PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT, ECONOMIC VALUE ADDED, UKURAN PERUSAHAAN DAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP CREATED SHAREHOLDER VALUE

(1)

commit to user

i

PENGARUH

EARNINGS MANAGEMENT, ECONOMIC VALUE

ADDED,

UKURAN PERUSAHAAN DAN

CORPORATE

GOVERNANCE

TERHADAP

CREATED SHAREHOLDER VALUE

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi

Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

ARIO ADI NUGROHO NIM. F0304036

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

HALAMAN MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. A Lam Nasyrah : 6)

“Hai sekalian orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang

yang sabar.”

(QS. Al. Baqarah : 153)


(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kan ku persembahan karya kecilku ini untuk: Allah SWT atas karunia dan kemurahan hatiNya yang telah melimpahkan ilmu pengetahuan yang tiada terkira nilainya

Bapak & Ibuku yang paling aku cintai terima kasih doa, bimbingan, dan kasih sayangnya kepada ananda Teman-teman tersayang yang tidak bosan-bosannya memberikan dukungan & semangatnya Terima kasih semuanya


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sumber dari segala ilmu pengetahuan yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya dan menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sebelas Maret.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama perkuliahan sehingga selesainya skripsi ini, terutama kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com,Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Jaka Winarna M.Si,Ak, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Prof. Dr. Rahmawati, M.Si, Ak, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, perhatian, dan pengarahan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si, Ak, selaku ketua dan ibu Dra. Setyaningtyas. H, MM, Ak, selaku anggota.


(7)

commit to user

vii

6. Semua dosen, staff perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak memberikan andil selama penulis menimba ilmu hingga akhirnya tertuang dalam penulisan skripsi ini.

7. Kedua orang tuaku, Bapak Soemartono & Ibu Maya yang selalu memberikan nasehat dan dukungannya serta tidak henti-hentinya memberikan doanya untukku.

8. Bowo, Mono, Dodi, Akin, Irfan, Kates, Agus, dan teman-teman akuntansi 2006 yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Dinar, Selly, Icha, Veni, Kartika, Dika, Reni, Helga yang telah mengisi warna dalam hidupku.

10. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimilki oleh penulis. Oleh karena itu, segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak di kemudian hari.

Penulis, September 2010


(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penuliasan... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan ... 12

B. Manajemen Laba ... 13


(9)

commit to user

ix

2. Bentuk Manajemen Laba ... 15

C. Corporate Governance ... 17

D. Economic Value Added (EVA) ... 22

E. Created Shareholder Value (CSV) ... 23

F. Firm Size (Ukuran Perusahaan) ... 24

G. Review Penelitian dan Hipotesis ... 24

1. Pengaruh Earning Management Terhadap Created Shareholder Value ... 24

2. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Created Shareholder Value ... 26

3. Pengaruh Economic Value Added Terhadap Creatad Shareholder Value ... 28

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm Size) Terhadap Created Shareholder Value ... 32

5. Kerangka Teoritis ... 33

BAB III METODA PENELITIAN A. Data Penelitian ... 34

B. Sampel Penelitian ... 34

C. Variabel Penelitian ... 35

1. Variabel Dependen ... 35

2. Variabel Independen ... 36


(10)

commit to user

x

1. Pengujian Asumsi Klasik ... 40

2. Pengujian Regresi Berganda ... 43

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data ... 45

B. Analisis Deskriptif ... 45

C. Pengujian Asumsi Klasik ... 48

1. Pengujian Normalitas ... 48

2. Pengujian Multikolienaritas ... 49

3. Pengujian Autokorelasi ... 51

4. Pengujian Heterokedastisitas ... 52

D. Pengujian Hipotesis ... 53

1. Pengujian Parameter Regresi Simultan (Signifikansi-F) ... 55

2. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 56

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Keterbatasan Penelitian ... 63

C. Implikasi ... 64

D. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA


(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel IV. 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 46

Tabel IV. 2 Hasil Uji Normalitas Data... 48

Tabel IV. 3 Hasil Uji Normalitas Data Setelah Outlier ... 49

Tabel IV. 4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 50

Tabel IV. 5 Hasil Uji Autokorelasi ... 51

Tabel IV. 6 Hasil Uji Heterokedastisitas... 52

Tabel IV. 7 Hasil Analisis Regresi Ganda ... 53


(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel ... 71

Lampiran 2 Statistik Deskriptif ... 72

Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier (i) ... 72

Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier (ii) ... 73

Lampiran 4 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 73

Lampiran 5 Hasil Uji Hipotesis dan Multikolinieritas ... 76


(13)

commit to user

ABSTRAK

PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT, ECONOMIC VALUE ADDED,

UKURAN PERUSAHAAN DAN CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP CREATED SHAREHOLDER VALUE

Ario Adi Nugroho NIM: F0304036

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh earning management, economic value added, firm size, dan corporate

governance terhadap created shareholder value pada perusahaan terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Untuk tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel dipilih dengan menggunakan purposive sampling method dan diperoleh 125 perusahaan. Penelitian ini menggunakan alat analisis data multiple regression dengan bantuan software

komputer untuk statistik SPSS versi 16.00.

Pengujian data yang dilakukan meliputi uji asumsi klasik sebagai prasyarat uji regresi berganda dan menujukkan bahwa data penelitian terbebas dari asumsi klasik baik normalitas data, autokorelasi, multikolinieritas maupun heteroskedasisitas. Pengujian hipotesis dengan regresi berganda memperoleh hasil bahwa earning

management, economic value added, firm size dan corporate governance yang

dinyatakan dengan komisaris independen berpengaruh terhadap created shareholder

value. Sementara itu, hasil pengujian juga menunjukkan bahwa corporate governace

yang dinyatakan dengan kualitas audit dan kepemilikan manjerial tidak berpengaruh terhadap created shareholder value. Berdasar hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama, kedua dan ketiga dalam penelitian ini diterima. Sementara itu, hipotesis keempat diterima untuk corporate governance yang dinyatakan dengan komisaris independen, tetapi hipotesis keempat ditolak untuk corporate governance

yang dinyatakan dengan kualitas audit dan kepemilikan manajerial.

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu; menggunakan empat varaibel independen, menggunakan tiga ukuran corporate governance, menggunakan periode penelitian lima tahun dan tidak memisahkan sampel penelitian berdasarkan sektor industri yang dengan keterbatasan penelitian tersebut kemungkinan dapat berpengaruh pada hasil penelitian.

Kata Kunci: earning management, economic value added, corporate governance,

komisaris independen, kualitas audit, kepemilikan manjerial, firm size dan created shareholder value.


(14)

commit to user ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EARNINGS MANAGEMENT, ECONOMIC VALUE ADDED, FIRM SIZE, AND CORPORATE GOVERNANCE OF THE

CREATED SHAREHOLDER VALUE Ario Adi Nugroho

NIM: F0304036

The study was conducted to obtain empirical evidence relating the influence of earnings management, economic value added, firm size, and corporate governance of the created shareholder value in companies listed in Indonesia Stock Exchange. For this purpose, this study used the population throughout the company listed in the Indonesian Stock Exchange. The sample was selected using purposive sampling method and obtained 125 companies. This research uses tools of data analysis multiple regression with the aid of computer software for statistical SPSS version of 16.00.

The testing data performed covers classical assumption as a prerequisite test regression and showed that data was free from classical assumptions both normality data, autocorrelation, multicollinearity and heteroskedasisitas. Testing the hypothesis with multiple regression result that earnings management, economic value added, firm size, and corporate governance that are stated with the commissioners created an independent effect on shareholder value. Meanwhile, test results also showed that corporate governance expressed by the ownership of audit quality and manajerial no effect on the created shareholder value. Based on these test results can be concluded that the first hypothesis, the second and third in this study received. Meanwhile, the fourth hypothesis is accepted for corporate governance that is indicated by an independent commissioner, but the fourth hyphothesis is rejected for corporate governance that are stated with the quality auditing and managerial ownership.

