Cerita Pengaruh cerita terhadap empati siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

22 bekerjasama, saling membantu, bermain bersama, melakukan aktivitas keseharian bersama, mengahadapi kesulitan bersama, membantu mengatasi kesulitan orang lain, dan lain-lain Nurgiyantoro, 2005:40. Cerita sebagai materi PAK dipandang sebagai pendekatan yang diolah bersama pengalaman hidup yang digumuli dalam kehidupan sehari-hari dan diolah bersama-sama dalam terang Injil sehingga menimbulkan kesadaran bahwa Allahmenyapa dirinya dalam hidup sehari-hari.Kesadaran hidup bermasyarakat pada diri anak akan semakin besar seiring perkembangan usia. Anak pada usia 10-12 tahun mempunyai citarasa keadilan dan peduli kepada orang lain yang lebih tinggi. Cerita yang “mengeksploitasi” kehidupan sosial secara baik akan mampu menjadikannya sebagai contoh bertingkah laku sosial. Demonstrasi kehidupan konkret yang diwujudkan oleh tokoh dalam cerita juga mengandung tingkah laku yang menunjukkan sikap etis religius karena keseluruhan aspek manusia ditampilkan. Aspek-aspek ini menjadi aspek penting dalam proses PAK di sekolah.

B. Cerita

Edy Sembodo 2010:3 mengungkapkan bahwa sastra memiliki genre atau ragam. Secara besar, sastra dibagi menjadi prosa, puisi, dan drama. Prosa adalah karangan yang bersifat naratif yang memiliki unsur implisit dan eksplisit. Menurut perkembangannya, prosa dibagi menjadi dua yakni prosa lama dan prosa baru. Pada bab ini, cerita yang dimaksud oleh penulis adalah cerita yang sering disebut cerita pendek yang merupakan bagian dari prosa modern. 23

1. Pengertian cerita

Abdul Aziz Abdul Majid 2013:8 mengatakan bahwa cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar dan memiliki keindahan dan kenikmatan sendiri. Menurut EdySembodo 2010:13, cerita pendek cerpen yaitu cerita yang mengambil momen penting dalam lakuan tokoh yang biasanya membutuhkan lima sampai lima belas halaman. Cerita pendek atau yang sering disebut cerpen merupakan salah satu jenis fiksi yang paling banyak ditulis orang. Jika dibaca, jalannya peristiwa dalam cerpen lebih padat. Sementara itu, latar maupun kilas baliknya disinggung sambil lalu saja.

2. Unsur-unsur Cerita

Nurgiyantoro 2005:221 menjelaskan bahwa cerita fiksi terdiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung berada di dalam, menjadi bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar teks fiksi bersangkutan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap bangun cerita yang dikisahkan, misalnya pandangan hidup penulis. Berikut Hardjana HP 2006:17 menguraikan unsur-unsur intrinsik cerita fiksi:

