Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis

87 Berdasarkan hasil analisis data yang telah disajikan di atas, maka diketahui bahwa 47,27 atau 26 remaja dari 55 remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki skor nilai dukungan sosial dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa mereka belum sepenuhnya merasakan dukungan sosial yang mereka butuhkan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dapat dilihat bahwa belum optimalnya dukungan teman sebaya ini dipengaruhi oleh hubungan antara anak asuh yang satu dengan yang lain yang masih sangat kurang saling mendukung. Hal ini terlihat dari adanya perselisihan dan perbedaan pendapat saat dalam menyelesaikan masalah serta kurangnya jalinan komunikasi dan keakraban antar remaja asuh. Kurangnya hubungan emosional dan keakraban antar anak asuh akan berdampak besar dalam pemenuhan kebutuhan dukungan sosial mereka. Hal ini dikarenakan keluarga besar di panti asuhan merupakan sumber dukungan sosial yang utama bagi anak asuh. Peran keluarga sebagai sumber dukungan sosial diungkapkan oleh beberapa ahli, seperti yang diungkapkan Rook dan Dooley Zaiuddin Sri Kuntjoro, 2002 yang menyebutkan sumber dukungan sosial natural berasal dari anggota keluarga termasuk saudara, teman dekat, dan bahkan relasi. Selain itu Rodin dan Salovey Smet, 1994:133 juga menyebutkan hal yang sama bahwa dukungan sosial yang utama diperoleh individu dari sebuah perkawinan dan keluarga, sehingga keluarga menjadi bagian terpenting dalam pemberian bantuan dan pemberian dukungan. 88 Pada usia remaja minat terhadap lingkungan sosialnya mulai berkembang, mereka menginginkan menjadi bagian dari sebuah kelompok sosial yang ada, oleh karena itu mereka sangat membutuhkan dukungan sosial baik yang berupa dukungan emosional, dukungan fisik dan dukungan informasi. Akan tetapi pada remaja yang tinggal di panti asuhan kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan minat sosialnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa remaja asuh diketahui bahwa remaja asuh di panti asuhan Sinar Melati sangat dibatasi dalam mengembangkan minat sosial. Hal ini dapat dilihat dari batasan untuk mengikuti organisasi baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar panti asuhan, di sekolah mereka hanya dibolehkan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang bersifat wajib saja. Sedangkan untuk organisasi di luar sekolah tidak diijinkan, bahkan tidak diijinkan juga untuk kegiatan karang taruna di kampung tersebut. Di sisi lain keterangan dari pengasuh, peraturan ini dibuat bukan semata-mata untuk membatasi remaja asuh dalam mengembangkan minat sosialnya. Peraturan ini dibuat agar remaja asuh tetap mengutamakan belajar. Bukan hanya belajar saja, pihak panti melihat jika remaja asuh dibebaskan mengikuti kegiatan yang mereka sukai, ini akan berdampak pada kegiatan di panti asuhan yang juga sudah cukup padat. Sebenarnya tujuan dari panti asuhan ini baik, hanya saja dengan banyaknya batasan ini maka lingkungan sosial yang utama remaja asuh hanya pada panti asuhan 89 tersebut, padahal di panti asuhan mereka belum cukup mendapat dukungan yang sesuai, maka tidak heran jika memiliki skor dukungan sosial sedang. Pada hasil perhitungan variabel identitas diri diketahui bahwa terdapat 67,27 atau 37 subjek berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, identitas diri pada remaja di panti asuhan yang tergolong sedang ini dikarenakan kehidupan mereka yang berada di panti jauh dari keluarga. Hal ini membuat anak-anak di panti sangat kurang dalam pemenuhan kebutuhan, kasih sayang dan perhatian. Kondisi lain yang menunjang masih rendahnya identitas diri remaja yaitu masih kurang menghargai kelebihan anak asuh yang lain. Selain itu dengan adanya batasan terhadap minat sosial remaja asuh, dan minimnya interaksi sosial remaja, sehingga remaja asuh tidak dapat mengembangkan identitas dirinya dan tidak dapat mengenali kelebihan dan kelemahan pada dirinya. Hal ini sangat berpengaruh pada pembentukan identitas diri remaja asuh, maka tidak heran jika pada remaja asuh memiliki skor identitas diri yang tergolong sedang. Agar remaja yang tinggal di panti asuhan dapat mencapai pembentukan identitas diri yang optimal, maka mereka sangat memerlukan adanya dukungan sosial dari orang-orang terdekatnya khususnya teman-teman sesama penghuni panti asuhan. Pentingnya dukungan sosial ini sesuai dengan pendapat Winnubust Smet, 1994:133 yang mengatakan bahwa dukungan sosial tidak terlepas dari hubungan akrab, sehingga dari interaksi tersebut individu menjadi lebih tahu bahwa