Dasar Reaksi Kolorimetri dengan Folin-Ciocalteau

diperoleh florotanin kasar yang akan menjadi analit untuk ditetapkan kadar polifenol totalnya dengan menggunakan reagen fenolik Folin-Ciocalteau.

D. Dasar Reaksi Kolorimetri dengan Folin-Ciocalteau

Reagen yang digunakan adalah Folin-Ciocalteau F-C yang dalam kondisi stabil sebelum reaksi berwarna kuning dalam suasana asam. Reaksi F-C ini melibatkan reaksi antara ion fenolat dengan kompleks ion polimerik dari asam- asam fosfomolibdat dan fosfotungstat Anonim, 2006. Warna biru produk berasal dari oksidasi fenolat, dan asam heteropoli tereduksi secara parsial dari +6 menjadi campuran kondisi valensi +6 dan +5 menghasilkan produksi kompleks molibdenum-tungsten biru Singleton Rossi, 1965. Bagian reagen yang paling aktif dari reagen ini adalah molibdat sehingga kompleks warna yang terbentuk disebut molybdenum blue. Dalam bentuk tunggal, molibdat akan menjadi sukar larut dan membentuk koloidal Auterhoff Knabe, 1978. Oleh karena itu, molibdat dicampur dalam bentuk garam NaMolibdat dan diberikan asam fosfat H 3 PO 4 membentuk kompleks asam fosfomolibdat. Selain kompleks dengan fosfat, diketahui bahwa senyawa seperti arsenat, wolframat, silikat juga mampu membentuk kompleks asam dengan molibdat. Misalnya, jika membentuk kompleks dengan arsen maka kompleks asam yang terbentuk disebut arsenomolibdat. Reagen aktif F-C tersusun atas larutan asam berwarna kuning yang mengandung kompleks ion polimerik yang dibentuk dari asam heteropoli PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Singleton Rossi, 1965. Asam heteropoli yang ada pada reagen F-C adalah asam tungstat dan asam molibdat. Kenyataanya reagen ini mengandung seri atau rangkaian polimerik yang memiliki bentukan umum dengan pusat atau sentral unit tetrahedral fosfat PO 4 3- dikelilingi oleh beberapa unit oktahedral asam-oksi molibdenum. Struktur tungsten dapat dengan bebas bersubstitusi dengan molibdenum Singleton Rossi, 1965. Florotanin berupa polimer dengan unit monomernya floroglusinol memiliki 3 gugus hidroksil. Gugus hidroksil ini cukup reaktif dan merupakan pengarah orto, para dalam proses sintesis. Ketiga gugus hidroksil floroglusinol berada pada posisi meta, sehingga posisi orto dan para masih kosong dan akan mudah dioksidasi sehingga posisi posisi para, orto terisi oleh gugus hidroksil juga. Florotanin dan polifenol lainnya sangat tidak stabil dalam kondisi basa karena akan teroksidasi membentuk ion fenolat C 6 H 6 O - dan berlanjut akan membentuk senyawa kuinoid yang dapat membuat warna pigmen semakin intens biasanya berwarna kecoklatan. Susana basa saat reaksi diberikan oleh natrium karbonat, sehingga semua senyawa fenolik akan teroksidasi menjadi ion fenolat. Dan ion fenolat inilah yang akan mereduksi kompleks asam heteropoli dari fosfotungstat dan fosfomolibdat membentuk produk berwarna biru. Reduksi yang sempurna dari reagen ke status valensi yang lebih rendah merusak warna asalnya. Sifat alamiah sesungguhnya dari complex blue pigments hingga saat ini masih belum dapat dipastikan. Prinsip pembentukan pigmen biru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ini digunakan dalam analisis sebagai metode kolorimetri yang sudah lama diketahui Singleton Rossi, 1965. Warna biru yang dihasilkan setara dengan konsentrasi fenolat yang terbentuk artinya semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak pula ion fenolat yang terbentuk dan reagen F-C semakin rusak oleh reduktor dan warna biru yang dihasilkan semakin pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat sehingga dapat dianalisis dengan spektrofotometer. Kompleks asam dari reagen F-C ini akan tereduksi membentuk produk yang berwarna dengan adanya suatu reduktor. Reagen F-C sendiri dapat bertindak sebagai agen pengoksidasi oksidator. Reaksi Reduksi asam fosfomolibdat: H 3 PMo 12 O 40 + 4e + 4 H + H 7 [PMo 12 O 40 ] Auterhoff Knabe, 1978 Reaksi Oksidasi fenol: OH O O + H 2 O + 4 H + + 4e C 6 H 5 OH C 6 H 4 O 2 oksidator McMurry, 2004 Saat analisis terjadilah kesetimbangan reaksi redoks dari reagen F-C dan senyawa fenolik gambar 10. OH O O + H 2 O C 6 H 5 OH C 6 H 4 O 2 + H 3 PMo 12 O 40 H 7 [PMo 12 O 40 ] + senyawa biru Gambar 10. Reaksi redoks dalam reaksi Folin-Ciocalteau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gugus fenol teroksidasi dengan cepat dalam larutan cukup basa dan menghasilkan ion-ion fenolat dalam konsentrasi cukup. Reagen F-C dan pigmen biru yang terbentuk tidak stabil dalam larutan basa. Reaksi melibatkan pengrusakkan reagen kuning yang aktif. Kebanyakan senyawa fenolik terionisasi sekitar 50 pada pH 9-10. Karena porsi yang terionisasi bereaksi dengan reagen folin kesetimbangan akan bergeser dan akan lebih banyak lagi fenolat yang dihasilkan. Dibutuhkan waktu untuk reaksi ini untuk dapat mendekati sempurna. Reagen F-C harus tetap bertahan dalam kondisi basa, agar dapat bereaksi dengan semua fenolat. Untuk pertimbangan ini dibutuhkan kondisi optimum untuk alasan produksi reaksi yang cepat dan retensi waktu yang panjang untuk warna maksimum akan mencakup pertimbangan reagen fosfo-molibdo-tungstat kadar tinggi dan alkalinitas yang sedang Singleton Rossi, 1965. Terdapat banyak variasi dalam penggunaan metode Folin-Ciocalteau ini sendiri. Variasi yang ada mencakup perbedaan dalam pemilihan referensi standar, lama pemanasan reaksi, suhu, dan perbedaan hasil pengukuran panjang gelombang Anonim, 2006. Referensi standar yang umum digunakan untuk analisis kandungan polifenol adalah asam galat, asam tanat, keursetin yang umum digunakan untuk sampel flavonoid dan floroglusinol. Alasan pemilihan standar floroglusinol adalah karena secara teoritis floroglusinol merupakan unit monomer florotanin alga. Diperkuat oleh hasil penelitian Zhang et al. 2006, didapat hasil pembacaan panjang gelombang maksimum produk berwarna kebiruan dari metode Folin-Ciocalteau, pada sampel alga A. nodosum dan baku floroglusinol sama-sama berada pada panjang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI gelombang 750 nm atau adanya kesamaan karakteristik antara florotanin dengan baku floroglusinol saat direaksikan dengan reagen F-C.