a. Tema

Tema yaitu pokok pikiran yang mendasari sebuah cerita. Adapula yang menyebut gagasan, ide dasar, atau pikiran utama yang melandasi sebuah cerita. 24 Tema dapat dibagi menjadi topik-topik atau persoalan yang lebih kecil yang secara eksplisit menunjukkan peristiwa yang terjadi. Contoh tema misalnya kebaikan mengalahkan kejahatan. Dr.Abdul Aziz Abdul Majid 2013:11 membagi tema sebagai berikut: 1 Tema peristiwa yang dibatasi oleh lingkungan Tema yang ditujukan bagi anak-anak berusia kira-kira 3-5 tahun, cerita- cerita yang sesuai untuk usia ini adalah cerita yang tokoh-tokohnya dikarang dari binatang, tumbuhan, ibu, ayah dan anak-anak seusianya. Pemberian sifat-sifat gerakan, pembicaraan, dan warna yang dikenal akan menjadi daya tarik yang membangkitkan rasa ingin tahu anak. 2 Tema imajinasi bebas Ditujukan pada anak usia 5-89 tahun yang telah melewati masa pengenalan lingkungan sekitarnya yang terbatas pada rumah dan jalan-jalan. Anak mulai tahu bahwa anjing menggigit, lebah menyengat, kucing mencakar, api membakar, dan lain-lain. Maka anak-anak ingin membayangkan sesuatu yang tidak diketahuinya, yang tidak ada dalam lingkungan. 3 Tema petualangan dan kepahlawanan Ditujukan pada anak usia 8-1819 tahun atau lebih. Pada fase ini, orang muda cenderung menyukai hal-hal yang imajiner-romantik dengan tetap dibatasi oleh kenyataan sesungguhnya. Cerita yang disukai pada fase ini biasanya cerita- cerita yang penuh bahaya, petualangan, keberanian, kekerasan, dan melibatkan kepolisian. 4 Tema percintaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 Ditujukan pada anak usia 12-18 tahun lebih. Suatu masa peralihan menjadi gadis bagi anak-anak perempuan. Masa peralihan menuju masa yang penuh kebimbangan. Tema ini lekat dengan rasa sosial, patriotisme, konflik jiwa, pandangan filosofis tentang kehidupan. 5 Tema keteladanan Ditujukan pada anak usia 18-19 tahun dan sesudahnya. Pada tema ini, orang memasuki masa kematangan berpikir dan bermasyarakat. Biasanya, dasar- dasar sosial, moral, dan politik, baik yang salah maupun yang benar telah terbentuk dalam dirinya. Pada fase ini, mereka terpengaruh oleh kebutuhan- kebutuhan individunya, sehingga agak sulit membatasi cerita yang memiliki kecenderungan semacam ini.

b. Tokoh Penokohan

Tokohpenokohan adalah gambaran watak, kebiasaan dan sifat para tokoh dalam cerita. Pembaca sebuah cerita tentu ingin mengenali rupa, tampang, watak para tokoh cerita. Oleh karena itu, pengarang memberi gambaran atau pelukisan dari tokoh-tokoh dalam cerita. Sudjiman dalam Edy Sembodo, 2010:5 mengartikan tokoh sebagai individu rekaan yang mengalami peristiwa atau lakuan dalam suatu cerita. Nurgiyantoro 2005:226 mengatakan bahwa dalam dunia anak-anak, tokoh lazimnya terdiri atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh yang menjadi sentral adalah tokoh protagonis dan biasanya menjadi lawan adalah tokoh antagonis. Tokoh protagonis dalam cerita biasanya 26 cenderung disukai oleh si pembaca, sedangkan tokoh antagonis biasanya dibenci karena karakternya yang terlihat jahat atau tidak baik.

c. Plot Alur

Plot atau alur yaitu unsur struktur yang terwujud dalam jalinan peristiwa, yang memperlihatkan kepaduan koherensi yang diwujudkan oleh sebab akibat atau kausalitas. Di dalam cerita pendek, novelet maupun novel, plot atau alur sangat penting. Cerita pendek akan dapat menarik pembacanya kalau jalan cerita dan plotnya dibangun secara terpadu dan kuat. Hardjana HP 2006:21 juga menjelaskan bahwa suatu cerita fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan beginning melalui pertengahan middle, menuju suatu akhir ending. Suardi dalam Hardjana HP 2006:22 menguraikan pola tradisional yang sering diikuti oleh pengarang-pengarang antara lain berikut: 1 Situation pengarang mulai melukiskan suatu keadaan 2 Generating Circumstances peristiwa mulai bertaut dan bergerak 3 Rising Action keadaan suasana mulai memuncak, tegang 4 Climax peristiwa mencapai puncak ketegangan 5 Denoument peristiwa mereda, pengarang memberikan solusi pemecahan semua peristiwa.

