88
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan Variabel Cerita Berdasarkan Data Keseluruhan
Hasil deskripsi data yang diperoleh melalui jawaban responden menunjukkan secara keseluruhan sebagian besar responden setuju terhadap
cerita. Hal tersebut dilihat dari nilai rata-rata pada nilai keseluruhan dan tiap aspek yang diukur mendekati skor maksimal.
Variabel cerita memiliki dua aspek yakni cerita yang dipahami siswa dan memberi inspirasi bagi kehidupan. Dari data keseluruhan N 75 diperoleh nilai
rata-rata mean 48,56 dengan responden sebanyak 44 orang 58 menjawab setuju. Selain itu, 23 31 responden menjawab sangat setuju, 8 11
responden menjawab kurang setuju. Hasil ini menunjukkan bahwa responden setuju terhadap variabel cerita.
Abdul Aziz Abdul Majid 2013:8 mengatakan bahwa cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar dan memiliki
keindahan dan kenikmatan sendiri. Dalam cerita terdapat unsur intrinsik dan eksintrik. Adapun unsur intrinsik seperti tema, penokohan, alur, setting, gaya
bahasa dan nilai-nilai moral yang terdapat dalam cerita. Cerita merupakan karya sastra yang telah kita dapatkan sejak kecil, baik yang kita dengarkan melalui
orang tua dan guru, kita baca sendiri maupun kita tonton di televisi. Di dalam cerita, selalu ada tokoh-tokoh yang memiliki kesan tersendiri bagi kita dan
memberi inspirasi bagi kehidupan kita, yang terkadang memotivasi kita untuk melakukan hal-hal serupa yang dilakukan tokoh dalam cerita. Di SMP Maria
Immaculata Yogyakarta khususnya kelas VIII, rata-rata siswa telah membaca PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
cerita, mengingatnya dan merasa bahwa cerita tersebut memberi inspirasi bagi kehidupan mereka.
2. Aspek Cerita yang dipahami Siswa
Dalam aspek cerita yang dipahami siswa, indikator yang diukur adalah menyebutkan berbagai macam cerita yang pernah dibaca, didengar, maupun
ditonton. Kedua, menyebutkan jumlah cerita yang diingat hingga saat ini. Terakhir, menjelaskan alur cerita dan menangkap pesan cerita tersebut.
Berdasarkan deskripsi statistik dengan N 75 diketahui nilai rata-rata mean 33,62 dengan responden sebanyak 40 orang 53 yang menjawab
setuju. Sebagian lain, sebanyak 27 orang 36 menjawab sangat setuju, dan 8 orang 11 menjawab kurang setuju. Tidak satupun dari responden menjawab
tidak setuju. Data ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta setuju bahwa telah memenuhi indikator-indikator aspek
cerita yang dipahami siswa. Hardjana HP 2006:25 mengatakan dalam cerita terdapat gaya bahasa,
namun anak-anak tidak terlalu memperhatikan hal tersebut, anak-anak lebih tertarik terhadap isi cerita. Membaca cerita maupun mendengarkan cerita dirasa
menyenangkan bagi sebagian besar orang. Melalui data yang ditunjukkan dengan jumlah responden 40 orang menjawab setuju, dapat disimpulkan bahwa siswa
kelas VIII SMP Maria Immaculata pernah membaca berbagai macam cerita, masih mengingat cerita dan dapat menjelaskan isi cerita. Hal ini berarti bahwa
siswa memahami cerita yang mereka baca, mereka dengar dan tonton. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
3. Aspek Memberi Inspirasi bagi Kehidupan
Variabel cerita dengan aspek memberi inspirasi kehidupan memiliki indikator-indikator yang diukur yakni cerita yang relevan dengan permasalahan
hidup sehari-hari, memberi petunjuk untuk kehidupan sehari-hari dan memberi motivasi untuk melakukan perbuatan baik.
