43 reaksi, dan sebagainya sebagai usaha untuk menutupi kelemahan
dirinya. 3 Identity moratorium
Status yang ketiga adalah Identity moratorium Eksplorasi tanpa komitmen. Identity moratorium adalah istilah yang
digunakan Marcia bagi remaja yang berada dipertengahan eksplorasi, namun tidak memiliki komitmen yang terlalu jelas
Santrock, 2007: 194. Remaja yang berada pada status ini sedang mengembangkan berbagai alternatif dalam eksplorasi dan akan
mengarah pada komitmen Papalia, 2008: 591. Individu pada status ini cenderung dikuasai oleh prinsip kesenangan dan egoisme
pribadi. Apa yang dilakukan sering kali menyimpang dan tidak pernah sesuai dengan masalahnya. Akibatnya, ia mengalami
stagnasi perkembangan artinya seharusnya ia telah mencapai tahap perkembangan yang lebih maju. Namun karena ia terus-menerus
tidak mau menghadapi danatau menyelesaikan masalahnya Agoes Dariyo, 2004: 84.
4 Identity achivement Status yang keempat adalah Identity achivement eksplorasi
yang mengarah pada komitmen. Identity achivement adalah istilah yang digunakan oleh Marcia bagi remaja yang telah melewati atau
mengatasi eksplorasi identitas dan telah membuat komitmen Santrock, 2007: 194. Marcia menyebutkan dalam riset pada
44 sejumlah kultur menemukan bahwa remaja dalam kategori ini lebih
matang dan kompeten dalam relasi dibandingkan remaja dalam tiga kategori lainnya Papalia, 2008: 591. Seorang dikatakan telah
memiliki identitas diri jati diri jika dalam dirinya telah mengalami krisis dan ia dengan penuh tekad mampu
menghadapinya dengan baik. Justru, dengan adanya krisis akan mendorong dirinya untuk membuktikan bahwa dirinya mampu
menyelesaikannya dengan baik. Walaupun dalam kenyataanya, ia harus mengalami kegagalan tetapi bukanlah akhir dari upaya untuk
mewujudkan potensi pribadinya Agoes Dariyo, 2004:84. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa status
identitas dapat dibagi menjadi empat yaitu identity diffusion, identity forclosure, identity moratorium, dan identity achivement. Individu yang
mengetahui posisinya ada di mana maka akan lebih memudahkannya untuk mencapi identitas diri.
d. Karakteistik Remaja yang Memiliki Identitas Diri
Menurut Santrock 2007:191 mengungkapkan bahwa remaja dinyatakan memiliki identitas diri, jika di dalam dirinya telah melewati
masa krisis dengan baik dan penuh tekad. Dengan adanya krisis mendorong remaja untuk membuktikan bahwa dirinya mampu
menyelesaikan masalah-masalahnya dengan baik. Semakin remaja mengatasi krisis, semakin baik perkembangannya. Erikson Desmita,
2006: 191 menambahkan bahwa remaja yang berhasil mencapai status
45 identitas diri yang stabil, memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang
dirinya, pemahami persamaan dan perbedaan dengan orang lain, menyadari kekurangan dan kelebihan dalam dirinya, penuh percaya diri,
tanggap terhadap berbagai situasi, mampu mengambil keputusan penting, mampu mengantisipasi tantangan masa depan, serta mengenal perannya
dalam masyarakat. Sedangkan pendapat Agoes Dariyo 2004: 80-82 mengatakan
bahwa remaja dikatakan mampu melewati krisis identitasnya apa bila remaja mampu memahami dirinya, memiliki konsep diri yang positif,
dapat mengevaluasi dirinya dengan baik, mampu menghargai dirinya, yakin atas kemampuan yang dimiliki, mampu menumbuhkan rasa percaya
diri yang tinggi, bertanggung jawab, tekun dalam menjalankan tekadnya, serta tidak tergantung pada orang lain. Sedangkan Purnama Nita Qisthi
Hardiyanti, 2012: 33 menjelaskan secara rinci ciri-ciri remaja yang memiliki identitas diri, yaitu: a konsep diri self concept, b evaluasi
diri self evaluation, c harga diri self esteem, d efikasi diri self efficacy, e kepercayaan diri self confidance, f tanggung jawab
responsibility, g komitmen commitment, h ketekunan endurance, i mandiri independence.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik remaja yang dikatakan memiliki identitas diri adalah remaja
memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami persamaan dan perbedaan dengan orang lain, menyadari kekurangan dan
46 kelebihan dalam dirinya, penuh percaya diri, tanggap terhadap berbagai
situasi, mampu mengambil keputusan penting, mampu mengantisipasi tantangan masa depan, bertanggung jawab, mandiri, serta mengenal
perannya dalam masyarakat.
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Identitas Diri
Dalam teorinya Marcia menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi identitas. Adapun tabel yang menjelaskan fakot-fakot yang
mempengaruhi identitas diri menurut Marcia adalah sebagai berikut: Tabel 3. Faktor-faktor Pembentuk Status Identitas Menurut James Marcia
Faktor identity
achivement identity
moratorium identity
forclosure identity
diffusion Keluarga
Orang tua supportif,
perhatian dan
mempercay ai anak
Orang tua tidak
menerima sikap dan
perasaan anak, orang
tua tidak mendengarka
n keluahan dan keinginan
anak Orang tua
tidak punya aturan yang
jelas, anak bingung
terhadap otoritas
orang tua Orang tua
permisif, tidak
berwibawa, dan tidak
memberikan arahan dan
bimbingan dengan baik.
Kepribadia n
Anak punya kekeuatan
ego, kemandiria
n, kontrol diri
internal, akrab,
percayadiri, inisiatif,
kreatif dan berprestasi
Anak tergantung,
kontrol diri eksternal,
cemas, tidak percaya diri
Anak cemas, takut
gagal, egois kurang
percaya diri, harga
dirikonseep diri rendah
Perkembanga n konsep diri
anak lambat, kemampuan
kognitif tidak berfungsi,
dengan baik, ragu-ragu,
pasif tidak inisiatif
Sumber : Faktor Pembentuk Status Identitas Papalia, 2008: 591
47 Berdasarkan tabel faktor-faktor pembentuk status identitas menurut
Marcia tabel 3 dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan identitas diri pada remaja adalah sebagai
berikut: 1 Keberhasilan atau kegagalan melewati krisis normatif pada tahap-
tahap sebelumnya. 2 Faktor-faktor sosial atau lingkungan, baik pengaruh manusia-manusia
yang berinteraksi dengan individu maupun pranata-pranata sosial yang mengatur kehidupan individu dan masyarakat.
3 Ideologi atau nilai-nilai etis dan kebenaran yang diakui dan dianut sebagai prinsip hidup.
4 Proses pengamatan dan refleksi terhadap kehidupan pribadi maupun di luar diri individu.
Kunnen dan Bosman Nita Qisthi Hardiyanti, 2012: 35 mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
identitas diri seseorang, sebagai berikut: a Kepribadian
Perkembangan identitas diri remaja juga dipengaruhi oleh kepribadiannya. Derlega Yusuf Samsul Nurihsan Juntika, 2007: 3
mengartikan keperibadian adalah sistem yang stabil tentang kerakteristik individu yang bersifat eksternal, yang berkontribusi
terhadap pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang konsisten. Remaja dengan kepribadian yang sehat mampu menilai dirinya sebagaimana