d. Latar Setting

Latar atau setting ialah waktu dan tempat terjadinya peristiwa di dalam sebuah cerita atau drama. Sebuah peristiwa atau kejadian tertentu tentu memiliki 27 tempat misalnya di kota, di desa, di zaman dahulu, dan sebagainya. Selain itu, peristiwa tersebut terjadi pada waktu tertentu, malam, siang, pagi atau tengah malam. Latar merupakan lingkungan yang melingkupi tokoh-tokoh yang ada pada cerita. Lingkungan tersebut dapat mempengaruhi perasaan tokoh dan begitu pula sebaliknya. Latar dapat berupa waktu, tempat suasana, dan perasaan yang dirasakan oleh tokohnya Edy Sembodo, 2010:7.

e. Gaya Bahasa

Gaya bahasa ialah cara yang khas dalam menggunakan bahasa untuk menyatakan pikiran dan perasaan baik dalam tulisan maupun lisan. Dalam dunia cerita, gaya memegang peranan yang penting. Abdul Aziz Abdul Majid 2013:22 mendefinisikan gaya bahasa sebagai susunan bahasa, baik denotatif maupun konotatif. Hardjana HP 2006:25 mengungkapkan bahwa anak-anak tidak terlalu tertarik dan mempermasalahkan gaya bahasa. Biasanya anak lebih tertarik pada isi cerita.

f. Moral

Selain kelima unsur yang dijelaskan oleh Hardjana HP 2006, Nurgiyantoro 2005: 264 menambahkan moral sebagai salah unsur instrinsik. Moral, amanat, atau messages dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sesuatu itu selalu berkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 Kehadiran moral dalam cerita fiksi dapat dipandang sebagai semacam saran terhadap perilaku moral tertentu yang bersifat praktis, tetapi bukan resep atau petunjuk bertingkah laku. Ia dikatakan praktis lebih disebabkan ajaran moral itu disampaikan lewat sikap dan perilaku konkret sebagaiman ditampilkan oleh para tokoh cerita. Tokoh-tokoh tersebut dipandang sebagai model untuk menunjuk dan mendialogkan kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh penulis cerita.

3. Jenis-jenis Cerita Fiksi

Hardjana HP 2006:32 mengelompokkan jenis cerita sebagai berikut: a Fantasi atau karangan khayal Fantasi atau karangan khayal adalah adalah cerita dongeng, fabel, legenda dan mitos. Dalam cerita ini, semuanya benar-benar dongeng khayal dan tidak berdasar kenyataan. Selain itu, yang termasuk dalam jenis ini adalah cerita-cerita yang menghadirkan tokoh khayali seperti adanya tokoh dewa, peri, naga, garuda dan hal-hal yang bersifat supranatural serta penuh fantasi Hasanuddin WS, 2015:7. Hal-hal supranatural biasanya terdapat dalam jenis cerita seperti adanya batu kemala hikmat, sapu ajaib, cincin atau cermin yang memiliki kekuatan gaib. b Realistic Fiction Fiksi atau cerita khayal tetapi mengandung unsur kenyataan, hampir mirip science fiction. Cerita jenis ini adalah cerita tentang tokoh yang memang pernah 29 ada dan hidup sebagai tokoh atau pahlawan. Selain itu, yang termasuk jenis ini adalah kisah-kisah inspiratif mengenai seseorang yang berhubungan dengan sekolah, rumah, olahraga dan petualangan. Di dalam jenis ini, termasuk pula bahan bacaan biografi atau autobiografi. Cerita realistik bukan hanya perlu namun juga diminati pembaca, karena penggambaran di dalamnya mendekatkan mereka pada kehidupan nyata Sarumpaet, 2010:28. Segala sesuatu yang terjadi dalam cerita realistik mungkin saja terjadi dalam kehidupan. Karena para tokoh, persoalan, latar yang ada di dalamnya, mengingatkan, menunjukkan dan merujuk pada sesuatu yang dapat dikenali pembaca. c Biografi atau riwayat hidup Banyak orang-orang terkenal yang dibuat menjadi cerita untuk diperkenalkan kepada anak-anak dengan bahasa sederhana dan isinya gamblang sebagaimana adanya, mudah dimengerti sebagai suri teladan. Biografi merujuk kita pada jenis karya sastra yang berbicara mengenai sejarah dan kehidupan seseorang Sarumpaet, 2010: 31. Umumnya biografi untuk remaja disampaikan dalam bentuk fiksi, buku itu bersumber dari penelitian yang mendalam, namun beberapa fakta penting disampaikan secara dramatik. d Folk tales atau cerita rakyat Cerita-cerita rakyat yang dimiliki oleh suku-suku bangsa yang hidup dalam masyarakat misalnya cerita Joko Kendil, Panji Laras, Timun Emas, dan 30 sebagainya.Cerita rakyat atau yang banyak dikenal sebagai kisah peri walau tak selalu ditemukan peri di dalamnya sangat mudah kita kenali Sarumpaet, 2015:28. Misalnya gadis cantik yang jahat, bapak yang peragu, ibu tiri yang kejam, dll. Ada pula cerita rakyat dari Jawa Barat, Bunga Rampai Cerita Rakyat Nusantara yang menyukakan hati kita karena sifatnya yang kumulatif memberikan jawaban dan kesimpulan. e Religius atau cerita-cerita agama Banyak cerita mengenai nabi, orang-orang suci, atau ajaran keagamaan yang digubah dalam bentuk cerita yang menarik, motivasinya untuk membentuk remaja berbudi luhur.Cerita-cerita religius biasanya menggambarkan sejarah, tokoh-tokoh serta apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut sehingga nilai- nilai yang ada di dalam tokoh dapat diteladani oleh remaja.

