31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengambilan Sampel
Sampel alga merah didapat dari hasil panen petani setempat pada tanggal 21 Mei 2007 dari perairan dangkal pantai Drini, Gunung Kidul, Yogyakarta.
Secara geografis berada di wilayah samudera Indonesia, pantai selatan pulau Jawa. Suhu perairan habitat laut alga sekitar 27-30
C. Umur alga merah yang dipanen tidak diketahui pasti karena bukan merupakan hasil budidaya melainkan
merupakan hasil panen langsung dari alam, meski informasi tentang perbedaan umur, masa panen, kondisi geografis habitat alga tumbuh dan spesies alga ini
penting untuk diperhatikan karena dapat memberikan variasi kandungan polifenol alga.
Selanjutnya jenis spesies alga merah yang didapat diidentifikasi dengan bantuan dari pihak laboratorium Sistematika Tumbuhan Fakultas Biologi UGM,
Yogyakarta. Hasil identifikasi, sampel alga merah termasuk dalam ordo Ceramiales, familia Rhodomelacaeae, genus Laurencia, spesies Laurencia
papillosa Forskal Graville lihat lampiran 1.
B. Preparasi Sampel Alga merah Laurencia papillosa Forskal Graville
Alga merah Laurencia papillosa Forskal Graville dikumpulkan, dicuci dengan air tawar mengalir sebanyak dua kali untuk menghilangkan kotoran
berupa debu, pasir silikat, material laut bukan berasal dari alga merah yang ikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbawa dan mengotori sampel alga merah. Langkah pencucian ini perlu dilakukan dengan cermat agar pengotor tidak mengotori sampel yang ingin diteliti.
Senyawa silikat juga dapat membentuk kompleks molibdat dari reagen Folin dalam suasana asam. Bentuk kompleks asam molibdat yang terbentuk
H
6
[SiMo
12
O
40
].n H
2
O Auterhoff Knabe, 1978. Setelah itu, dilakukan langkah sortasi atau penyortiran terhadap alga yang dipanen agar materi dari jenis alga
spesies lain atau bahan organik asing tidak tercampur dengan sampel alga merah karena alga tumbuh bersama-sama dalam satu habitat dengan alga atau rumput
laut yang berbeda spesies juga, tidak hanya dalam bentukan populasi. Sampel yang didapat benar-benar merupakan alga merah Laurencia papillosa Forskal
Graville dilihat dari ciri morfologisnya. Bagian akar alga dibuang dengan pisau atau gunting karena alga umumnya berakar pada suatu karang sehingga bagian
akarnya dibuang agar materi asing dari batu karang tidak ikut dan mengganggu hasil analisis. Secara umum tujuan sortasi untuk meminimalkan keberadaan
materi organik asing karena materi organik maupun organic dust ini dapat menggangu hasil analisis.
Organic dust ini dapat turut mereduksi kompleks asam dalam reagen
membentuk warna kehijauan sesuai laporan penelitian Otto Folin. Namun hal ini tidak banyak memberi pengaruh pada hasil analisis, mengingat reagen Folin-
Ciocalteau sendiri mengandung banyak stabilizer untuk mengatasi berbagai ketidakstabilan dari reagen termasuk karena organic dust ini, kandungan bromin
dari reagen dapat menghilangkan hasil reduksi ini, sehingga tidak lagi membentuk warna menyerupai tinta kehijauan Wu, 1920.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain itu, pada pengamatan saat dilakukan sortasi terdapat senyawa berupa kalsium seperti butiran kapur berwana putih yang melingkupi daerah
sekitar thallus alga, kalsium ini merupakan produk alamiah alga yakni hasil kalsifikasi. Kalsium yang masih ada setelah dilakukan sortasi tidak akan
mengganggu analisis. Senyawa Ca ini bukanlah reduktor sehingga praktis tidak mampu memiliki kemampuan mereduksi kompleks asam molibdat-fosfat pada
reagen Folin-Ciocalteau yang digunakan. Setelah lolos proses sortasi maka ganggang merah diproses dalam autoklaf
selama 30 menit pada suhu 100 C untuk mendenaturasi protein yang ada dalam
ganggang termasuk enzim polifenol oksidase atau Polyphenol Oxydase PPO. Efek perlakuan panas terhadap aktivitas PPO menunjukkan pemberian suhu
menyebabkan meningkatnya kecepatan reaksi antara enzim dan senyawa fenolik sebagai substratnya. Perlakuan pada 55
C, membuat enzim inaktif secara parsial. PPO telah dilaporkan menjadi inaktif dengan direbus dalam air panas pada 100
C selama 1,5 menit Mustapha Ghalem, 2007.
