BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ayam buras merupakan komoditi unggulan untuk pengembangan ternak unggas dalam upaya pemenuhan protein hewani, terutama bagi masyarakat yang
berdomisili di pedesaan. Keunggulan utama ayam buras adalah cita rasa produknya yang spesifik dan adaptif terhadap lingkungan yang kurang baik,
dimana dengan pemeliharaan yang seadanya dapat berproduksi meskipun dengan produktifitas yang kurang memadai.
Ayam buras merupakan salah satu ayam lokal asli Indonesia yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat terutama masyarakat pedesaan
dalam menyokong kebutuhan pangan dan ekonomi. Ayam ini sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasa daging yang enak serta telur yang
memiliki banyak khasiat dan khas.
Daging merupakan sumber utama zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Daging merupakan otot ternak
yang disembelih yang berasal dari ternak besar dan kecil. Salah satu ternak penghasil daging adalah ternak ayam. Menurut Prayitno 2001 konsumsi daging
ayam meningkat paling pesat dibandingkan dengan daging sapi, kambing,
maupun babi. Beberapa alasan yang menyebabkan kebutuhan daging ayam mengalami peningkatan yang cukup pesat antara lain ; daging ayam relatif
murah, daging ayam lebih baik dari segi kesehatan karena mengandung sedikit lemak dan kaya protein dibandingkan dengan daging sapi, kambing dan babi,
agama tak melarang umatnya mengkonsumsi daging ayam, daging ayam mempunyai rasa yang dapat diterima semua golongan masyarakat dan semua
umur, daging ayam cukup mudah diolah menjadi produk olahan yang cukup bernilai tinggi, mudah disimpan dan mudah dikonsumsi.
Sejalan dengan perkembangan zaman, masyarakat telah menyadari betapa pentingnya makanan yang sehat dan bergizi, hal tersebut ditandai dengan
naiknya konsumsi daging pertahunnya yang didukung oleh meningkatnya pendidikan dan pendapatan masyarakat dimana tampak pada tahun 2004
sebesar 4,95 kgkapitatahun menjadi 6,06 kgkapitatahun Anonimous, 2009.
Permintaan daging ayam telah terpenuhi namun kebutuhan akan daging ayam buras masih kurang, dimana terpenuhi masih sekitar 5,5 dari 25 total
konsumsi daging ayam nasional Anonimous, 2008. Hal ini dapat dilihat dari populasi ayam buras tahun 2008 sebesar 243.423.389 ekor sedangkan
permintaan daging ayam tersebut sebesar 246.193.200 ekor. Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa populasi ayam buras tinggi namun
produksi rendah. Hal ini disebabkan karena mutu genetis yang masih rendah, pemberian pakan belum sesuai dengan kebutuhan, efisiensi pakan yang rendah
dan pertumbuhannya yang tidak seragam dan lambat sehingga pemasarannya bertahap dan jumlah yang dipasarkan sedikit Abidin, 2002.
Menurut Murtidjo 2005 pakan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan karena biaya pakan adalah biaya
terbesar dalam usaha peternakan ayam. Kopi adalah salah satu bahan pakan yang belum banyak dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan pakan ransum
unggas. Kopi merupakan tanaman perkebunan yang produk utamanya adalah biji yang diolah menjadi kopi bubuk. Proses pengolahan kopi menghasilkan 65
biji dan 35 kulit buah kopi Muryanto et al, 2004.
Salah satu faktor pendukung mengindikasikan limbah kopi dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak adalah karena kandungan protein kasar 8,80
mendekati kesamaan dengan kandungan protein jagung. Kulit buah kopi ini telah dimanfaatkan sebagai bahan pakan unggas karena fluktuasi harga jagung yang
tidak menentu, dan ternyata dapat mengefisiensikan pakan Muryanto, et al, 2004. Dari hasil penelitian dilaporkan pemakaian 5 dalam ramsum
pertambahan bobot badan ayam tidak berbeda nyata dengan tanpa pemberian limbah kulit kopi. Kusumayadi 2004 melaporkan bahwa pemberian kopi 0,4
dalam ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot ayam buras umur 14 minggu.
Sejalan dengan penelitian tersebut diatas maka perlu dikaji dengan meningkatkan kualitas limbah kulit buah kopi melalui fermentasi terlebih dahulu.
Menurut Santoso 1986 melalui fermentasi kulit buah kopi akan dipecah oleh
enzim menjadi bentuk lebih sederhana sehingga mudah dicerna, kandungan protein meningkat menjadi 12,43, kandungan serat kasar berkurang menjadi
11,05, kandungan vitamin bertambah dan nilai cerna makanan meningkat. Selain itu limbah kulit buah kopi dapat memperbaiki kualitas karkas Guntoro dan
Yasa, 2003.
Dari penjelasan tersebut diatas dilakukan penelitian pengaruh penggunaan limbah kulit buah kopi fermentasi terhadap konsumsi ransum, pertambahan
bobot badan, koversi ransum dan kualitas karkas ayam buras umur 14-20 minggu.
1.2. Tujuan Studi