Penetapan Operating Time OT Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

gelombang 750 nm atau adanya kesamaan karakteristik antara florotanin dengan baku floroglusinol saat direaksikan dengan reagen F-C.

E. Optimasi Metode Kolorimetri dengan Folin-Ciocalteau

1. Penetapan Operating Time OT

Penentuan Operating Time OT sangat penting dalam pengukuran dengan metode analisis menggunakan prinsip kolorimetri karena warna hasil reaksi yang dihasilkan tidak selamanya stabil. Maka dari itu, perlu dicari rentang waktu setelah reaksi berlangsung agar hasil yang didapat memberikan absorbansi yang tetap stabil tidak menaik atau menurun nilainya agar data yang dihasil tetap reprodusibel dan valid. Jika telah diketahui rentang Operating Time OT maka pembacaan absorbansi hasil reaksi pada baku dan sampel harus dilakukan pada rentang OT yang telah diketahui. Dari hasil pembacaan OT, maka disimpulkan bahwa pada menit ke 50 hingga menit ke 90, reaksi menunjukkan nilai absorbansi yang stabil. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Singleton Rossi 1965 pada pembahasan sebelumnya, dibutuhkan waktu bereaksi yang relatif panjang namun stabil sehingga untuk prosedur pembacaan absorbansi standar dan sampel selanjutnya dilakukan pada rentang OT yaitu menit ke 50-90. Hasil pembacaan OT standar floroglusinol sebagai berikut gambar 11. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSORBANCE 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 Gambar 11. Hasil pembacaan OT floroglusinol kadar 3,0 ppm dengan pereaksi Folin Ciocalteau

2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

maks Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang suatu senyawa mempunyai nilai absorbansi yang maksimum. Pembacaan absorbansi pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI panjang gelombang maksimum akan memberikan sensitivitas dan presisi analisis yang maksimal Mulja Suharman, 1995. Zhang et al. 2006 telah melakukan penelitian tentang estimasi kandungan polifenol total pada sampel rumput laut dan ekstraknya berdasarkan reaksi Folin-Ciocalteau. Mereka mendapatkan panjang gelombang maksimum untuk standar floroglusinol dan sampel A. nodosum adalah 750 nm. Karena itu, penentuan maks dilakukan pembacaan absorbansinya pada rentang 400-900 nm agar dapat melihat puncak spektrum yang lebih jelas di sekitar 750 nm sebagai panjang gelombang teoritis. Digunakan 3 macam kadar baku floroglusinol untuk mengetahui panjang gelombang maksimum yakni dengan membaca spektrum plot panjang gelombang dan absorbansi senyawa hasil reaksi antara reagen Folin-Ciocalteau dengan baku floroglusinol kadar kecil 0,1 ppm, kadar tengah 0,3 ppm, kadar terbesar 0,6 ppm. Hasil yang didapat menunjukkan 3 puncak absorbansi maksimum pada panjang gelombang yang berbeda, yakni pada 0,1 ppm didapat maks 758,7 nm; 0,3 ppm didapat maks 750,1 nm; dan 0,6 ppm didapat maks 743,4 nm. Ada kecendrungan semakin besar konsentrasi baku floroglusinol maka panjang gelombang cendrung bergeser ke panjang gelombang yang lebih kecil. Artinya pada konsentrasi semakin kecil maka panjang gelombang semakin bergeser ke arah yang lebih besar. Ini dimungkinkan oleh ionisasi fenolik menjadi ion fenolat sehingga mampu mengabsorpsi cahaya pada tingkat energi lebih kecil atau panjang gelombang lebih besar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pada konsentrasi kecil, dengan suasana basa tetap dari Na 2 CO 3 1,9 M maka lebih mudah mengoksidasi floroglusinol menghasilkan ion fenolat yang memiliki muatan negatif penuh pada oksigen ion fenolat, yang dapat berinteraksi dengan cincin lebih efektif dari pasangan elektron bebas yang ada pada molekul tak terionkan sehingga meningkatkan intensitas absorpsi cahaya dan posisi maks berpindah ke panjang gelombang lebih panjang Cairns, 2005. λ wavelength a b s o r b a n c e u n i t a u Gambar 12. Hasil pembacaan maks floroglusinol 3 macam kadar floroglusinol: 1,0; 3,0 dan 6,0 ppm setelah direaksikan dengan Folin Ciocalteau Dengan didapat 3 panjang gelombang maka seri baku telah dicobakan untuk dibaca pada ketiga panjang gelombang ini dan hasilnya absorbansi yang terbaca tidak berbeda jauh. Namun dipilih panjang gelombang tengah 750,1 nm PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI karena paling mendekati maks teoritis 750 nm, hasil reaksi floroglusinol dengan reagen Folin-Ciocalteau Zhang et al., 2006. Sesungguhnya tidak ada panjang gelombang maksimal teoritis yang pasti untuk mengukur sampel florotanin karena bukan merupakan senyawa tunggal tetapi merupakan campuran heterogen polimer polifenol dengan unit monomer berupa floroglusinol.

F. Hasil Validasi Metode Analisis

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Metformin HCl dengan metode Spektrofotometri Ultraviolet

21 160 39

Optimasi dan Penetapan kadar pada Betametason dan Deksklorfeniramin maleat dengan Metode Spektrofotometri Derivatif dalam Campuran Tablet

8 51 142

Uji efek hioglikemia fraksi etil asetat biji jinten hitam pada tikus putih jantan dengan metode induksi aloksan dan toleransi glukosa

0 4 98

Perbandingan aktivitas dan mekanisme penghambatan antibakteri ekstrak air dengan ekstrak etil asetat gambir (uncario gambir roxb) terhadap bakteri staphylococcus epiderwidis, streptococcus mutans dan streptococeus pyogenes

4 30 100

Penetapan kadar formaldehid pada tahu yang dijual di pasar Ciputat dengan metode spektrofotometri uv-vis disertai kolorimetri menggunakan pereaksi nasih

3 18 97

Penepatan kadar medroksiprogesteron asetat (MPA) dalam plasma secara in vitro dengan kroma tografi cair kinerja tinggi (KCKT)

1 9 84

Penetapan kadar boraks pada mie basah yang beredar di pasar Ciputat dengan metode spektrofotometri UV-VIS mengunakan pereaksi kurkumin

6 68 93

Penetapan kadar dan analisis profil protein dan asam amino ekstrak ampas biji jinten hitam (Nigella sativa Linn.) dengan metode SDS-Page dan KCKT

6 49 77

Penentuan kadar kobal dan merkuri dalam air laut dan sedimen pelabuhan panjang bandar Lampung dengan metode analisis pengaktifan neutron

0 5 100

Uji efektivitas ekstrak lengkuas merah (Alpina purpurata K.Schum) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli dengan metode disc diffusion.

4 24 70