4. Nilai-nilai dalam Cerita

Penelusuran persoalan tema cerita difokuskan pada persoalan yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter berikut uraiannya menurut Prayitno dalam Hasanuddin WS, 2015:18 antara lain: 1 Keimanan dan ketakwaan dengan indikator perilaku percaya pada Tuhan YME; mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan Tuhan; amanah. 2 Kejujuran dengan indikator perilaku: berkata apa adanya; berbuat atas dasar kebenaran; bertanggung jawab; memenuhi kewajiban dan menerima hak; lapang dada; dan memegang janji. 31 3 Kecerdasan dengan indikator perilaku: aktifdinamis; terarahberpikir logis; analitisobjektif; mampu mencari solusi; berpikir positifmajuterbuka dan konsisten. 4 Ketangguhan dengan indikator perilaku telitisportif; sabar; disiplin; ulettidak mudah putus asa; bekerja keras; orientasi kualitasmutu; berani menanggung resiko; menjaga keselamatan dan kesehatan diri. 5 Kepedulian dengan indikator perilaku patuh pada aturannorma; sopansantun; demokratis; toleransi; suka membantu; damaiantikekerasan; pemaaf; menjaga kerahasiaan.

5. Tujuan dan Manfaat Cerita

Sastra anak termasuk cerita, diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan sebagai manusia yang memiliki jati diri yang jelas Nurgiyantoro, 2005:36. Moeslichatoen 2004:26 mengatakan bahwa cerita menjadi media yang baik dan efektif untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Berikut tujuan dan manfaat cerita: a. Penanaman nilai-nilai kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif lainnya. b. Menambah nilai-nilai sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan. c. Membangkitkan semangat dan memungkinkan pengembangan dimensi perasaan. Misalnya, anak akan merasa sedih bila tokoh cerita disakiti dan akan senang bila ada tokoh lain yang melindungi atau baik hati. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 d. Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya, sosial dan keagamaan. e. Memperoleh informasi tentang pengetahuan, nilai, dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. f. Membangkitkan semangat dan memungkinkan pengembangan dimensi perasaan. Misalnya, anak akan merasa sedih bila tokoh cerita disakiti dan akan senang bila ada tokoh lain yang melindungi atau baik hati. a. Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya, sosial dan keagamaan. b. Menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam c. Membantu mengembangkan fantasi anak, mengembangkan dimensi kognitif anak dan mengembangkan dimensi bahasa anak Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Majid 2013:5 dalam cerita terdapat unsur-unsur seperti ide, tujuan, imajinasi, bahasa dan gaya bahasa yang berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak.

C. Empati