Enzim PPO ini mengkatalisis hidroksilasi dari monofenol menjadi o- difenol. Lebih lanjut, dapat mengkatalisis oksidasi o-difenol untuk membentuk o-
kuinon. Proses polimerisasi o-kuinon ini cepat berlangsung menghasilkan pigmen berupa senyawa polifenol. Jika enzim PPO inaktif maka proses polimerisasi fenol
tidak lagi berlangsung, membentuk polimer polifenol yang lebih panjang. Secara sederhana digambarkan pada gambar 6 Sullivan et al., 2003.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
O O
o-kuinon
OH OH
O O
Enzim PPO Enzim PPO
OH
Gambar 6. Proses oksidasi fenol oleh enzim polifenol oksidase PPO
Hasil autoklaf dijadikan simplisia dengan cara dikeringkan dalam oven selama beberapa hari pada suhu 90
C, agar menjadi simplisia alga merah kering dengan tingkat kekeringan tertentu sehingga mudah untuk dihancurkan dengan
tangan kemudian diserbuk dengan alat blender bermotor. Alga harus benar-benar kering agar didapat partikel yang serbuk yang cukup halus. Kadar air atau lembab
yang semakin rendah maka sel-sel tanaman alga menjadi lebih rapuh terhadap kekuatan mekanis mesin blender sehingga lebih mudah untuk dihaluskan menjadi
serbuk. Derajat kehalusan serbuk yang diambil 2030 dengan cara pengayakan agar diperoleh ukuran partikel serbuk yang lebih homogen dan partikel yang tidak
terlalu besar atau kecil. Ekstraksi akan bertambah baik bila luas permukaan area spesifik serbuk
simplisia yang kontak dengan cairan penyari semakin luas sehingga meningkatkan efisiensi ekstraksi serbuk simplisia alga. Sementara partikel
serbuk yang terlalu halus juga tidak menguntungkan karena dapat menyebabkan flogging
partikel-partikel kecil menyumbat pori-pori yang ada pada filter saat sokhletasi sehingga proses ekstraksi serbuk alga menjadi terhambat. Selanjutnya
dilakukan penetapan kadar air serbuk alga dilakukan dengan metode Karl Fischer karena metode ini spesifik mengukur kadar air dalam analit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan sensitif untuk mengukur sampel dalam jumlah yang sedikit serta akurat. Kadar air dari serbuk alga merah yang terukur dengan metode ini:
• Replikasi I
: 8,53 •
Replikasi II : 6,00
• Replikasi III
: 5,97 Hasil penetapan kadar air adalah 6,83 ± 1,469 , masih memenuhi syarat
atau masih di bawah 10 sehingga dapat diterima sebagai simplisia kering untuk selanjutnya diekstraksi dengan cara sokhletasi. Hasil penetapan kadar air pada
replikasi I berbeda jauh dari kadar yang didapat pada replikasi II dan III dimungkinkan oleh sampel yang menyerap lembab sebelum dilakukan analisis
dengan Karl Fischer. Penetapan kadar air dengan metode Karl Fischer berdasar atas reaksi redoks antara SO
2
dan I
2
menghasilkan garam asam hidroiodat dan garam alkil sulfat. Reaksi redoks ini hanya berlangsung dengan adanya air seperti
gambar 7, reaksi di bawah ini Evans, 2002.
Gambar 7. Reaksi saat penetapan kadar air dengan Karl Fischer
Tujuan pengontrolan kandungan lembab di bawah 10 ini untuk menekan pertumbuhan mikroba yang mampu menguraikan kandungan organik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ganggang sebagaimana yang disyaratkan dalam MMI Materia Medika Indonesia untuk simplisia tanaman umumnya.
B. Hasil Uji Kualitatif