The study has limitations, they are: using the four independent variable, using three sizes of corporate governance, using a five-year research period and not separating the sample based on industry sectors with the limitations of such research could possibly affect the results of research.

Keywords: earnings management, economic value added, corporate governance, independent commissioners, audit quality, manajerial ownership, firm size, and created shareholder value.


(15)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laporan keuangan merupakan bagian utama dalam pelaporan keuangan yang dapat dijadikan sarana penting untuk mengkomunikasikan informasi kepada pihak–pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan baik pihak internal (manajer, karyawan) maupun pihak eksternal (pemegang saham, investor, dan pemerintah). Laporan keuangan juga merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik (Belkaoui, 1993). Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada pemakai laporan agar dapat membantu menterjemahkan aktivitas ekonomi dari suatu perusahaan dan untuk menilai posisi keuangan perusahaan serta dipakai sebagai salah satu parameter untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, oleh karena itu laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya untuk mengambil keputusan, seiring dengan kegunaan dari laporan keuangan tersebut maka laporan keuangan harus disajikan dengan benar sesuai dengan standar pelaporan yang berlaku.

Menurut Healy dan Palepu dalam Utami (2005), ada tiga kondisi yang menyebabkan komunikasi melalui laporan keuangan tidak sempurna dan tidak transparan, yaitu: (1) dibandingkan dengan investor, manajer memiliki informasi lebih banyak tentang strategi dan operasi bisnis yang dikelolanya, (2) kepentingan


(16)

commit to user

2

manajer tidak selalu selaras dengan kepentingan investor, dan (3) ketidaksempurnaan dari aturan akuntansi dewan audit.

Laporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan mengenai pertanggungjawaban pihak manajemen (Schipper dan Vincent, 2003 dalam Boediono, 2005). Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pihak–pihak internal maupun eksternal yang kurang memiliki wewenang untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber langsung perusahaan.

Dapat dinyatakan dalam kerangka konseptual Financial Accounting

Standard Boards (FASB) bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk

memberikan informasi yang berguna untuk kepentingan bisnis. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik. Laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Laporan keuangan juga menunjukkan kinerja manajemen dan merupakan sumber untuk mengevaluasi kinerja manajemen itu sendiri.

Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas yang disusun berdasarkan akrual (accrual basis), dan laporan arus kas yang disusun berdasarkan kas (cashbasis). Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi


(17)

commit to user

3

keuangan perusahaan secara riil, namun di sisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Dari laporan keuangan tersebut, salah satu parameter yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen adalah laba.

Menurut PSAK Nomor 1, informasi dapat dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan pertambahan sumber dayanya. Bagi pemilik saham dan/ investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis (wealth) yang akan diterima melalui pembagian dividen. Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian pihak – pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan. Dengan adanya alasan tersebut akan mendorong timbulnya praktik manajemen laba.

Ketika pada suatu kondisi di mana pihak manajemen tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh Standar Akuntansi Keuangan dalam menyusun laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan. Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat


(18)

commit to user

4

memberikan informasi laba lebih baik. Fleksibilitas manajemen untuk memanajemen laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar.

Scott (2003) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara ilmiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Sementara itu, menurut Copeland dalam Utami (2005), manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen.

Fischer dan Rosenzweig (1995) dalam Achmad dan Subekti (2007) menyatakan, manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (menurunkan) laba yang dilaporkan saat ini dari suatu unit yang menjadi tanggung jawab manajer tanpa mengkaitkan dengan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang.

Dasar akrual (accrual basis) harus dipegang oleh pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan termasuk dalam melaporkan laba. Akuntansi akrual terdiri dari Discretionary Accruals dan Non Discretionary Accruals.

Discretionary Acrruals merupakan akrual yang ditentukan manajemen

(management determined). Manajer dapat memilih kebijakan dalam hal metode

dan estimasi akuntansi. Discretionary Accruals juga memberi kebebasan kepada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel. Penentuan cadangan kerugian piutang yang akan menaikkan piutang bersih, menaikkan


(19)

commit to user

5

persediaan, menurunkan hutang dagang, dan hutang akrual merupakan contoh

Discretionary Accruals.

Non Discretionary Accruals merupakan akrual yang ditentukan atas

kondisi ekonomi (economically determined). Non Discretionary Accruals juga berarti transaksi yang dicatat dengan menggunakan satu prosedur, apabila prosedur tersebut dipilih maka manajemen diharapkan konsisten dalam menggunakan prosedur yang telah dipilih. Total akrual dari sebuah perusahaan merupakan proksi dari kebijakan akuntansi akrual yang mengarah pada tindakan manajemen laba. Hal ini karena kebijakan yang terkait dengan akrual sering digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan sehingga sulit untuk dideteksi. Oleh karena itu, banyak peneliti yang melakukan pendeteksian terhadap manajemen laba menggunakan total akrual sebagai proksi dari manajemen laba.

Teori agensi memberikan pandangan bahwa masalah earnings

management dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui good

corporate governance. Praktik earnings management oleh manajemen dapat

diminimumkan melalui mekanisme monitoring untuk menyelaraskan (alignment) perbedaan kepentingan pemilik dan manajemen antara lain dengan; (1) memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial

ownership) (Jensen Meckling, 1976); (2) kepemilikan saham oleh institusional

karena mereka dianggap sebagai sophisticated investor dengan jumlah kepemilikan yang cukup signifikan dapat memonitor manajemen yang berdampak mengurangi motivasi manajer untuk melakukan earnings management. (Pratan


(20)

commit to user

6

dan Mas’ud, 2003); (3) peran monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen (Barnhart & Rosenstein, 1998); (4) kualitas audit yang dilihat dari peran auditor yang memiliki kompetensi yang memadai dan bersikap independen sehingga menjadi pihak yang dapat yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka–angka akuntansi yang dilaporkan manajemen (Mayangsari, 2003).

Praktik corporate governance memiliki hubungan yang signifikan terhadap earnings management seperti penelitian yang dilakukan Watfield et. al., 1995, Gabrielsen, et. al., 1997, Wedari, 2004, Midiastuty dan Machfoedz, 2003. Sedangkan menurut Siregar dan Bachtiar, 2004; Darmawati, 2003, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara praktik corporate governance terhadap earnings

management. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat opportunistic

manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pemakainya seperti para investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang. Berdasarkan uraian tentang praktek earnings management terdapat potensi bahwa peran corporate governance sebagai pereda praktik earnings management yang dilakukan manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Corporate governance yang baik dari suatu perusahaan, harus

mempertimbangkan sebuah jaminan kredibilitas atas keuangannya dan laporan akuntansinya. Hal ini sesuai dengan survei oleh McKinsey (2002), yang menunjukkan 15% dari para investor mempertimbangkan corporate governance


(21)

commit to user

7

pertumbuhan potensial perusahaan tersebut. Sebuah literatur (Brown and Caylor, 2005; Durnev and Kim, 2005; dan Drobetz et. al., 2004) menyarankan bahwa

corporate governance yang baik harus dapat menunjukkan kearah pengembalian

saham yang lebih tinggi dan sebagai konsekuensi, penilaian perusahaan akan lebih tinggi.

Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources (berinvestasi) dari investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi yang lebih menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan dalam bentuk investasi yang tidak layak. Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian, penerapan Good Corporate Governance (GCG) dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Economic Value Added (EVA) memfokuskan pada efektivitas manajerial

dalam satu tahun tertentu. Economic Value Added (EVA) memberikan tolak ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada Economic

Value Added (EVA), maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka

beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Economic Value Added (EVA) dapat ditentukan untuk divisi serta untuk


(22)

commit to user

8

perusahaan secara keseluruhan, sehingga Economic Value Added (EVA) memberikan dasar yang berguna dalam menentukan kompensasi manajemen pada semua tingkatan. Sehingga saat ini banyak perusahaan yang menggunakan

Economic Value Added (EVA) sebagai dasar utama untuk menentukan

kompensasi manajemen dan nilai perusahaan.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Seboui (2006) yang menguji pengaruh Earning Management dan Corporate

Governance terhadap Economic Value Added (EVA) dan Created Shareholder

Value (CSV), dengan menambahkan variabel Ukuran Perusahaan sebagaimana

digunakan Herawaty (2008), maka penelitian ini menguji pengaruh Earning

Management, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Economic Value

Added (EVA) terhadap Created Shareholder Value (CSV).

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dan beberapa penelitian sebelumnya, maka masalah yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah:

a. Apakah Earning Management mempunyai pengaruh terhadap Created

Shareholder Value (CSV)?

b. Apakah Corporate Governance mempunyai pengaruh terhadap

Created Shareholder Value (CSV)?

c. Apakah Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Created


(23)

commit to user

9

d. Apakah Economic Value Added (EVA) mempunyai pengaruh terhadap

Created Shareholder Value (CSV)?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini. a. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh Earning Management

terhadap Created Shareholder Value (CSV).

b. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh Corporate Governance

terhadap Created Shareholder Value (CSV).

c. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Created Shareholder Value (CSV).

d. Memperoleh bukti empiris terkait pengaruh Economic Value Added

(EVA) terhadap Created Shareholder Value (CSV).

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain: a. Bagi perusahaan

Para pemakai laporan keuangan dan manajemen perusahaan dapat lebih memahami pengaruh praktik Corporate Governance dan

Earnings Management yang dilakukan perusahaan dan juga pengaruh

Ukuran Perusahaan dan Economic Value Added (EVA) terhadap


(24)

commit to user

10 b. Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan paradigma baru dan melengkapi teori yang sudah ada, sehingga dapat memperoleh permodelan–permodelan praktik Corporate Governance dan Earnings

Management yang secara konseptual berpengaruh terhadap Created

Shareholder Value (CSV) dan juga mengetahui pengaruh dari Ukuran

Perusahaan dan Economic Value Added (EVA) terhadap Created

Shareholder Value (CSV).

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Supaya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai laporan penelitian (skripsi) ini, maka penulisannya akan dibagi dalam lima bab yang sistematis, sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan landasan teori, penelitian terdahulu yang menjadi dasar penelitian, kerangka pemikiran, dan perumusan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan metodologi penelitian yang menjelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, populasi, sampel, teknik


(25)

commit to user

11

sampling, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel dan pengukurannya, serta teknik analisis data.

Bab IV Analisis dan Pembahasan

Bab ini berisi analisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat uji yang sudah disebutkan pada bab sebelumnya. Dari analisa tersebut kemudian diinterpretasikan, sehingga ditemukan suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian.

Bab V Penutup

Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analis dan pembahasan yang telah dilakukan, keterbatasan dalam penelitian, serta saran atau masukan yang perlu diperhatikan dalam penelitian selanjutnya.


(26)

commit to user

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Keagenan (Agency Theory)

Perspektif teori agensi yang digunakan merupakan dasar yang digunakan guna memahami isu corporate governance dan earnings management. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan diantara principal

dan agent. Jensen dan Meckling (1976), Watts & Zimmerman (1986) menyatakan

bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka–angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak–pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agent sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan mengawasi sampai sejauh mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya dan serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agent.

Corporate Governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada

teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan. Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri, menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana / kapital yang telah


(27)

commit to user

13

ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para manajer (Sheifer dan Vishny, 1997).

Teori keagenan (agency theory) menekankan pentingnya pemilik perusahaan atau pemegang saham (principal) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga–tenaga profesional (agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari–hari agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin. Namun, adanya keleluasaan pengelola manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba perusahaan bisa mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan pengelolanya sendiri dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan. Manajemen memerlukan jasa pihak ketiga agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya. Oleh karenanya, diperlukan peran pihak independen guna menilai kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Auditor eksternal yang bekerja independen dari manajemen perusahaan dan akuntan internal bertugas memeriksa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dan mengeluarkan pendapat auditor tentang kewajaran laporan keuangan tersebut serta ketaatannya terhadap prinsip akuntansi yang berlaku.


(28)

commit to user

14

B. Manajemen Laba

1. Definisi Manajemen Laba

Menurut Schipper (1989), manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Scott (2003) mendefinisikan manajemen laba sebagai pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari Standar Akuntansi Keuangan yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.

Scott (2003) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political cost (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient

Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu

fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income

smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.

Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Beberapa pihak yang berpendapat bahwa manajemen laba merupakan perilaku yang tidak dapat diterima, mempunyai alasan bahwa


(29)

commit to user

15

manajemen laba berarti suatu pengurangan dalam keandalan informasi laporan keuangan. Investor mungkin tidak menerima informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan risiko portofolionya (Ashari dkk, 1994) dalam Rahmawati (2006).

Suyatmin dan Suwarno (2002) menyatakan bahwa terdapat tiga sasaran yang dapat dicapai oleh manajer berkaitan dengan praktik manajemen laba, yaitu :

a) Minimisasi beban politis (political cost minimization)

b) Maksimisasi kesejahteraan manajer (manager wealth maximization) c) Minimisasi beban finansial (minimization of financial cost)

Manajemen laba menurut Mulford dan Comiskey (2002), merupakan

financial numbers game (permainan angka – angka keuangan) yang dilakukan

melalui creative accounting practises akibat adanya kelonggaran flexibility

principles yang dikeluarkan oleh GAAP.

2. Bentuk Manajemen Laba

Bentuk manajemen laba menurut Scott (2003) adalah terdiri: Taking a Bath,

Income Minimization, Income Maximization, dan Income Smoothing.

1. Taking a Bath

Terjadinya taking a bath pada periode stress atau reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer merasa dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya beban pada periode mendatang dan kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi buruk yang tidak menguntungkan


(30)

commit to user

16

tidak dapat dihindari pada periode tersebut. Untuk itu, manajemen harus menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan laba mendatang serta melakukan clear the desk, sehingga laba yang dilaporkan di periode yang akan datang meningkat.

2. Income Minimization

Bentuk ini hampir sama dengan “taking a bath”, namun lebih sedikit

lunak, yakni dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran – pengeluaran sebagai beban. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, beban iklan dan pengeluaran untuk Research and

Development, hasil akuntansi untuk beban eksplorasi minyak, gas, dan

sebagainya.

3. Income Maximization

Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net

income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Perusahaan yang

melakukan pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan. Jadi income maximization dilakukan pada saat laba menurun.

4. Income Smoothing

Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level tertentu. Manurut Beidelman (1973) dalam Suyatmin dan Suwarno (2002) income smoothing merupakan usaha yang sengaja


(31)

commit to user

17

untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan.dalam hal ini perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi batas–batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar.

C. Corporate Governance

Beberapa konsep tentang corporate governance antara lain yang dikemukakan oleh Shleifer and Vishny (1997) yang menyatakan corporate

governance berkaitan dengan cara atau mekanisme untuk meyakinkan para

pemilik modal dalam memperoleh return yang sesuai dengan investasi yang telah ditanam. Iskandar dkk (1999) menyatakan bahwa corporate governance merujuk pada kerangka aturan dan peraturan yang memungkinkan stakeholders untuk membuat perusahaan memaksimalkan nilai dan untuk memperoleh return. Selain

itu corporate governance merupakan alat untuk menjamin direksi dan manajer

(atau insider) agar bertindak yang terbaik untuk kepentingan investor luar (kreditur atau shareholder) (Prowson, 1998).

