BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.9. Identifikasi ayam buras
Ayam peliharaan yang ada pada dewasa ini Gallus domesticus merupakan keturunan ayam hutan. Manusia telah memelihara ayam sejak 5000 tahun yang
lalu. Dengan adanya identifikasi domestikasi yang telah berlangsung cukup lama, telah banyak penemuan-penemuan mutakhir yang mengakibatkan jenis-
jenis ayam banyak mengalami perubahan. Menurut Suprijatna et al 2005 ayam buras adalah ayam lokal atau juga disebut
ayam bukan ras yang berkembang di beberapa daerah dengan memiliki karakteristik yang relatif homogen, baik tubuh maupun warna bulu. Jika dilihat
berdasarkan klasifikasi taksonimi zoology ternyata ayam buras hampir sama dengan ayam ras, yaitu :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Sub kelas : Neornithes
Ordo : Galliformes
Genus : Galus
Spesies : Gallus domesticus
Ayam buras dari sudut berkembangnya, merupakan hasil produksi dan seleksi alam lingkungan. Oleh sebab itu interaksi antara ayam buras dengan alam
lingkungan, sudah ada keterpaduan yang sangat dominan dan tidak dapat terpisahkan.
Ayam buras merupakan ayam lokal yang belum mengalami perubahan genetis. Ayam ini memiliki keunggulan antara lain daya tahan tubuhnya dan adaptasi
terhadap lingkungan relatif tinggi dan baik, daging dan telurnya memiliki rasa khas yaitu gurih dan disukai oleh masyarakat. Selain itu ayam buras memiliki
keistimewaan lainnya yaitu tahan terhadap pengolahan dan lingkungan yang buruk, tidak peka terhadap kadar amoniak tinggi, dapat diberi pakan yang
berkualitas jelek, modal tidak besar, dan tidak mudah stres bila memperoleh perlakuan kasar Murtidjo, 1992.
Berdasarkan hal tersebut pengembangan ayam buras ini memiliki peluang yang menjanjikan, baik dalam usaha ayam potong, penghasil telur, dan ayam bibit dan
bahkan penyedia pakan untuk ayam buras.
1.2. Konsumsi ransum
Ransum merupakan kumpulan bahan makanan yang layak dimakan oleh ayam dan telah disusun mengikuti aturan tertentu yang meliputi nilai kebutuhan gizi
bagi ayam dan nilai kandungan gizi dari bahan makanan yang digunakan Rasyaf, 1999.
Pakan yang dikonsumsi sebagian dicerna dan diserap tubuh. Sebagian yang tidak dicerna diekskresikan dalam bentuk feses. Zat-zat makanan nutrien dari
pakan yang dicerna digunakan untuk sejumlah proses di dalam tubuh. Penggunaannya secara pasti bervariasi, tergantung spesies, umur, dan
produktivitas unggas. Sebagian besar unggas menggunakan zat-zat makanan yang diserap untuk fungsi esensial, seperti metabolisme tubuh, memelihara
panas tubuh, serta mengganti dan memperbarui sel-sel tubuh dan jaringan. Penggunaan pakan untuk pertumbuhan, penggemukan, atau produksi telur
dikenal sebagai kebutuhan produksi Suprijatna, 2005.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pakan antara lain besar dan berat badan, kondisi fisiologis ternak serta gerak laju dari makanan tersebut di
dalam alat pencernaan ternak. Laju makanan dalam alat pencernan dapat mempengaruhi jumlah makanan yang dikonsumsi, yakni makin cepat aliran
makanan dalam alat pencernaan makin banyak pula jumlah makanan yang dikonsumsi. Selain itu, faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah palatabilitas
dan selera. Palatabilitas dipengaruhi oleh bau, rasa, tekstur, dan suhu makanan yang diberikan. Selera merupakan faktor internal yang merangsang rasa lapar.
Faktor lain yang juga mempengaruhi konsumsi adalah ternak, lingkungan, dan stres karena penyakit Wahyu, 1978.
1.3 Pertumbuhan dan perkembangan ayam buras