Sejarah dan Status Kawasan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

4.1 Sejarah dan Status Kawasan

Sejarah kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dimulai sejak tahun 1830 dengan terbentuknya kebun raya kecil di dekat Istana Gubernur Jenderal Kolonial Belanda di Cipanas. Kebun raya kecil ini kemudian diperluas hingga menjadi Kebun Raya Cibodas seperti sekarang ini. Pada tahun 1889, berdasarkan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda nomor 50 tanggal 17 mei 1889 ditetapkan cagar alam dan areal hutan di atasnya seluas 240 ha sebagai contoh flora pegunungan Pulau Jawa sekaligus sebagai cagar alam tertua di Indonesia. Kemudian tanggal 11 juni 1919 kawasan tersebut diperluas hingga areal hutan di sekitar Air Terjun Cibeureum melalui SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda nomor 33 staatsblad No. 392-15. Berdasarkan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 83 staatsblad No. 392-1, satu areal hutan lindung di lereng Gunung Pangrango dekat Desa Caringin ditetapkan sebagai Cagar Alam Cimungkat seluas 56 ha. Pada tanggal 5 januari 1925 melalui SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 7 staadsblad 15 ditetapkan daerah puncak Gunung Gede, Gunung Gumuruh, Gunung Pangrango, serta DAS Daerah Aliran Sungai Ciwalen dan Cibodas sebagai Cagar Alam Cibodas-Gunung Gede seluas 1.040 ha. SK ini menarik kembali berlakunya SK pada tahun 1889. Kemudian pada tanggal 27 Juli 1927 dikeluarkan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 26 yang menunjuk Komplek Hutan Gunung Gede dan Gunung Pangrango di Kabupaten Daerah Tk II Bogor, Sukabumi, dan Cianjur sebagai kawasan hutan seluas ± 14.000 ha. Pada dekade pertama, pemerintah Indonesia melalui Menteri Pertanian mengeluarkan SK Nomor 461KptsUm311975 yang menetapkan daerah Situgunung, lereng selatan Gunung Pangrango dan bagian timur Cimungkat sebagai Taman Wisata seluas ± 100 ha. Pada tahun 1977, kawasan tersebut beserta wilayah di sekitarnya yang dibatasi oleh jalan besar Ciawi - Sukabumi, Cianjur - Ciawi, oleh UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Cibodas. Pada tahun 1979, Menteri Pertanian mengeluarkan SK Nomor 108KptsUm21979 tanggal 10 Februari 1979 yang menunjuk Hutan Gunung Gede dan Gunung Pangrango sebagai kawasan Hutan Suaka AlamCagar Alam seluas ± 14.000 ha. Kemudian pada tanggal 6 maret 1980, Menteri Pertanian RI mengumumkan kawasan CA Cibodas, CA Cimungkat, CA Gunung Gede Pangrango, TWA Situgunung dan areal hutan alam di lereng hutan Gunung Gede Pangrango sebagai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango seluas 15.196 ha. Pada dekade kedua, melalui SK Dirjen PHPA Nomor : 12KptsDJ-VI1992 tanggal 14 Februari 1992, ditetapkan zonasi yang meliputi Zona Inti, Zona Rimba, dan Zona Pemanfaatan. Pada tanggal 22 Mei 1992 melalui SK Menteri Kehutanan Nomor 472Kpts-II1992, ditetapkan Komplek Hutan Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang terletak di Daerah Tk II Bogor, Sukabumi, dan Cianjur seluas 14.100,75 ha sebagai kawasan hutan tetap dengan fungsi Hutan Suaka AlamCagar Alam BTNGP 2003. Pada dekade ketiga, kawasan TNGGP diperluas menjadi 21.975 ha melalui surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor 174Kpts-II2003 tanggal 10 Juni 2003. Luasan tersebut merupakan perluasan areal eks Perum Perhutani. Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Pengelolaan nomor 002BAST- HUKAMASIII2009 nomor 1237II-TU2009 tanggal 6 Agustus 2009, luas kawasan yang diserahkan Perum Perhutani unit III Jawa Barat dan Banten kepada BB TNGGP adalah seluas 7.655 ha, sehingga luas total TNGGP menjadi 22.851 ha. Secara administratif TNGGP berada di 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Sukabumi 9.356,10 ha, Bogor 7.155,00 ha dan Cianjur 5.463,90 ha.

4.2 Keadaan Fisik