis 69. Siklus II rata-rata nilai membaca 74 dan rata-rata menulis 74. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, keterampilan membaca dan menulis siswa kelas I SD Ganjuran telah mengalami peningkatan.

Langi, dkk (2014), melakukan penelitian tentang penggunaan media kartu huruf dalam pembelajaran membaca menulis permulaan kelas I di SD Negeri 2 Wombo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca dan menulis di kelas I SDN 2 Wombo. Setting penelitian tindakan kelas ini adalah SDN 2


(62)

Wombo Kecamatan Tanantovea, dengan jumlah 15 siswa yang terdiri dari atas 9 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan siswa membaca dan menulis permulaan dengan menggunakan media kartu huruf yakni dengan presentase peningkatan kemampuan siswa pada penelitian sebelum tindakan terdapat 5 siswa 33,33% yang termasuk dalam kategori kurang. Pada penelitian siklus I menunjukkan presentase aktivitas guru sebesar 89,28% (kriteria baik), persentase aktivitas siswa sebesar 53,57% (kriteria cukup), serta rata-rata hasil penilaian kemampuan siswa membaca dan menulis permulaan adalah 64,70% dengan kriteria cukup. Pada siklus II persentase penilaian aktivitas guru sebesar 98,21% (kriteria sangat baik), persentase penilaian aktivitas siswa sebesar 96,42% (kriteria sangat baik), serta rata-rata hasil penilaian kemampuan siswa membaca dan menulis permulaan melalui media kartu huruf sebesar 86,67% (kriteria sangat baik). Hasil tersebut secara keseluruhan telah mencapai kriteria yang ditetapkan yakni, daya serap individual minimal 65%, daya serrap klasikal 70% dan ketuntasan klasikal 80%, maka dianggap tuntas belajar. Dengan demikian, melalui media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca dan menulis pada siswa kelas I SDN 2 Wombo.

Harijanto (2007), tentang pengembangan bahan ajar untuk peningkatan kualitas pembelajaran program pendidikan pembelajaran sekolah dasar. Penelitian dan pengembangan ini bertujuan menghasilkan bahan ajar untuk peningkatan kualitas pembelajaran mahasiswa DII-PGSD UT menggunakan model Dick and Carey. Sebanyak 20 mahasiswa dari Kecamatan Pademawu dijadikan sampel penelitian dalam


(63)

uji coba lapangan terbatas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar sebagai produk pengembangan mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa.

Kurniawati (2009), meneliti tentang pengembangan bahan ajar bahasa dan sastra Indonesia dengan pendekatan tematis. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 1) kebutuhan bahan ajar menurut guru dan siswa, memperhatikan; (a) konteks berbahasa untuk berbagai ragam tujuan berbahasa, (b) mengikuti perkembangan zaman, (c) sesuai KTSP dengan mengangkat tema yang ada diseputar siswa, (d) relevansi antara bahan ajar guru dan siswa; (f) tugas/latihan dapat mengaktifkan siswa, (g) materi menarik minat siswa, jelas, dan mudah dipahami dan (h) relatif siap pakai pada kondisi fasilitas sekolah yang minimal;2) mengembangkan prototype menjadi bahan ajar bahasa dan sastra Indonesia dengan pendekatan tematis di SMA dilakukan dengan: (a) menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar guru dan bahan ajar siswa, (b) materi dan tugas/latihan bersifat otentik dikembangkan secara tematis dan situasional dan mengembangkan wawasan intelektual dan afektif, dan (c) proses penilaian dilakukan dengan penilaian kelas; 3)hasil uji keefektifan dengan uji-t nonindependen menunjukkan bahan ajar tematis efektif, dan 4) hasil kelayakan pengembangan bahan ajar bahasa dan sastra Indonesia dengan pendekatan tematis dinyatakan baik dengan komponen penilaian kelayakan isi/ materi 77,92%, kebahasaan 72,40%, penyajian materi 77,92% dan grafika 70.

Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, terdapat penelitian yang menggunakan metode, modul dan media pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya untuk materi membaca menulis, yaitu metode SAS, pendekatan


(1)

Rekapitulasi Validasi Pakar Bahasa Indonesia, Guru Kelas III dan Siswa Kelas III

Validator Skor Kategori

Pembelajaran Bahasa Indonesia (Validator 1) 3,58 Baik

Pembelajaran Bahasa Indonesia (Validator 2) 4, 17 Baik

Guru Kelas III SD Negeri Somokaton 1 4,86 Sangat baik

Guru Kelas III SD Negeri Pakunden II 4,79 Sangat baik

Siswa Kelas III 4, 90 Sangat baik


(2)

Surat Izin Penelitian


(3)

(4)

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1.

Peneliti memberikan penjelasan pengerjaan buku suplemen

Gambar 2.

Siswa mengerjakan buku suplemen

Gambar 3.

Siswa menulis huruf tegak bersambung di papan tulis

Gambar 4.

Siswa mengisi lembar validasi Lampiran 8


(5)

Gambar 5.

Peneliti membimbing siswa yang kesulitan mengerjakan buku suplemen

Gambar 6.


(6)

BIODATA PENULIS

Siska Estri Pangestika lahir di Sleman, 03 April 1994. Pendidikan

dasar diperoleh di SD Balangan II Sleman Yogyakarta, tamat pada tahun 2006. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Negeri 1 Minggir Sleman Yogyakarta, tamat pada tahun 2009. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA Negeri Godean Yogyakarta, tamat pada tahun 2012.

Pada tahun 2012, peneliti melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di pergguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul

Pengembangan Buku Suplemen Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas III Semester 2 SD Negeri Somokaton 1. Pengembangan bahan ajar tersebut

dilakukan di SD Negeri Somokaton 1, Ngluwar Magelang. Lampiran 9