Perhitungan Biaya Down time

Tabel 5.25. Capital Recovery Lanjutan 2015 415.000.000,00 134.266.421,16 0,1395 56.616.969,00 2016 415.000.000,00 127.553.100,11 0,1383 56.335.809,27 2017 415.000.000,00 121.175.445,10 0,1373 56.094.919,25 2018 415.000.000,00 115.116.672,85 0,1364 55.869.253,29 2019 415.000.000,00 109.360.839,20 0,1357 55.692.143,22 2020 415.000.000,00 103.892.797,24 0,1350 55.505.536,01 2021 415.000.000,00 98.698.157,38 0,1344 55.341.728,11 2022 415.000.000,00 93.763.249,51 0,1339 55.202.823,33 2023 415.000.000,00 89.075.087,04 0,1334 55.058.144,70 2024 415.000.000,00 84.621.332,68 0,1330 54.941.136,00 2025 415.000.000,00 80.390.266,05 0,1327 54.853.446,28 2026 415.000.000,00 76.370.752,75 0,1323 54.728.847,27 2027 415.000.000,00 72.552.215,11 0,1321 54.669.140,35 2028 415.000.000,00 68.924.604,35 0,1318 54.572.935,71 2029 415.000.000,00 65.478.374,14 0,1316 54.509.234,60 2030 415.000.000,00 62.204.455,43 0,1314 54.443.913,76 2031 415.000.000,00 59.094.232,66 0,1313 54.412.677,50 2032 415,000,000.00 56.139.521,03 0,1311 54.344.746,53 2033 415,000,000.00 53.332.544,97 0,1310 54.311.667,46

5.2.3. Perhitungan Biaya Down time

Down time merupakan kehilangan kesempatan mesin untuk beroperasi karena mesin tersebut mengalami gangguan atau rusak sedang dalam perbaikan, ataupun karena faktor lain. Biaya down time dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Bd = WKN Normal Kerja tu Jumlah Wak WDt tu Jumlah Wak Down Time x Biaya Operator BO Dimana: Bd = Biaya down time WDt = Jumlah Waktu Down Time Universitas Sumatera Utara WKN = Jumlah Waktu Kerja Normal BO = Upah Operator Per-tahun Biaya down time mesin pada tahun ke-1 tahun 1994, adalah: WDt = 94 jam WKN = 2000 jam BO = Rp1,294,800.00 Maka: Bd = Jam 2000 Jam 315 x Rp1,294,800.00 Bd = Rp. 60.855,60 Perhitungan biaya down time untuk tahun ke-2 tahun 1995 sampai tahun ke-14 tahun 2033 dapat dilihat pada Tabel 5.26 di bawah ini. Tabel 5.26. Biaya Down Time Tahun Waktu Down Time Jam Upah Operator Per-tahun Rp. Biaya Down Time Rp. 1994 94 1.294.800,00 60.855,60 1995 122 1.449.600,00 88.425,60 1996 132 1.766.400,00 116.582,40 1997 146 2.084.400,00 152.161,20 1998 225 2.401.200,00 270.135,00 1999 236 2.694.000,00 317.892,00 2000 249 3.505.200,00 436.397,40 2001 258 4.482.000,00 578.178,00 2002 267 5.458.800,00 728.749,80 2003 274 6.434.400,00 881.512,80 2004 282 7.411.200,00 1.044.979,20 2005 293 8.280.000,00 1.213.020,00 2006 298 10.180.800,00 1.516.939,20 2007 351 10.502.400,00 1.842.152,43 Universitas Sumatera Utara

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Perhitungan Nilai Kesetaraan

Biaya operasional dan biaya down time yang telah didapatkan dari pengolahan data merupakan harga berlaku untuk setiap tahunnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyetaraan harga berlaku setiap tahun dari biaya-biaya tersebut ke harga konstan pada tahun 1994. Penyetaraan harga berlaku setiap tahun dari setiap biaya ke harga konstan tahun 1994 dilakukan dengan menggunakan deflator. Deflator berguna untuk menghilangkan perubahan harga pada setiap periode yang diukur sehingga nilainya berada pada harga yang konstan atau stabil. Penentuan harga konstan dari harga berlaku suatu periode ke periode basis dilakukan dengan menggunakan rumus: HK t = t t b HB x D 100 D 100 + + Dimana: HK t = Harga Konstan Periode Waktu t HB t = Harga Berlaku Periode Waktu Basis D b = Nilai Deflator Periode Waktu Basis D t = Nilai Deflator Periode Waktu t VI-1 Universitas Sumatera Utara