Hasil data analisis dengan N 75 menunjukkan nilai rata-rata mean 15,95 dengan jumlah 44 orang 59 menjawab setuju. Sebanyak 25 responden 33
menjawab sangat setuju, 6 responden 8 menjawab tidak setuju dan tidak ada satupun responden yang menjawab tidak setuju. Data tersebut menunjukkan
bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata setuju terhadap aspek cerita yang memberi inspirasi kehidupan.
Menurut Nurgiyantoro 2005:36, cerita termasuk sastra anak yang diyakini memberi kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak
dalam proses menuju kedewasaan sebagai manusia yang memiliki jati diri yang jelas. Moeslichatoen2004:26 juga mengatakan bahwa cerita menjadi media
untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat seperti nilai kejujuran, nilai-nilai sosial dan moral.
Cerita-cerita yang pernah siswa baca, dengar maupun tonton sebagian besar relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka, juga memberi petunjuk
dalam kehidupan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Nurgiyantoro dan Moeslichatoen, cerita memiliki peran yang penting untuk perkembangan pribadi
anak dan penyampaian nilai-nilai yang memotivasi anak untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Hal ini pula yang
91
ditunjukkan oleh siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata melalui data di atas. Siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata setuju terhadap aspek cerita memberi
inspirasi bagi kehidupan.
4. Pembahasan Variabel Empati Siswa Berdasarkan Data Keseluruhan
Hasil deskripsi data yang diperoleh melalui jawaban responden secara keseluruhan menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab sering
terhadap empati siswa. Hal tersebut dilihat dari nilai rata-rata pada nilai keseluruhan dan tiap aspek yang diukur mendekati skor maksimal.
Variabel empati siswa memiliki tiga aspek yakni mengetahui latar belakang dan sudut pandang orang lain, memahami masalah teman melalui sudut
pandang mereka, dan menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan. Dari data keseluruhan N 75 diperoleh nilai rata-rata mean 52,41 dengan
responden sebanyak 54 orang 72 menjawab sering. Selain itu, 10 orang responden 13 menjawab selalu, 11 orang responden 15 menjawab jarang
dan tidak ada satupun responden yang menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa responden sering melakukan tindakan empati meliputi tiga
aspek yang telah dijelaskan di atas. C.A.J Teen Boom 1990:5 menerangkan, empati adalah kemampuan
untuk turut merasakan. Hal itu berarti mampu turut mengalami dan mengambil bagian alam batin orang lain, sehingga dapat memahami perasaan serta gagasan
aktual pada orang lain. Sedangkan menurut Taufik 2012: 41, empati merupakan suatu aktivitas untuk memahami apa yang sedang dipikirkan dan
92
dirasakan orang lain, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang yang bersangkutan observer, perceiver terhadap kondisi yang sedang dialami orang
lan, tanpa yang bersangkutan kehilangan kontrol dirinya. Ungkapan-ungkapan para ahli tersebut menunjukkan bahwa tindakan
empati merupakan aktivitas memahami apa yang dialami dan dirasakan orang lain melalui sudut pandang mereka. Dalam memahami orang lain, kita tidak
dapat menggunakan kacamata diri kita sendiri, tetapi mengenakan kacamata orang lain. Ungkapan “mengenakan sepatu orang lain” yang penulis peroleh
melalui Dapiyanta memiliki bahwa kita tidak dapat memahami orang lain bila kita tidak menggunakan sudut pandang mereka dalam memandang masalah yang
sedang orang lain alami. Empati mengandaikan kita telah mengenal latar belakang, sudut pandang
orang lain sebelum kita memberi pertolongan. Empati tidak selalu berujung pada pertolongan yang berarti pertolongan langsung misalnya meminjamkan uang
atau memberikan makanan, karena empati berarti memberikan pertolongan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh mereka. Berdasarkan hasil analisis,
diketahui bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata telah melakukan tindakan empati dengan tepat, sesuai dengan jawaban yang diberikan yakni
sering.