Menurut Linan (2000) terdapat empat prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik. Keempat prinsip tersebut adalah :

1. Keadilan (fairness) yang meliputi : (a) Perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham, (b) Perlakuan yang sama bagi para pemegang saham.

2. Transparansi (transparancy) yang meliputi: (a) Pengungkapan informasi yang bersifat penting, (b) Informasi harus disiapkan, diaudit


(32)

commit to user

18

dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan yang berkualitas, dan (c) Penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu, dan efisien. 3. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability) yang meliputi meliputi

pengertian bahwa: (a) Anggota dewan direksi harus bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan para pemegang saham, (b) Penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen, dan (c) Adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu. 4. Pertanggungjawaban (responsibility) meliputi: (a) Menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan, (b) Para pihak yang berkepentingan harus mempunyai kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka, (c) Dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan pihak yang berkepentingan, dan (d) Jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai akses terhadap informasi yang relevan.

Penelitian mengenai corporate governance menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa tindakan manajemen selaras dengan kepentingan shareholders. Mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) Internal mechanism (mekanisme internal) seperti: komposisi dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. (2) External mechanism seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing. (Barnhart & Rosentein, 1998). Utama (2003) prinsip– prinsip CG yang diterapkan memberikan manfaat diantaranya yaitu: (1)


(33)

commit to user

19

meminimalkan agency cost dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara principal dengan agent; (2) meminimalkan cost of capital

dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal; (3) meningkatkan citra perusahaan; (4) meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of

capital yang rendah, dan (5) peningkatan kinerja keuangan dan persepsi

stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik.

Dengan alasan meningkatkan nilai perusahaan, manajemen melakukan tindakan oportunis dengan melakukan earnings management. Oleh karena itu adanya praktik corporate governance di perusahaan akan membatasi earnings

management karena adanya mekanisme pengendalian dalam perusahaan tersebut.

Praktik corporate governance dapat dproksi dengan komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional.

a. Komisaris Independen

Dechow dkk (1996) meneliti bahwa perusahaan memanipulasi laba lebih besar kemungkinannya apabila memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki Chief Executive Officer (CEO) yang merangkap menjadi

chairman of board. Hal ini berarti tindakan memanipulasi akan

berkurang jika struktur dewan direksi berasal dari luar perusahaan. Jika fungsi independensi dewan direksi cenderung lemah, maka ada kecenderungan terjadinya moral hazard yang dilakukan oleh para direktur perusahaan untuk kepentingannya melalui pemilikan perkiraan akrual yang berdampak pada manajemen laba dan konsisten dengan


(34)

commit to user

20

Wedari (2004) yang menyimpulkan bahwa komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap discretionary accruals. Perusahaan yang menyelenggarakan sistem corporate governance

diyakini akan membatasi pengelolaan laba yang oportunis. Oleh sebab itu, semakin tinggi proporsi komisaris independen, kepemilikan manajerial, semakin kecil kemungkinan earnings management

dilakukan. Sehingga hubungannya negatif antara corporate

governance dan earnings management ini dapat memperlemah

pengaruh antara earnings management dan nilai perusahaan.

b. Kepemilikan Manajerial

Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan – kepentingan manajer dengan pemegang saham. Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga menajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya. Dalam kepemilikan saham yang rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat (Shleifer dan Vishny, 1986). Warfield et. al., (1995) dalam penelitiannya yang menguji kepemilikan manajerial dengan discreationary accrual dan kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial berhubungan negatif


(35)

commit to user

21

dengan discreationary accrual. Demikian halnya penelitian oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat membatasi perilaku oportunistik manajer dalam bentuk earnings management, walaupun Wedari (2004) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial juga memiliki motif lain. Dalam penelitian ini mengacu pada teori yang ada yang menyatakan kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai mekanisme corporate governance sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam memanipulasi laba, hal ini berarti kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan earnings

management.

c. Kualitas Audit

Penelitian yang dilakukan oleh Becker dkk (1998) menemukan bahwa klien dari auditor Non Big 4 melaporkan discretionary accrual yang secara rata-rata lebih tinggi dari yang dilaporkan oleh klien auditor Big 4. Berarti dapat disimpilkan klien dari auditor Non Big 4 cenderung lebih tinggi dalam melakukan earnings management. Teoh dan Wong (1993) berargumen bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas Earnings Respons Coeficient (ERC). Diduga bahwa klien dari auditor Non Big 4 cenderung lebih tinggi dalam melakukan earnings

management. Hal ini berarti kualitas audit berhubungan negatif dengan

earnings management. Walaupun demikian untuk kasus Indonesia


(36)

commit to user

22

tidak menemukan pengaruh signifikan dengan earnings management

yang dilakukan perusahaan.

D. Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) merupakan salah satu konsep ukuran

kinerja keuangan yang dicetuskan pertama oleh analisis keuangan Stern dan Stewart dalam usahanya untuk memperoleh jawaban terhadap metoda penilaian yang lebih baik. Tujuan analisis EVA adalah untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dan sekaligus memperhatikan kepentingan dan harapan penyandang dana yaitu kreditur dan pemegang saham. Dengan metoda EVA akan diperoleh perhitungan ekonomis yang realistis karena EVA dihitung berdasarkan biaya modal rata–rata tertimbang. Dengan demikian kepentingan kreditur dan pemegang saham sangat diperhatikan.

Menurut Tandelilin (2001), Economic Value Added (EVA) merupakan ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah

(value added) bagi perusahaan. Asumsinya jika kinerja manajemen baik atau

efektif (dilihat dari nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. Economic Value Added (EVA) memberikan tolok ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada

Economic Value Added (EVA) ini akan membantu memastikan bahwa mereka

beroperasi dengan cara konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham.


(37)

commit to user

23

bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan (Bringham dan Houstan, 2001). Hal ini jelas sekali bila dibandingkan dengan alat ukur tradisional yaitu: ROE dan ROA, bahwa pengukur tersebut mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah menciptakan nilai atau tidak.

Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Nilai pasar yang dimaksud adalah berhubungan dengan harga saham dari suatu perusahaan dibandingkan dengan rata–rata harga saham yang beredar di pasar (capital

market).

E. Created Shareholder Value (CSV)

Suatu perusahaan menciptakan nilai untuk pemegang saham (shareholder) ketika pengembalian (return) pemegang saham (shareholder) melebihi biaya modal (pengembalian/return yang diperlukan untuk ekuitas). Dengan kata lain, sebuah perusahaan menciptakan nilai dalam satu tahun ketika pengembalian

(return) pemegang saham (shareholder) melebihi harapan. Created Shareholder

Value (CSV) didefinisikan sebagai berikut : CSV = shareholder value added

(equity market value x Ke). Dimana: shareholder value added = increase in


(38)

commit to user

24

conversions. Increase in equity market value = equity market valuetequity

market valuet1. Ke = return of treasurybonds + required return to equity.

F. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Ukuran perusahaan sebagai salah satu variabel yang termasuk faktor – faktor spesifik perusahaan telah banyak diujikan dalam berbagai penelitian. Aryati dan Theresia (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset yang dimiliki berpengaruh signifikan terhadap nilai perushaan. Wirakusuma (2004); Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang semakin besar, maka waktu penyelesaian audit laporan keuangan semakin pendek. Hal ini dikarenakan adanya dorongan dari manajemen perusahaan besar untuk mengurangi penundaan audit karena perusahaan besar cenderung diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan, dan regulator. Di samping itu, perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor dalam menyelesaikan pekerjaannya (Subekti dan Widiyanti, 2004). Untuk penelitian di luar negeri, Owusu – Ansah (2000); Ismail dan Chandler (2006); Dyer dan Mchugh (1975); Carslaw dan Kaplan (1991); Ashton, Willingham, dan Elliot (1987) menemukan bahwa semakin besar perusahaan, yang diukur melalui total aset, maka semakin cepat perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan.


(39)

commit to user

25

G. Review Penelitian dan Hipotesis

1.Pengaruh Earning Management terhadap Created Shareholder Value

Salah satu cara yang dilakukan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan adalah

earnings management yang diharapkan dapat meningkatkan Created Shareholder

Value (CSV) pada saat tertentu. Tujuan earnings nanagement adalah

meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan laba yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu keuntungan (Fischer & Rosenzweig, 1995 dan Scott, 1997: 294). earnings management yang dilakukan manajemen perusahaan akan meningkatkan Created Shareholder Value (CSV) lalu kemudian akan turun. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan kepada para pemakainya seperti para investor dan kreditor, sehingga Created

Shareholder Value (CSV) akan berkurang.

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dibanding pemilik (pemegang saham) sehingga menimbulkan asimetri informasi. Manajer diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan merupakan cerminan nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna eksternal perusahaan karena kelompok itu berada dalam kondisi yang paling tidak tinggi tingkat kepastiannya (Ali, 2002).


(40)

commit to user

26

Asimetri antara manajemen dan pemilik memberikan kesempatan pada manajer untuk melakukan manajemen laba guna meningkatkan nilai perusahaan

dan Created Shareholder Value (CSV) pada saat tertentu sehingga dapat

menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai Created Shareholder Value

(CSV) dan nilai perusahaan sebenarnya. Sloan (1996) menguji sifat kandungan informasi komponen akrual dan komponen aliran kas apakah terefleksi dalam harga saham. Terbukti bahwa kinerja laba yang berasal dari komponen akrual sebagai aktivitas earnings management memiliki persistensi yang lebih rendah dibanding aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih besar dari aliran kas operasi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan dan Created Shareholder Value (CSV) saat ini.

Atas dasar paparan di atas, maka hipoteisis dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini.

H1: Earning Management mempunyai pengaruh terhadap Created Shareholder

Value (CSV).

2. Pengaruh Corporate Governance terhadap Created Shareholder Value

(CSV)

Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan resources (berinvestasi) dari investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi yang lebih menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan dalam bentuk


(41)

commit to user

27

investasi yang tidak layak. Corporate Governance merupakan suatu sitem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan demikian, penerapan Good Corporate Governance (GCG) dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan dan created shareholder value (CSV).

Silveira dan Barros (2006) meneliti pengaruh kualitas Corporate

Governance terhadap nilai pasar atas 154 perusahaan Brazil yang terdaftar di

bursa efek pada tahun 2002. Mereka membuat suatu governance index sebagai ukuran atas kualitas Corporate Governance. Sedangkan ukuran untuk market

value perusahaan adalah dengan menggunakan dua variabel, yaitu: Tobin’s Q dan

PBV. Temuan yang diperoleh menunjukkan adanya pengaruh kualitas Corporate

Governance yang positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan.

Black, Jang, dan Kim (2005) membuktikan bahwa Corporate Governance

index secara keseluruhan merupakan hal penting dan menjadi salah satu faktor

penyebab yang dapat menjelaskan nilai pasar bagi perusahaan–perusahaan independen di Korea.

Johnson, dkk. (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas

Corporate Governance dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham

dan nilai tukar mata uang negara bersangkutan pada masa krisis di Asia. Dengan ukuran variabel Corporate Governance yang digunakan seperti La Porta, dkk. (1998) yang terdiri dari judical efficiency, corruption, rule of law, enforceable

minority shareholder rights, antidirector rights, creditor rights, dan accounting


(42)

commit to user

28

menjelaskan variasi perubahan nilai tukar mata uang dan kinerja pasar modal, dibanding dengan variabel – variabel makro.

Klapper dan Love (2002) menemukan adanya hubungan positif antara

corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan Return on

Assets (ROA) dan Tobin’s Q. Penemuan penting lainnya adalah bahwa penerapan

corporate governance di tingkat perusahaan lebih memiliki arti dalam negara

berkembang dibandingkan dalam negara maju. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan corporate governance yang baik akan memperoleh manfaat yang lebih besar di negara – negara yang lingkungan hukumnya buruk.

H2: Corporate Governance mempunyai pengaruh terhadap Created Shareholder

Value (CSV).

3. Pengaruh Economic Value Added terhadap Created Shareholder Value

(CSV)

Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang

diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip Economic Value Added (EVA) memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena

Economic Value Added (EVA) berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah

perusahaan.

Manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya Economic Value Added (EVA) akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut (Stewart, 1993: 118–119):


(43)

commit to user

29

1. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.

2. Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada.

3. Menarik modal dari aktivitas–aktivitas usaha yang tidak menguntungkan. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu, dengan berinvestasi ke project

yang menerima return lebih besar daripada biaya modal (cost of capital) yang digunakan berarti manajemen hanya mengambil project yang bermutu dan meningkatkan nilai perusahaan atau Created Shareholder Value (CSV). Economic

Value Added (EVA) juga mendorong manajemen untuk berfokus pada proses

dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai. Perhitungan Economic Value Added (EVA) suatu perusahaan merupakan proses yang kompleks dan terpadu karena perusahaan harus menentukan terlebih dahulu biaya modalnya.

Pada masa persaingan ketat di pasar global sekarang, tujuan perusahaan untuk memaksimalkan laba menjadi sulit untuk diwujudkan. Sebaliknya tujuan sebuah perusahaan sudah seharusnya adalah untuk meningkatkan Economic Value

Added (EVA), karena Economic Value Added (EVA) merupakan satu–satunya

pedoman penilaian yang berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan dan kinerja manajemen. Dengan mengkomunikasikan secara awal bahwa tujuan perusahaan adalah maksimalisasi nilai, bukan laba, para manajer menjadi lebih terfokus pada penciptaan nilai dan bukan mengejar laba besar. Pada


(44)

commit to user

30

saat melakukan langkah awal dalam Value AddedAssessmentProcess manajemen menentukan visi dan tujuan perusahaan. Langkah ini juga merupakan komunikasi awal kepada seluruh jajaran manajemen bahwa penciptaan nilai lebih penting daripada pemerolehan laba besar, sehingga dapat disatukan upaya untuk mendorong proses – proses yang menambah nilai dan mengurangi proses–proses yang tidak menambah nilai dalam suatu organisasi. Penetapan tujuan dan visi awal yang tepat menjadi pedoman arah bagi aktivitas atau strategi manajemen.

