1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia mengawali interaksi dengan dunia luar menggunakan bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi bagi manusia untuk menyampaikan
maksud atau tujuan yang ingin disampaikan. Bahasa menurut Sumantri 2006: 2.30 mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan
dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni. Berbahasa sangatlah penting, selain menjadi alat
komunikasi, Susanto 2013: 74 memaparkan dengan bahasa dapat mengakses segala pengetahuan dan memperoleh informasi dari sumber
– sumber informasi.
Pendidikan di sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan, dan keterampilan dasar
serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan ditingkat lanjut. Salah satu pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar untuk mencapai
tujuan tersebut ialah dengan pembelajaran berbahasa Indonesia. Pembelajaran berbahasa Indonesia di SD menjadi penting karena memiliki
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dari pembelajaran berbahasa Indonesia sekolah dasar menurut Susanto 2013: 245 adalah agar siswa
mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Tujuan khususnya agar siswa memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra untuk
meningkatkan kepribadian, mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupannya. Selain itu juga dimaksudkan untuk
melatih empat keterampilan didalamnya. Pembelajaran berbahasa Indonesia tidak lepas dari empat
keterampilan. Dua keterampilan diantaranya menurut Tarigan 2008:1 adalah keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keterampilan
tersebut yang dipelajari ketika anak masuk di sekolah atau lembaga pendidikan. Namun, dua keterampilan yang lain yaitu keterampilan
menyimak dan berbicara juga tidak terlepas dari keterampilan membaca dan menulis, sehingga antar berbagai keterampilan saling mendukung, berjalan
beriringan, berproses secara utuh serta saling terkait. Keterampilan membaca dan menulis termasuk dalam kemampuan
berbahasa tulis. Kedua keterampilan tersebut banyak dikembangkan dan diajarkan kepada siswa sekolah dasar. Keterampilan membaca mampu
meningkatkan daya nalar seseorang, sedangkan keterampilan menulis merupakan keterampilan mengomunikasikan pesan dalam sebuah tulisan
Susanto, 2013:243. Kegiatan membaca dan menulis, memiliki manfaat yaitu dapat meningkatkan daya berpikir, sosial, kreasi dan memperluas
cakrawala wawasannya. Kedua keterampilan tersebut juga menjadi sorotan penting karena membutuhkan proses pemahaman dan daya nalar yang
bertahap dibandingkan dengan dua keterampilan yang lain.
Kegiatan pembelajaran membaca menulis khususnya membaca dan menulis permulaan memiliki tujuan tersendiri. Tujuan dari pembelajaran
membaca dan menulis permulaan MMP adalah agar siswa terampil membaca dan menulis sederhana Ngalimun, 2014: 34. Selain itu, dengan
MMP ingin mengembangkan keterampilan dan pengetahuan berbahasa yang diperlukan siswa untuk mempelajari bidang studi yang lain dan
mempersiapkan siswa menuju jenjang atau kelas yang lebih tinggi. Pembelajaran MMP ini memberi bekal pengetahuan dan keterampilan
kepada siswa untuk dapat menguasai teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik serta dapat menuliskannya dengan baik dan benar.
Perkembangan anak membaca dan menulis berkembang sejalan dan beriringan. Terdapat beberapa tahapan membaca yang terdiri dari fase atau
tahap pramembaca, tahap pertama dan kedua untuk kelas rendah, sedangkan tahap ketiga, keempat, dan kelima untuk kelas atas. Tahap pramembaca
TK mempelajari perbedaan huruf dan perbedaan angka yang satu dengan yang lainnya. Tahap pertama kelas I dan II SD memusatkan pada kata
– kata lepas dalam kalimat sederhana atau cerita sederhana, memperoleh
pengetahuan tentang huruf, suku kata, kata yang diperlukan untuk membaca. Pada tahap kedua kelas III SD anak dapat menganalisis kata
– kata yang diketahuinya menggunakan pola tulisan dan kesimpulan yang didasarkan
konteksnya Ngalimun, 2014: 36. Berdasarkan data dari Organization for Economic Cooperation and
Development OECD melalui program PISA Program for International
Student Assessment tahun 2012 kemampuan siswa-siswi Indonesia dalam bidang membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan menempati peringkat
ke 64 dari 65 negara jauh lebih buruk daripada tahun 2009 yang menempati peringkat 57 OECD, 2012: 19.
