Body mass index BMI

dapat mendukung penelitian sekarang, dimana dengan semakin bertambahnya usia, risiko terjadinya penyakit kardiovaskular seperti diabetes melitus akan semakin tinggi. Hal ini dapat diperjelas lagi dengan kategori middle adulthood dimana saat seseorang sudah memasuki periode middle adulthood akan mengalami penurunan fungsi organ dan penurunan keterampilan fisik. Peningkatan risiko diabetes seiring dengan usia, khususnya pada usia 40 tahun, dapat disebabkan karena pada rentang usia tersebut mulai terjadi peningkatan intorelansi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin Sujaya, 2009.

2. Body mass index BMI

Nilai BMI diperoleh dari perhitungan terhadap hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan responden. Pada pengukuran BMI menggunakan uji normalitas yaitu uji Shapiro-wilk dengan taraf kepercayaan 95. Hasil yang diperoleh pada uji normalitas BMI adalah 0,738 dan hasil ini menunjukkan nilai yang signifikan dan data terdistribusi normal. Ukuran pemusatan BMI dinyatakan dalam mean yaitu 25,20 kgm 2 kategori overweight serta ukuran penyebarannya dinyatakan dalam standar deviasi sebesar 3,76. Berikut merupakan diagram data distribusi dari nilai BMI responden pada Gambar 4. Gambar 4. Grafik distribusi Body mass index BMI Penelitian ini menggunakan 45 responden wanita dalam pengukuran BMI. Hasil pengukuran diperoleh 22 responden masuk dalam kategori normal, 16 responden masuk dalam kategori overweight, 5 responden masuk dalam kategori obesitas dan 2 responden masuk dalam kategori underweight. Nilai BMI responden pada penelitian ini berkisar antara 17,37-35,54 kgm 2 . Nilai BMI berhubungan dengan lemak tubuh dan risiko beberapa penyakit di kemudian hari. Seseorang yang memiliki nilai BMI yang tinggi ≥25 kgm 2 lebih berisiko mengalami obesitas, dimana berhubungan dengan beberapa masalah kesehatan daripada seseorang dengan nilai BMI normal. Kelebihan lemak tubuh diketahui dapat menjadi salah satu faktor risiko penyakit diabetes melitus tipe 2 Centers For Disease Control and Prevention, 2012. BMI tetap memiliki kekurangan karena BMI hanya digunakan sebagai indikator perkiraan overweight dan obesitas; beberapa faktor seperti massa otot, asal etnis atau ras, serta faktor pubertas dapat mengubah hubungan antara BMI dengan overweight dan obesitas; BMI tidak dapat memberikan distribusi lemak tubuh dan tidak sepenuhnya menyesuaikan efek tinggi badan dan bentuk tubuh untuk mengelompokkan tiap individu dari berbagai etnis National Obesity Observatory, 2009. Berdasarkan penelitian Al-Sharafi and Gunaid 2014 yang melibatkan 1.640 responden pria dan wanita dengan diabetes melitus tipe 2 pada rentang usia 25-65 tahun, menunjukkan hasil bahwa kondisi overweight terjadi pada 58,5 responden wanita dan 28,5 pada responden pria, sedangkan kondisi obesitas terjadi pada 38 responden wanita dan 11 pada responden pria. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa meningkatnya nilai BMI dapat mempengaruhi prevalensi diabetes melitus tipe 2 p=0,01. Penelitan lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Kumar et al 2008 yang melibatkan responden berusia 20-60 tahun menunjukkan prevalensi diabetes melitus tipe 2 sebesar 11,5 di Kolkata, presentase tersebut dipengaruhi oleh riwayat penyakit, usia, serta obesitas sentral tetapi tidak memiliki pengaruh yang cukup besar dari BMI. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik pada BMI saat dibandingkan dengan kelompok normoglycaemic dan diabetes melitus tipe 2.

3. Hemoglobin Hb