Fokus sebuah perusahaan atau organisasi untuk memperoleh laba sebesar– besarnya hanyalah tujuan jangka pendek saja, tetapi tujuan maksimalisasi

Economic Value Added (EVA) adalah untuk jangka panjang. Supaya manajemen

tidak terjebak dalam myopic behavior, penentuan tujuan maksimalisasi nilai hendaknya diterapkan dalam perusahaan. Pada suatu perusahaan, pemilik perusahaan akan menunjuk dan memberi wewenang kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan sehari–hari. Manajemen cenderung mempunyai kontrol penuh atas segala strategi atau tindakan yang dilakukan meskipun masih ada campur tangan dari pemilik. Pada perusahaan yang besar dimana kepemilikan tersebar ke banyak pemegang saham, manajemenlah yang mengontrol dan bertanggung jawab penuh atas operasional sehari–hari. Pemisahan antara kepemilikan dan kontrol ini menyebabkan terjadinya conflict of interest anatara pemilik sebagai principal dan manajemen sebagai agent. Untuk memperkecil biaya–biaya yang timbul akibat agency problem maka dibentuklah suatu sistem

performance assessment yang memberi insentif pada strategi atau tindakan


(45)

commit to user

31

Perencanaan sistem evaluasi kinerja dan prestasi yang benar sangat penting karena hal tersebut berhubungan dengan sistem penggajian atau kompensasi. Penentuan kriteria–kriteria yang dipakai sebagai pedoman evaluasi akan mempengaruhi cara kerja dan sebagai motivator kerja manajemen. Sejalan dengan adanya desentralisasi pada kontrol dan pengambilan keputusan dalam perusahaan, pemilik memerlukan suatu kontrol dalam unit – unit yang ada untuk memastikan tindakan–tindakan yang dilakukan konsisten dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Kontrol dapat dicapai melalui penetapan tujuan dan evaluasi kinerja. Faktor – faktor dalam pengukuran kinerja bergantung pada tingkat desentralisasi suatu pengambilan keputusan dalam perusahaan. Faktor kuantitatif umum digunakan untuk pedoman keberhasilan suatu manajemen, adapun faktor kualitatif juga tidak dapat dipisahkan.

Penggunaan anggaran atau budget sebagai pedoman ukuran keberhasilan manajemen sudah tidak relevan lagi untuk tujuan value building, karena hal tersebut berfokus pada angka – angka akuntansi. Tujuan perusahaan untuk maksimalisasi nilai memerlukan pedoman atau alat ukur dimana penciptaan nilai perusahaanlah yang melandasi kriteria nantinya. Jika Economic Value Added

(EVA) sangat sesuai untuk masuk dalam kriteria pengukuran keberhasilan kinerja manajemen.

H3: Economic Value Added (EVA) mempunyai pengaruh terhadap Created

Shareholder Value (CSV).


(46)

commit to user

32

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan (firms size) terhadap Created Shareholder

Value (CSV)

Ukuran perusahaan sebagai salah satu variabel yang termasuk faktor – faktor spesifik perusahaan telah banyak diujikan dalam berbagai penelitian. Aryati dan Theresia (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset yang dimiliki berpengaruh signifikan terhadap nilai perushaan. Wirakusuma (2004); Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang semakin besar, maka waktu penyelesaian audit laporan keuangan semakin pendek. Hal ini dikarenakan adanya dorongan dari manajemen perusahaan besar untuk mengurangi penundaan audit karena perusahaan besar cenderung diawasi secara ketat oleh para investor, asosiasi perdagangan, dan regulator. Di samping itu, perusahaan besar pada umumnya telah memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor dalam menyelesaikan pekerjaannya (Subekti dan Widiyanti, 2004). Untuk penelitian di luar negeri, Owusu–Ansah (2000); Ismail dan Chandler (2006); Dyer dan Mchugh (1975); Carslaw dan Kaplan (1991); Ashton, Willingham, dan Elliot (1987) menemukan bahwa semakin besar perusahaan, yang diukur melalui total aset, maka semakin cepat perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan.

Berdasarkan paparan di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:


(47)

commit to user

33

5. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis ditujukan untuk hipotesis penelitian, dimana pada penelitian ini menggunakan empat variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah Earnings Management

yang diproksi dengan Discretionary Accrual; Corporate Governance yang diproksi dengan kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kualitas audit, dan komisaris independen; Economic Value Added (EVA) yang diperoleh dari

Operating Profits – (c x Capital), dimana c adalah cost of capital dan Ukuran

Perusahaan yang dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sampel. Sedangkan, variabel dependennya adalah Created Shareholder Value

(CSV). Penelitian ini menggunakan kerangka teoritis seperti berikut ini.

Variabel Independen Variabel Dependen

Created Shareholder Value

Firm Size Economic Value

Added Corporate Governance Earnings Management


(48)

commit to user

34

BAB III

METODA PENELITIAN

Bab ini menguraikan metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari subbab yang antara lain membahas data penelitian, sampel yang digunakan dalam penelitian, variabel penelitian serta model penelitian dan teknis analisis data.

A. Data Penelitian

Seluruh data merupakan data sekunder yang diambil dari laporan keuangan (annual report) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2003-2007. Sumber data penelitian ini adalah (1) Database

Program Magister Sains Universitas Gadjah Mada, dan (2) Indonesian Capital

Market Directory (ICMD).

B. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang dibutuhkan dibatasi pada tipe tertentu atau menyesuaikan kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Anggota populasi yang berhak dipilih sebagai subyek sampel adalah memenuhi pertimbangan dan kriteria tertentu. Kriteria yang harus dipenuhi pada perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebagai berikut :


(49)

commit to user

35

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dan mempublikasikan laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Tahun 2003 dipilih sebagai awal tahun periode pengamatan karena pengimplementasian PSAK No. 46 untuk perusahaan

go public berlaku efektif per 1 Januari 1999.

2. Periode laporan keuangan berakhir setiap 31 Desember.

3. Laporan keuangan perusahaan menggunakan mata uang Indonesia.

4. Perusahaan tidak melakukan merger, akuisisi, dan perubahan usaha lainnya (divestiture).

C. Variabel Penelitian

Variabel dan definisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Variabel dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Created

Shareholder Value (CSV) yang diperoleh dari shareholder value added

(equity market value x.Ke), di mana shareholder value added diperoleh dari

increase in equity market value payment from shareholder + dividends +

repurchases conversions.

Increase in equity market value diperoleh dari equity market valuet - equity

market valuet1,sedangkan Ke diperoleh dari return of treasury bonds +


(50)

commit to user

36 2. Variabel Independen

Penelitian ini menggunakan beberapa variabel independen, yaitu :

a. Earnings Management

Earnings Management diproksi dengan Discretionary Accrual dengan

menggunakan model Jones yang dimodifikasi (Dechow et. All, 1995). TAccit = NIit- CFOit

Dimana:

TAccit = Total Accrual perusahaan i pada periode ke-t

NIit = Laba bersih (net income)perusahaan i pada periode ke-t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi (cash flow from operation) perusahaan i pada periode ke-t

e A PPE A v A A

TAit / it11(1/ it1)2(Re it/ it1)3( it / it1)

Dimana:

it

TA = Total Accruals (for firm i in year t)

1 

it

A = Lagged total assets for firm i in year t-1

it

v

Re

 = Revenues in year t less revenues in year t-1 for firm i

PPEit = Gross property plant equipment perusahaan i tahun t

3 2 1, ,

 = Estimasi non-discretionary accrual

it = error term

e A PPE A c A v A

NDAit 1(1/ it1)2(Re it / it1Re it / it1)3( it/ it1)


(51)

commit to user

37

it

TA = Total Accruals (for firm i in year t)

1 

it

A = Lagged total assets for firm i in year t-1

it

v

Re

 = Revenues in year t less revenues in year t-1 for firm i

it

c

Re

 = Receivables in year t less receivables in year t-1 for firm i

PPEit = Gross property plant equipment perusahaan i tahun t

3 2 1, ,

 = Estimasi non-discretionary accrual

it = error term

b. Corporate Governance

Corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang

menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, karyawan, serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak–hak dan kewajiban mereka atau sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Mekanisme corporate

governance dalam penelitian ini adalah Komisaris Independen,

Kepemilikan Manajerial, dan Kualitas Audit. 1. Komisaris Independen

Komisaris independen yang memiliki sekurang–kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh anggota komisaris, berarti telah memenuhi pedoman good corporate governance guna menjaga independensi, pengambilan keputusan yang efektif, tepat, dan cepat. Penelitian ini menggunakan variabel dummy guna proksi komisaris independen. Apabila proporsi komisaris independen lebih kecil atau


(52)

commit to user

38

sama dengan 30%, maka belum memenuhi pedoman GCG dan dilambangkan dengan angka 0, dan apabila jumlah proporsi komisaris indenpenden lebih besar dari 30%, maka dinyatakan telah memenuhi pedoman dan dilambangkan dengan angka 1.

