secara bersamaan dalam mengatasi nyeri pada pasien LBP masih belum ditemukan atau didapatkan penelitian yang spesifik.
Terapi panas bekerja dengan cara meningkatkan aliran darah, melebarkan pembuluh darah, meningkatkan oksigen dan pengiriman nutrisi ke jaringan lokal,
dan mengurangi kekakuan sendi dengan cara meningkatkan elastisitas otot Gatlin Sculmeister, 2007, meningkatkan metabolisme jaringan, nenurunkan
vasomotor tone, dan meningkatkan viskoelastisitas koneksi jaringan,
menjadikannya efektif untuk mengatasi kekakuan sendi dan nyeri DeLaune Ladner, 2011, sementara itu DeLaune dan Ladner menjelaskan bahwa terapi
dingin bekerja dengan cara mengurangi aliran darah, meniadakan inflamasi, mengurangi spasme otot, menaikkan ambang batas nyeri sebagai mekanisme
penurunan kecepatan konduksi saraf. Terapi panas yang dilanjutkan dengan terapi dingin pada saat yang
bersamaan yang selanjutnya disebut sebagai terapi panas-dingin diharapkan akan menurunkan nyeri pada pasien LBP lebih baik.
Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan upaya penelitian untuk melihat pengaruh terapi panas, terapi dingin dan terapi panas–dingin terhadap penanganan
nyeri pada pasien LBP.
1.2. Permasalahan
Penatalaksanaan LBP dapat dilakukan dengan terapi panas dan terapi dingin. Terapi panas bekerja dengan cara meningkatkan vasodilatasi pembuluh
darah pada daerah peradangan dan penurunan viskositas darah. Aliran darah meningkat dengan cepat membawa zat-zat kekebalan atau imum ke area yang
Universitas Sumatera Utara
sakit dan membersihkannya dari penyebab penyakit. Terapi dingin bekerja dengan cara menyebabkan vasokonstriksi pembuluh dara lokal dan meningkatkan
viskositas darah. Aliran darah menurun dan metabolisme yang lebih lambat menumpulkan respon inflamasi, membatasi pembengkakan, mengurangi
konsumsi oksigen, dan mengontrol perdarahan Metules, 2007. Terapi panas dan dingin merupakan salah satu terapi komplementer atau
complementary modality dalam teori holistic nursing American Holistic Nurses Association [AHNA], 2014.
Terapi panas dan dingin dipilih sebagai terapi komplementer atau terapi pelengkap medis konvensional untuk mengatasi nyeri pada pasien LBP karena
keduanya mudah didapat, tidak memerlukan biaya mahal atau murah serta mudah untuk dilakukan sendiri oleh pasien secara mandiri DeLaune Ladner, 2011.
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini apakah terapi panas, dingin, panas dan dingin mempunyai pengaruh
terhadap intensitas nyeri pada pasien LBP?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi panas, terapi dingin, terapi panas – dingin terhadap intensitas nyeri pada
pasien LBP di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. 1.3.2.
Tujuan khusus 1.
Mengindentifikasi intensitas nyeri sebelum terapi panas pada pasien LBP di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
Universitas Sumatera Utara
2. Mengindentifikasi intensitas nyeri sesudah terapi panas pada pasien LBP di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. 3.
Mengindentifikasi intensitas nyeri sebelum terapi dingin pada pasien LBP di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
4. Mengindentifikasi intensitas nyeri sesudah terapi dingin pada pasien LBP di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. 5.
Mengindentifikasi intensitas nyeri sebelum terapi panas - dingin pada pasien LBP di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
6. Mengindentifikasi intensitas nyeri sesudah terapi panas - dingin pada pasien
LBP di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. 7.
Mengindentifikasi perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi panas pada pasien LBP di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
8. Mengindentifikasi perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi
dingin pada pasien LBP di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
9. Mengindentifikasi perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah terapi
panas - dingin pada pasien LBP di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
10. Mengindentifikasi perbedaan intensitas nyeri pada kelompok intervensi
terapi panas, terapi dingin dan terapi panas – dingin pada pasien LBP di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Hipotesis