E. Optimasi Metode Kolorimetri dengan Folin-Ciocalteau

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Metformin HCl dengan metode Spektrofotometri Ultraviolet

21 160 39

Optimasi dan Penetapan kadar pada Betametason dan Deksklorfeniramin maleat dengan Metode Spektrofotometri Derivatif dalam Campuran Tablet

8 51 142

Uji efek hioglikemia fraksi etil asetat biji jinten hitam pada tikus putih jantan dengan metode induksi aloksan dan toleransi glukosa

0 4 98

Perbandingan aktivitas dan mekanisme penghambatan antibakteri ekstrak air dengan ekstrak etil asetat gambir (uncario gambir roxb) terhadap bakteri staphylococcus epiderwidis, streptococcus mutans dan streptococeus pyogenes

4 30 100

Penetapan kadar formaldehid pada tahu yang dijual di pasar Ciputat dengan metode spektrofotometri uv-vis disertai kolorimetri menggunakan pereaksi nasih

3 18 97

Penepatan kadar medroksiprogesteron asetat (MPA) dalam plasma secara in vitro dengan kroma tografi cair kinerja tinggi (KCKT)

1 9 84

Penetapan kadar boraks pada mie basah yang beredar di pasar Ciputat dengan metode spektrofotometri UV-VIS mengunakan pereaksi kurkumin

6 68 93

Penetapan kadar dan analisis profil protein dan asam amino ekstrak ampas biji jinten hitam (Nigella sativa Linn.) dengan metode SDS-Page dan KCKT

6 49 77

Penentuan kadar kobal dan merkuri dalam air laut dan sedimen pelabuhan panjang bandar Lampung dengan metode analisis pengaktifan neutron

0 5 100

Uji efektivitas ekstrak lengkuas merah (Alpina purpurata K.Schum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli dengan metode disc diffusion.

4 24 70