5. Aspek Mengetahui Latar Belakang dan Sudut Pandang Orang Lain
Variabel empati siswa dengan aspek mengetahui latar belakang dan sudut pandang orang lain memiliki beberapa indikator yang diukur yakni mengenal
93
situasi agama, ekonomi, suku latar belakang teman-teman. Kedua, mengenal kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh teman-teman.
Hasil data analisis dengan N 75 menunjukkan nilai rata-rata mean sebesar 32,26 dengan responden sebanyak 47 orang 62 menjawab sering.
Sebagian lain responden sebanyak 17 orang 23 menjawab selalu dan 11 orang 15 menjawab jarang. Tidak ada satupun dari responden yang
menjawab tidak pernah. Data ini menyimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata telah mengetahui latar belakang dan sudut pandang teman-
teman mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Taufik 2012:40 dalam memahami orang
lain, individu seolah-seolah masuk dalam diri orang lain sehingga bisa merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami oleh orang
lain tanpa kehilangan kontrol diri. Ini menjadi penting karena tidak membanding-bandingkan perasaan sesaat kita dengan perasaan orang lain selama
kita berempati terhadap seseorang. Demikian pula berlaku bagi siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata
Yogyakarta bahwa mengetahui latar belakang dan sudut pandang teman menjadi hal mendasar sebelum berempati kepada orang lain. Dalam lingkup kelas, kita
dapat berempati kepada teman yang mengalami masalah setelah kita mengenal dengan baik latar belakang dan sudut pandang mereka.
Berdasarkan hasil data di atas, disimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta telah mengetahui latar belakang dan sudut
pandang teman-teman mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
6. Aspek Memahami Masalah Teman Melalui Sudut Pandang Mereka
Aspek memahami masalah teman melalui sudut pandang mereka merupakan bagian variabel empati siswa yang memiliki indikator yakni melihat
masalah yang dialami teman menggunakan perspektif mereka, meluangkan waktu untuk mendengarkan masalah yang dialami teman, tidak terburu-buru
menyelesaikan masalah teman serta tidak menghakimi teman dan memaksa menasihati teman.
Hasil dari analisis deskrispi data statistik dan frekuensi, diketahui dari N 75 nilai rata-rata mean sebesar 13,89 dengan responden sebanyak 56 orang
75 menjawab sering. Sebagian lain responden sebanyak 14 orang 19 menjawab jarang dan 5 orang 6 menjawab selalu dan tidak terdapat satupun
responden yang menjawab tidak pernah. Data menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata menggunakan sudut pandang temannya dalam
memahami masalah yang sedang dihadapi temannya tersebut. Data tersebut menjelaskan bahwa selama ini, siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata melihat
masalah teman menggunakan perspektif mereka. Siswa kelas VIII ini juga mendengarkan masalah yang dialami oleh teman-temannya serta tidak terburu-
buru untuk memberi pertolongan. David Howe 2015:28 mengatakan kualitas dan kedalaman empati yang
dicapai bergantung pada ciri-ciri individual jenis kelamin, kepribadian, temperamen, gaya berhubungan, mood; hubungan yang dia miliki dengan orang
lain keluarga, teman, kolega, orang asing dan situasinya secara spesifik pertemuan santai, terapi kunjungan ke rumah sakit, meminta tolong, keadaan
95
bahaya dan sebagainya. Selain itu, empati bukan hanya mengetahui apa yang sedang dirasakan orang lain dan merasakan apa yang dialami orang lain, tetapi
juga mengkomunikasikan dengan cara dan sikap yang baik, pengetahuan dan pemahaman kita tentang pengalaman emosional orang lain tersebut. Jadi dalam
berempati, terdapat proses dimana selain mendengarkan teman kita, kita juga diminta untuk mengkomunikasikan dengan sikap baik.
Demikian teori di atas memiliki hubungan terhadap hasil data yang diperoleh melalui jawaban responden yakni siswa kelas VIII SMP Maria
Immaculata Yogyakarta selama ini telah memahami masalah teman melalui sudut pandang mereka.