2. Kepemilikan Manajerial

Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Kepemilikan manajerial adalah besarnya jumlah saham yang dimiliki manajemen dari total saham yang beredar. Kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif menyelaraskan kepentingan dengan principals. Variabel ini menggunakan dummy variabel, apabila dalam perusahaan manajemen memiliki saham perusahaan, maka dilambangkan dengan angka 1. Bila manajemen tidak memiliki saham perusahaan, dilambangkan dengan angka 0.

3. Kualitas Audit

Untuk mengukur kualitas audit digunakan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Jika perusahaan diaudit oleh KAP besar pada saat penelitian ini yaitu KAP big 4, maka kualitas auditnya tinggi dan jika diaudit oleh KAP Non Big 4 (KAP kecil), maka kualitas auditnya rendah. Variabel ini menggunakan dummy variabel yang mana jika


(53)

commit to user

39

sampel diaudit oleh KAP Big 4 maka dilambangkan dengan angka 1 dan jika diaudit oleh KAP non Big 4 dilambangkan dengan angka 0. d. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dinyatakan dalam logaritma natural total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sampel (Wirakusuma, 2004). Adapun yang dimaksud total aktiva atau total aset adalah seluruh sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan yang perolehannya didanai dari modal sendiri dan dari hutang.

e. Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang

diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip Economic Value Added (EVA) memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena Economic Value Added (EVA) berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Secara matematis, Economic Value Added (EVA) dapat dinyatakan sebagai berikut (Stewart, 1993: 224):

EVA = Operating Profits – (c x Capital)

EVA = Economic Value Added

Operating Profits = Laba operasi bersih setelah pajak

c = Cost of capital


(54)

commit to user

40

D. Model Penelitian dan Teknik Analisis Data

Analisis dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier. Untuk menguji apakah Earnings Management dan Corporate Governance mempunyai pengaruh terhadap Created Shareholder Value (CSV), maka pengujian hipotesis menggunakan persamaan regresi sebagai berikut:

CSV = α+ β0EM + β1CG + β2EVA + β3UP + ε (3)

Dimana:

CSV = Created Shareholder Value

EM = Earnings Management

CG = Corporate Governance

EVA = Economic Value Added

UP = Ukuran Perusahaan

α = Konstansta

β0….β3 = Koefisien Regresi

ε = Standart error

Adapun langkah pengujian dan analisis data adalah seperti berikut ini. 1. Melakukan uji asumsi klasik

a. Uji Normalitas Data

Menurut Ghozali (2005), uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria sebaran/distribusi normal. Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Dengan uji ini dapat diketahui apakah distribusi nilai–nilai sampel yang teramati terdistribusi normal.


(55)

commit to user

41

Kriteria yang digunakan adalah pengujian dengan dua arah (two-tailed test), yaitu dengan membandingkan probabilitas (p-value) yang diperoleh dengan taraf signifikansinya adalah 0,05. Jika p-value >0,05, maka data tersebut berdistribusi normal dan sebaliknya. Menurut Ghozali (2005), apabila terjadi gejala normalitas pada model regresi dapat dihilangkan dengan transformasi data.

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi antara variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lainnya. Uji multikolinieritas dilakukan dengan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antara variabel independen dengan menggunakan Tolerance Value dan

Varians Inflating Factor (VIF). Model regresi yang baik adalah apabila

dalam model tersebut tidak terjadi korelasi antar variabel independennya. Menurut Ghozali (2005), apabila terjadi gejala multikolinieritas pada model regresi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan gejala tersebut dengan cara sebagai berikut:

1) Transformasi variabel, yaitu salah satu cara mengurangi hubungan linear diantara variabel bebas, dapat dilakukan dalam bentuk logaritma natural dan bentuk first difference/delta.

2) Dengan mengeluarkan satu/lebih variabel independen yang mempunyai korelasi yang tinggi dari model regresi dan identifikasi variabel independen lainnya untuk membantu prediksi.


(56)

commit to user

42

3) Menggunakan model dengan variabel bebas yang mempunyai korelasi tinggi hanya semata-mata untuk memprediksi.

4) Menggunakan korelasi sederhana antara setiap variabel bebas dan variabel terikatnya untuk memahami hubungan variabel bebas dan variabel terikat.

c. Uji Autokorelasi

Menurut Mulyono (2000), autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu/ruang. Model regresi yang baik adalah apabila model tersebut tidak terjadi autokorelasi. Menurut Santosa (2000), apabila terjadi gejala autokorelasi pada model regresi, maka dapat dihilangkan dengan melakukan transformasi data dan menambah data observasi. Pengujian autokorelasi dalam model analisis regresi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pengujian, antara lain: uji Durbin-Watson (statistik-d), dengan membandingkan nilai Durbin-Watson hitungan (d) dengan nilai Durbin-Watson tabel yaitu batas lebih tinggi (upper bond/du) dan batas lebih rendah (lower bond/d1). Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Jika 0 < d < d1, maka terjadi autokorelasi positif.

2. Jika d1ddu, maka tidak ada kepastian apakah terjadi autokorelasi atau tidak (ragu-ragu).

3. Jika 4d1d 4, maka terjadi aukorelasi negatif.

4. Jika 4dud 4d1, maka tidak ada kepastian apakah terjadi autokorelasi atau tidak (ragu-ragu).


(57)

commit to user

43

5. Jika dud 4du, maka tidak terjadi autokorelasi baik positif/negatif.

Selain uji Durbin-Watson, autokorelasi juga dapat dideteksi dengan menggunakan uji Run Test. Uji Run Test ini digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random/tidak (sistematis). Jika signifikansi hasil uji Run Test diatas 0,05 (sig. > 0,05), maka data tersebut dinyatakan tidak terjadi autokorelasi (Ghozali,2005).

d. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas merupakan uji yang dilakukan dengan tujuan menguji terjadinya ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model regresi. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Jika varians berbeda heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk menguji heterokedastisitas digunakan White’s Test.

2. Pengujian regresi berganda

a) Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji signifikansi-F)

Uji signifikansi-F digunakan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak untuk digunakan sebagai model pengujian data dalam rangka pengambilan simpulan terkait hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Pengambilan kesimpulan dalam pengujian ini didasarkan pada p-value yang diperoleh melalui uji model regresi berganda. Apabila p-value lebih kecil dari 5%, maka model regresi yang


(58)

commit to user

44

digunakan dalam penelitian ini dapat dinyataka layak (fit) dan apabila

p-value lebih besar dari 5%, maka dapat dinyatakan bahwa model regresi

yang digunakan dalam penelitian tidak layak. b) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi (R2) dilihat pada hasil pengujian regresi berganda untuk variabel independen berupa ratio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan rentabilitas dan variable dependen berupa laba perusahaan (kinerja keuangan) dengan bantuan program SPSS versi 11.00. Karena penelitan ini menggunakan lebih dari satu variabel independen maka penulis menggunakan Adjusted R Square (Adj R2) seperti yang dinyatakan oleh Ghozali (2001).


(59)

commit to user

45

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini bertujuan untuk mengungkap hasil analisis data penelitian dan pembahasannya. Penjelasan pada bab ini akan difokuskan pada bab IV (empat) dalam sub bahasan, yaitu hasil pengumpulan data, analisis deskriptif, pengujian asumsi klasik, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.

