86
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan positif antara  dukungan  sosial  teman  sebaya  dengan  identitas  diri  remaja  yang
tinggal  di  panti  asuhan.  Hal  ini  berarti  semakin  tinggi  dukungan  sosial yang diperoleh, maka semakin optimal pula pencapaian identitas diri yang
dimiliki  remaja  di  panti  asuhan,  begitu  pula  sebaliknya,  semakin  rendah dukungan  sosial  teman  sebaya  maka  semakin  kurang  optimal  pula
identitas  diri  yang  dimiliki  remaja  yang  tinggal  di  panti  asuhan.  Selain adanya  hubungan,  dari  hasil  perhitungan  juga  diketahui  bahwa  besarnya
sumbangan dukungan sosial dalam pembentukan identitas diri pada remaja yang  tinggal  di  panti  asuhan  sebesar  40,6,  sehingga  masih  ada  59,4
faktor lain yang mempengaruhi pembentukan identitas diri remaja. Adanya  hubungan  antara  dukungan  sosial  teman  sebaya  dengan
identitas  diri  remaja    ini  sesuai  dengan  pendapat  Smet  1994:  133  jika individu  merasa  didukung  oleh  lingkungan,  segala  sesuatu  dapat  menjadi
lebih mudah
pada waktu
mengalami kejadian-kejadian
yang menegangkan.  Sementara  itu,  ketidakhadiran  dukungan  sosial  dari  teman
sebaya  dapat  menimbulkan perasaan kesepian dan  kehilangan  yang dapat menggangu  proses  pencapaian  identitas  diri  remaja.  Dengan  hasil  ini
menunjukan  bahwa  dukungan  sosial  teman  sebaya  menjadi  salah  satu bagian penting dalam pembentukan identitas diri pada remaja yang tinggal
di panti asuhan.
87 Berdasarkan  hasil  analisis  data  yang  telah  disajikan  di  atas,  maka
diketahui  bahwa  47,27    atau  26  remaja  dari  55  remaja  yang  tinggal  di panti  asuhan  memiliki  skor  nilai  dukungan  sosial  dalam  kategori  sedang.
Hal  ini  menunjukkan  bahwa  mereka  belum  sepenuhnya  merasakan dukungan sosial yang mereka butuhkan.
Berdasarkan  hasil  pengamatan  di  lapangan  dapat  dilihat  bahwa belum optimalnya dukungan teman sebaya ini dipengaruhi oleh hubungan
antara  anak  asuh  yang  satu  dengan  yang  lain  yang  masih  sangat  kurang saling mendukung. Hal ini terlihat dari adanya perselisihan dan perbedaan
pendapat  saat  dalam  menyelesaikan  masalah  serta  kurangnya  jalinan komunikasi  dan  keakraban  antar  remaja  asuh.  Kurangnya  hubungan
emosional  dan  keakraban  antar  anak  asuh  akan  berdampak  besar  dalam pemenuhan  kebutuhan  dukungan  sosial  mereka.  Hal  ini  dikarenakan
keluarga  besar  di  panti  asuhan  merupakan  sumber  dukungan  sosial  yang utama bagi anak asuh.
Peran keluarga sebagai sumber dukungan sosial diungkapkan oleh beberapa  ahli,  seperti  yang  diungkapkan  Rook  dan  Dooley  Zaiuddin  Sri
Kuntjoro,  2002  yang  menyebutkan  sumber  dukungan  sosial  natural berasal dari anggota keluarga termasuk saudara, teman dekat, dan bahkan
relasi.  Selain  itu  Rodin  dan  Salovey  Smet,  1994:133  juga  menyebutkan hal yang sama bahwa dukungan sosial yang utama diperoleh individu dari
sebuah  perkawinan  dan  keluarga,  sehingga  keluarga  menjadi  bagian terpenting dalam pemberian bantuan dan pemberian dukungan.