D:\DWI.DOC\011334092.rtf
sini sekolah dihargai bukan karena nilai pendidikannya saja tapi juga sebagai simbol status masyarakat.
Keadaan keluarga juga akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anak. Ia dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi
anak terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang tuanya. Dengan kondisi ekonomi keluarga yang cukup, ia akan mendapat
kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kecakapannya yang tidak dapat dikembangkan apabila tidak ada alatnya. Hal ini dapat diartikan
bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup, mempunyai
kesempatan yang
lebih luas
untuk mengembangkan
kemampuannya dari pada anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah. Sehingga dengan keadaan sosial yang lebih tinggi dapat meningkatkan
minat siswa dalam melanjutkan studi di perguruan tinggi, lain halnya dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah, minat siswa untuk
melanjutkan studi di perguruan tinggi juga rendah karena biaya untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi dirasa terlalu berat. Jadi, dalam
tingkat pendidikan anak dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi orang tuanya.
3. Lingkungan Belajar
a. Lingkungan Keluarga Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai
dengan tujuan yang harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D:\DWI.DOC\011334092.rtf
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan Loeber 1984 seperti dikutip oleh Muhibbin Syah, 1995:138 mengatakan
bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri.
Menurut Roestiyah 1982:159, faktor-faktor yang datang dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :
a. Cara mendidik Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah
akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menhadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik
anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.
b. Suasana keluarga Hubungan
antara anggota
keluarga yang
kurang intim,
menimbulkan suasana
kaku, tegang di
dalam keluarga,
menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Susana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi
motivasi yang mendalam pada anak.
c. Pengertian orang tua Anak belajar pelu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak
sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua
wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu
menghubungi
guru anaknya,
untuk mengetahui
perkembangannya. d. Keadaan sosial ekonomi keluarga
Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan,
kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak,
sehingga mereka dapat belajar dengan senang.
e. Latar belakang Tingkat
pendidikan atau
kebiasaan di
dalam keluarga
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong
semangat anak untuk belajar.
Menurut W.S Winkel 1989:109, keadaan sosial-ekonomi menunjukan pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat
D:\DWI.DOC\011334092.rtf
bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan inilah tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan perlengkapan
material untuk belajar. Keadaan sosial-kultur menunjukkan pada taraf kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau
rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua dan akan,
serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi
intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun, akibat itu tidak harus timbul secara otomatis atau dengan sendirinya.
Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, kerap menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan belajar atau menghambatnya.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari keluarga dan bagaimana sikap anak menanggapi lingkungannya dapat menentukan
berhasil atau tidaknya pendidikan yang di tempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu
yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya. b. Lingkungan Sekolah
Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal
pengetahuan dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar maka dia berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua.
Berdasarkan kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D:\DWI.DOC\011334092.rtf
kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang mendampingi belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak
perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah W.S Winkel, 1989:ix.
Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja
melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah
materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.
Menurut Roestiyah
1982:159-161, faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu :
a. Interaksi guru dan murid. Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim,
meyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam
belajar.
b. Cara penyajian. Guru yang lama biasa mengajar dengan metode ceramah saja.
Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru,
yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Hubungan antara murid. Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka
tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan
hubungan masing-masing individu tidak tampak.
d. Standar pelajaran di atas ukuran. Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawanya, perlu
memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang
tidak berhasil dalam mempelajari mata kuliahnya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat
D:\DWI.DOC\011334092.rtf
perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan
materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
e. Media pendidikan. Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk
sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di
perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun
kualitetnya.
f. Kurikulum.
Sistem instruksional
sekarang menghendaki
proses belajar-
mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang
mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum
sekarang belum
dapat memberikan
pedoman perencanaan yang demikian.
g. Keadaan Gedung. Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung
dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.
h. Waktu sekolah. Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan
penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di
sore hari. Hal mana sebenarnya kurang dapat dipertanggung- jawabkan. Dimana anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk
sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran
masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.
i. Pelaksanaan disiplin.
Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung
jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk
mengembangkan motivasi yang kuat.
j. Metode belajar.
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan
efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau
terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.
Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D:\DWI.DOC\011334092.rtf
waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
k. Tugas rumah. Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan
untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah,
sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
c. Lingkungan Masyarakat Siswa hidup di masyarakat. Hal demikian berarti siswa adalah
bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut
terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah 1982:162, anak perlu
bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu di jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk.
Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.
Keberadaan mass media dan televisi, serta banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah, koran, sehingga kurang dapat
dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik membaca buku yang bukan buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas
belajar. Maka, bacaan perlu diawasi dan diseleksi. Televisi yang banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat
mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral bagi anak akan rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan hal ini yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D:\DWI.DOC\011334092.rtf
Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat.
Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergualan
yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawab sendiri seorang pelajar.
Muhibbin Syah 1995:44, mengatakan bahwa kondisi sebuah kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan
kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan
yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Anak-anak di lingkungan brutal memang tak mempunyai alasan
untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orang tuanya kurang atau tidak berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat yang
demikian akan berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak dapat terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.
Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk
rajin belajar. Roestiyah 1982:163 mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh
untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya
mendapat prestasi belajar tinggi. Oleh karena itu anak akan berusaha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D:\DWI.DOC\011334092.rtf
belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila teman-teman
di sekitarnya
itu teman
sekelasnya, anak
dapat mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini dimaksudkan agar
ketinggalan mata pelajaran di kelas dapat diatasi.
4. Prestasi Belajar