7. Aspek Menolong Teman Sesuai dengan yang Mereka Butuhkan
Variabel empati siswa dengan aspek menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan memiliki indikator yang diukur yakni pertolongan yang saya
berikan sesuai dengan kebutuhan teman saya dan pertolongan yang saya berikan mengena bagi teman saya.
Melalui analisis data deskripsi statistik dan frekuensi dengan N 75 ditemukan nilai rata-rata mean sebesar 6,25 dengan jumlah 34 responden
46 menjawab sering. Responden lainnya sebanyak 27 orang 36 menjawab selalu, 13 orang 17 menjawab jarang dan 1 orang 1 menjawab tidak
pernah. Data ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata menjawab sering dalam aspek menolong teman sesuai dengan yang mereka
butuhkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Agar dapat memberikan bantuan yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan dengan teman, kita membutuhkan yang disebut dengan akurasi
empati. Akurasi empati adalah sejauhmana ketepatan seseorang dalam memasuki pikiran-pikiran dan perasaan orang lain. Menurut Taufik2012:113 akurasi
adalah aspek penting “everyday mind reading”. Biasanya empati yang tidak akurat terjadi pada orang-orang yang lemah dalam membaca pikiran dan
perasaan orang lain. Akurasi mengandaikan hubungan yang dekat antar orang lain, semakin dekat dan semakin mengenal maka semakin tinggi akurasi
empatinya. Melalui data di atas, terlihat bahwa paling banyak responden yang
menjawab sering yakni 34 orang 36 dengan mean 6,25 menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata sudah memberikan pertolongan yang
tepat dan sesuai dengan kebutuhan teman-temannya. Hubungan yang dekat antar siswa dan semakin mengenal latar belakang masing-masing memiliki hubungan
dengan ketepatan memberikan pertolongan.
8. Uji Hipotesis Cerita terhadap Empati Siswa dalam Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Katolik PAK Kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta
Melalui pengujian hipotesis diperoleh hasil nilai signifikansi sebesar 0,001 dari 0,005 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Ketentuan penerimaan
atau penolakan dengan ketentuan bila signifikansi ≤ nilai probabilitas 5 maka Ha diterima Ho ditolak. Pada tabel Model Summary diketahui bahwa nilai
97
R Square sebesar 0,144 yang diubah ke dalam bentuk persen menjadi 14,4 . Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh cerita terhadap empati siswa sebesar
14,4 sedangkan 85,6 dipengaruhi oleh variabel lain selain cerita. Melalui tabel model summary, diketahui pula R yang menjelaskan korelasi
antara dua variabel yakni variabel empati siswa dan cerita. R menunjukkan seberapa baik variabel bebas cerita memprediksikan hasil. Adapun kisaran nilai
R 0-1, semakin nilai R mendekati angka 1 maka semakin kuat variabel cerita memprediksikan variabel empati siswa. Nilai R pada tabel sebesar 0,379 yang
berarti variabel cerita kuat dalam memprediksikan variabel empati siswa. Melalui tabel Anova, diketahui signifikansi pengaruh cerita terhadap
empati siswa sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai probabilitasnya, 0,05 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara cerita terhadap empati siswa.
Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas, peneliti memperoleh mengenai pengaruh, besarnya pengaruh dan kuat tidaknya variabel cerita memprediksi
variabel empati siswa. Data yang diperoleh dari responden, siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta menunjukkan bahwa siswa memahami
cerita-cerita yang telah dibaca, didengar, ditonton maupun cerita yang menginspirasi mereka yang ternyata memiliki pengaruh terhadap sikap empati
siswa. Meskipun besarnya pengaruh adalah 14,4 dan sisanya dipengaruhi variabel lain, cerita memberikan pengaruh pada sikap empati. Dengan demikian,
maka hipotesis nihil Ho dalam kajian pustaka bab II ditolak yakni tidak ada hubungan antara cerita dengan empati siswa dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Katolik PAK kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Melalui PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
studi dokumen dan penelitian, telah diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara cerita dengan empati siswa dalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Katolik PAK kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta.
C. Refleksi Kateketis