A. Hasil Pengumpulan Data

Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris pengaruh Earnings

Management, Good Corporate Governance, Firm Size, Economic Value Added

(EVA) terhadap Created Shareholder Value (CSV). Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan (annual report) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2003-2007.

B. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif memberikan gambaran umum mengenai variabel penelitian data kuantitatif Earnings Management, Good Corporate Governance, Firm Size,

Economic Value Added (EVA) dan Created Shareholder Value (CSV) yang

dihitung dari laporan keuangan (annual report) yang menjadi sampel dalam penelitian. Gambaran data yang dimaksud terdiri dari nilai maximum, nilai


(1)

commit to user

78

GC1 -3.375E12 1.045E12 -.185 -3.228 .002 .983 1.017 GCG2 1.403E12 1.036E12 .084 1.354 .179 .846 1.182 3 (Constant) 3.427E12 1.033E12 3.316 .001

EM -1.571E12 5.723E11 -.174 -2.746 .007 .811 1.233 EVA 8.317 .882 .600 9.431 .000 .808 1.237 FS .513 .092 .387 5.583 .000 .682 1.465 GC1 -3.479E12 1.047E12 -.191 -3.322 .001 .989 1.012 a. Dependent Variable: CSV

Coefficient Correlationsa

Model GCG3 FS GC1 GCG2 EVA EM

1 Correlations GCG3 1.000 -.001 -.192 .067 -.083 .241 FS -.001 1.000 -.057 .371 -.480 -.431

GC1 -.192 -.057 1.000 .059 .010 -.056 GCG2 .067 .371 .059 1.000 -.244 -.103

EVA -.083 -.480 .010 -.244 1.000 .210 EM .241 -.431 -.056 -.103 .210 1.000

Covariances GCG3 2.168E25 -5.522E8 -9.514E23 3.235E23 -3.505E11 6.645E23 FS -5.522E8 .010 -5.992E9 3.801E10 -.043 -2.518E10

GC1 -9.514E23 -5.992E9 1.138E24 6.576E22 9.827E9 -3.508E22 GCG2 3.235E23 3.801E10 6.576E22 1.081E24 -2.307E11 -6.343E22

EVA -3.505E11 -.043 9.827E9 -2.307E11 .826 1.129E11 EM 6.645E23 -2.518E10 -3.508E22 -6.343E22 1.129E11 3.510E23 2 Correlations FS 1.000 -.058 .372 -.482 -.444 GC1 -.058 1.000 .074 -.006 -.010 GCG2 .372 .074 1.000 -.240 -.123 EVA -.482 -.006 -.240 1.000 .237 EM -.444 -.010 -.123 .237 1.000 Covariances FS .010 -5.997E9 3.790E10 -.043 -2.508E10 GC1 -5.997E9 1.093E24 7.970E22 -5.539E9 -5.896E21


(2)

commit to user

79

GCG2 3.790E10 7.970E22 1.073E24 -2.247E11 -7.311E22 EVA -.043 -5.539E9 -2.247E11 .818 1.232E11 EM -2.508E10 -5.896E21 -7.311E22 1.232E11 3.296E23 3 Correlations FS 1.000 -.092 -.436 -.432

GC1 -.092 1.000 .012 .000

EVA -.436 .012 1.000 .216

EM -.432 .000 .216 1.000

Covariances FS .008 -8.891E9 -.035 -2.270E10 GC1 -8.891E9 1.096E24 1.126E10 -4.681E20 EVA -.035 1.126E10 .778 1.089E11 EM -2.270E10 -4.681E20 1.089E11 3.275E23 a. Dependent Variable: CSV

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) EM EVA FS GC1 GCG2 GCG3 1 1 5.008 1.000 .00 .01 .01 .01 .01 .01 .00

2 .766 2.557 .00 .01 .53 .05 .01 .02 .00 3 .600 2.888 .00 .27 .08 .11 .00 .09 .00

4 .323 3.935 .00 .35 .07 .07 .19 .21 .00 5 .186 5.184 .00 .27 .25 .52 .38 .12 .00

6 .111 6.719 .02 .02 .05 .24 .40 .52 .02 7 .004 33.696 .98 .07 .01 .00 .01 .03 .98 2 1 4.101 1.000 .01 .02 .01 .01 .01 .01

2 .744 2.348 .01 .04 .56 .03 .01 .02 3 .584 2.650 .01 .23 .05 .13 .01 .14 4 .313 3.620 .01 .38 .07 .06 .29 .15 5 .184 4.724 .01 .34 .28 .60 .29 .17 6 .074 7.445 .97 .00 .02 .17 .40 .50 3 1 3.491 1.000 .01 .02 .02 .02 .01


(3)

commit to user

80

2 .724 2.196 .01 .09 .63 .01 .01 3 .436 2.829 .06 .34 .00 .13 .18 4 .234 3.865 .00 .48 .33 .84 .00 5 .115 5.514 .92 .06 .02 .00 .79 a. Dependent Variable: CSV

Excluded Variablesc

Model Beta In t Sig.

Partial Correlation

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Minimum Tolerance 2 GCG3 -.051a -.840 .403 -.087 .887 1.128 .588 3 GCG3 -.056b -.925 .357 -.095 .891 1.123 .682 GCG2 .084b 1.354 .179 .139 .846 1.182 .588 a. Predictors in the Model: (Constant), FS, GC1, GCG2, EVA,

EM

b. Predictors in the Model: (Constant), FS, GC1, EVA, EM c. Dependent Variable: CSV

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -6.9779E12 2.2260E13 5.1001E12 6.42887E12 99 Std. Predicted Value -1.879 2.669 .000 1.000 99 Standard Error of Predicted

Value 5.165E11 2.098E12 9.272E11 3.286E11 99 Adjusted Predicted Value -7.4182E12 2.5614E13 5.1243E12 6.51834E12 99

Residual

-1.96857E13 1.14171E13 .00094 4.28437E12 99 Std. Residual -4.500 2.610 .000 .979 99 Stud. Residual -5.128 2.764 -.002 1.037 99 Deleted Residual

-2.55627E13 1.28057E13

-2.41740E10 4.82325E12 99 Stud. Deleted Residual -6.010 2.868 -.012 1.099 99


(4)

commit to user

81

Mahal. Distance .376 21.541 3.960 3.654 99 Cook's Distance .000 1.570 .028 .159 99 Centered Leverage Value .004 .220 .040 .037 99 a. Dependent Variable: CSV


(5)

commit to user

82

Lampiran 6

Charts


(6)

commit to user


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Economic Value Added (Eva), Earnings Per Share (Eps), Dan Debt To Equity Ratio (Der) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 53 92

Analisis Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added dan Rasio Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI

2 74 84

Pengaruh Economic Value Added, Return On Asset, Return On Equity Dan Earning Per Share Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Pada Bursa Efek Indonesia

1 41 84

Analisis Economic Value Added (EVA) Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Indosat, Tbk

6 60 100

Pengaruh Economic Value Added, Earnings Per Share, Return On Assets, Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Consummer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 98

Analisis Economic Value Added (EVA) dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk.

15 102 104

Pengaruh Struktur Modal Terhadap Economic Value Added Pada Perusahaan Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia

33 152 93

Pengaruh Economic Value Added, Return On Assets, Net Profit Margin Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 43 91

Pengukuran Kinerja Perusahaan Menggunakan Model Economic Value added (eva) di pt. Bank sumut

0 68 139

Rancangan Sistem Kanban Untuk Mengurangi Non Value Added Activities Pada Proses Produksi di PT. Central Windu Sejati

28 218 205