Skor ujian membaca yang diperoleh Indonesia adalah 396 .
Paparan di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa-siswi Indonesia tetap berada pada level yang rendah. Sejalan dengan
data tersebut, ditemukan fenomena di lapangan, bahwa siswa sekolah dasar kelas rendah masih kesulitan dalam penguasaan keterampilan membaca dan
menulis permulaan. Oleh karena itu, dengan adanya kesulitan terkait membaca dan menulis yang dialami oleh siswa, menjadi suatu persoalan
perkembangan pengetahuan dan daya pikir dalam pengembangan potensi siswa. Hal ini didukung dari data hasil wawancara dan observasi yang
dilakukan pada hari Sabtu, 04 April 2015. Wawancara dan observasi dilakukan kepada SD yang berada di Gunungkidul yaitu SD Negeri Gelaran
II. Wawancara guru dan observasi di SD Negeri Gelaran II
mendapatkan hasil anak kelas III SD banyak mengalami kesulitan dalam kegiatan membaca seperti membaca huruf b dan d, huruf yang tidak terdapat
huruf vokalnya seperti ng dan ny, serta kurang lancarnya atau siswa masih mengeja dalam membaca sederhana. Siswa kurang memahami bacaan apa
yang telah mereka baca. Peserta didik hanya sekedar membaca tanpa mengetahui makna atau isi dari bacaan. Siswa dalam kegiatan menulis
mengalami kesulitan karena hanya terbiasa meniru tulisan daripada
memproduksi atau menuliskan apa yang ada dipikirannya. Anak juga merasa sulit dalam mengingat huruf abjad. Siswa juga merasa cepat bosan
saat melakukan kegiatan membaca dan menulis karena buku yang mereka pakai tidak memiliki variasi dalam penyajiannya.
Hasil wawancara dan observasi dari SD tersebut dapat disimpulkan bahwa salah satu penghambat dalam penguasaan keterampilan membaca
dan menulis tersebut adalah ketersediaan bahan ajar yang menunjang pembelajaran. Prastowo 2014: 138 menjelaskan bahwa bahan ajar adalah
segala bahan baik itu informasi, alat, maupun teks yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan
dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Bahan ajar memiliki fungsi penting tidak hanya untuk peserta didik namun juga untuk pendidik sendiri. Salah satu fungsi bahan ajar untuk peserta didik
adalah siswa dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman yang lain. Fungsi bagi pendidik salah satunya ialah meningkatkan proses pembelajaran
menjadi lebih efektif dan interaktif. Bahan ajar dapat dibedakan menurut bentuk bahan ajarnya, salah
satunya adalah bahan ajar cetak. Bahan ajar cetak yang digunakan di sekolah dasar berbentuk buku. Buku ajar menurut Prastowo 2014: 244
adalah buku berisi ilmu pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar, yang tertuang dalam kurikulum dan digunakan oleh siswa untuk
belajar. Buku menjadi penting baik bagi siswa maupun pendidik, karena
memudahkan pendidik menyampaikan materi pembelajaran dan memberi kesempatan untuk siswa agar mampu mengulangi pelajaran atau
mempelajari pelajaran baru. Berdasarkan paparan di atas dan hasil wawancara serta observasi SD
tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru membutuhkan suatu buku tambahan latihan dalam pembelajarannya. Buku tambahan latihan disini dimaksudkan
untuk melatih penguasaan keterampilan membaca dan menulis dengan menyajikannya dalam bentuk yang sesuai dengan tahap perkembangan
bahasa anak dan bervariatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan buku yang
sesuai, peneliti mengembangkan buku yang mencakup kebutuhan guru dan siswa membaca menulis permulaan dengan judul “Pengembangan Buku
Suplemen Muatan Pelajaran bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas III Semester
I SD Negeri Gelaran II”.
1.2 Rumusan Masalah