S= -
Sgabungan =
t = Ket : S = keragaman
T= Perlakuan n= jumlah sampel
= Rata-rata dari perlakuan t= t-hitung
ST
B-
T
A
= keragaman gabungan Keterangan
S
2 =
Standar Deviasi Gabungan t = Uji Bebas yang dihitung
n = Jumlah Sample S = Standar Deviasi dari Perlakuan
= Jumlah rata-rata dari perlakuan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Konsumsi Ransum
Pengaruh Pemanfaatan kulit buah kopi fermentasi dengan Aspergilus niger terhadap Konsumsi ransum dapat tersaji pada tabel 6
Tabel 6. Rataan konsumsi ransum ayam buras selama Penelitian
Ulangan Perlakuan
T0 T1
T2 T3
Total Rataan
1 104,20
106,25 105,45
103,57 419,47
104,87 2
103,39 106,25
105,89 104,64
420,17 105,04
3 103,57
106,25 106,07
105,54 421,43
105,36 4
102,86 105,98
106,52 105,54
420,90 105,23
5 102,50
107,68 106,34
104,02 420,54
105,14 Total
516,52 532,41
530,27 523,31
Rataan 103,30C 106,48A 106,05A 104,66B
105,13 Keterangan : notasi yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi ransum selama penelitian adalah sebesar 105,13 grekhr. Dengan kisaran 102,50 hingga 107,68. Sedangkan rataan
konsumsi ransum Terendah ayam buras terdapat pada perlakuan tanpa pemberian kulit buah kopi fermentasi dengan Aspergilus niger yaitu 102,86 gramekorhari dan tertinggi
pada pemberian taraf T15 sebesar 106,48 gramekorhari. Hal ini lebih tinggi dari
yang dikemukakan Murtidjo, 2005 bahwa rataan konsumsi pakan ayam buras 13-20 minggu adalah 64-67 grekorhari, namun apabila dibandingkan dengan pendapat
Supridjatna et al.,2005 bahwa konsumsi ayam buras pada 13–20 minggu pada kisaran 95-120 grekhari, yang mengindikasikan bahwa konsumsi pakan ayam buras penelitian
mendekati kisaran tersebut. Hasil uji statistik terlihat bahwa pemberian kulit buah kopi fermentasi dengan
Aspergilus niger memberikan pengaruh yang sangat nyata P0,01 terhadap konsumsi ransum. Dimana hasil uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Duncan menunjukkan bahwa
perlakuan pemberian kulit buah kopi fermentasi dengan Aspergilus niger pada T1 5 tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian kulit buah kopi fermentasi dengan
Aspergilus niger pada T2 10, hal ini disebabkan karena rataan antara kedua perlakuan tidak memiliki perbedaan yang jauh. Dimana terlihat kedua perlakuan ini lebih tinggi dari
perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan bahwa dengan fermentasi dapat merubah rasa
dan aroma bahan pakan sehingga penampilan fisik dari pakan tersebut menjadi lebih menarik, sehingga dapat meningkatkan jumlah konsumsi. Soeharsono et al .,2010;
Buckle et al.,1985. Namun kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian kulit buah kopi fermentasi T00 dan pemberian kulit buah kopi
fermentasi pada taraf T315. Hal ini disebabkan semakin tinggi pemberian kulit buah kopi fermentasi dengan Aspergilus niger akan menyebabkan konsumsi ransum yang
semakin berkurang, namun jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian kulit buah kopi fermentasi, konsumsi ayam buras penelitian dengan pemberian kulit buah kopi
fermentasi dengan Aspergilus niger masih lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyu2005 yang menyatakan bahwa ransum yang mengandung serat kasar yang
tinggi tidak mendapat mencapai volume yang lebih besar dari pada penampunganoleh tembolok sehingga usaha untuk meningkatkan konsumsi ransum sesuai dengan
kebutuhan semakin terbatas. Namun demikian pemberian kulit buah kopi masih dapat mengefesienkan bahan
pakan, karena terlihat bahwa perlakuan pemberian pakan tanpa kulit buah kopi fermentasi dengan Aspergilus niger masih lebih rendah dibandingkan Perlakuan pemberian pakan
kulit buah kopi fermentasi dengan Aspergilus niger. Selain itu Perbedaan tingkat konsumsi ransum ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain strain ayam,
keadaan lingkungan, kualitas pakan, palatabilitas pakan, aktifitas ternak dan tingkat energi Muslim,1990; Anggorodi, 1985.
4.2. Pertambahan Berat Badan