GPS Global Positioning System

Tabel 2 Aplikasi prinsip dan saluran spektral tematik mapper Saluran Band Panjang Gelombang µm Potensi Pemanfaatan 1 0,45 – 0,52 Dirancang untuk penetrasi badan air, sehingga bermanfaat untuk pemetaan perairan pantai. Berguna juga untuk membedakan antara tanah dengan vegetasi, tumbuhan berdaun lebar dan daun jarum. 2 0,52 – 0,69 Dirancang untuk mengukur puncak pantulan hijau saluran tampak bagi vegetasi guna penilaian ketahanan. 3 0,63 – 0,69 Saluran absorpsi klorofil yang penting untuk diskriminasi vegetasi. 4 0,76 – 0,90 Bermanfaat untuk menentukan kandungan biomassa dan untuk dilineasi badan air. 5 1,55 – 1,75 Menunjukan kandungan kelembaban vegetasi dan kelembaban tanah. Juga bermanfaat untuk membedakan salju dan awan. 6 10,40 – 12,50 Saluran inframerah termal yang penggunaannya untuk analisis pemetaan vegetasi, diskriminasi kelembaban tanah, dan pemetaan termal. 7 2,08 – 2,35 Saluran yang diseleksi karena potensinya untuk membedakan tipe batuan dan untuk pemetaan hidrotermal. Sumber : Lo 1996.

2.4.3 NDVI Normalized Difference Vegetation Index

NDVI merupakan salah satu parameter awal yang dapat ditentukan dari data satelit. Pigmen pada daun, klorofil, menyerap glombang tampak 0,4 – 0,7 µm. Sementara itu, struktur sel daun memantulkan gelombang inframerah dekat 0,7 – 1,1 µm. Oleh karena itu, estimasi NDVI berbasis data satelit merupakan perhitungan kanal cahaya tampak dan inframerah dekat. Nilai NDVI menggambarkan tingkat kehijauan biomassa dan merupakan indikator yang baik untuk menentukan status kesehatan, kerapatan vegetasi pada suatu wilayah namun tidak berhubungan langsung dengan ketersediaan air tanah di wilayah tersebut Hung 2000.

2.5 GPS Global Positioning System

Suatu jaringan satelit yang memancarkan sinyal radio dengan frekuensi yang sangat rendah secara terus menerus disebut dengan GPS Puntodewo et al. 2003. Satelit GPS bekerja pada referensi waktu yang sangat teliti dan akan memancarkan data untuk menunjukan lokasi dan waktu pada saat itu. Sinyal radio tersebut akan diterima oleh alat penerima GPS secara pasif dengan syarat tak ada halangan apapun di langit pandangan terbuka. Alat penerima GPS memerlukan sedikitnya 4 buah satelit GPS, sehingga posisinya dalam tiga dimensi dapat dihitung. Hingga saat ini, sedikitnya terdapat 24 satelit GPS yang dioperasikan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, satelit tersebut mengorbit selama 12 jam dua orbit per hari pada ketinggian 11.500 mil dan bergerak dengan kecepatan 2000 mil per jam 2.6 Ketelitian GPS Ketelitian GPS tergantung dari tipe GPS, yaitu sebagai berikut: 1. Tipe navigasi pada umumnya digunakan untuk penentuan posisi absolute secara instan yang tidak menunutut ketelitian yang terlalu tinggi. Receiver navigasi tipe sipil ini dapat memberikan ketelitian posisi sekitar 50-100 m, dan tipe militer sekitar 10-2-m. 2. Tipe pemetaan umumnya data yang diperoleh direkam kemudian dipindahkan down-load ke komputer untuk dapat diproses lebih lanjut. Selanjutnya sama halnya seperti receiver tipe navigasi, receiver tipe pemetaan ini dapat digunakan untuk penentuan posisi secara diferensial, dan dalam hal ini ketelitian yang dapat diperoleh adalah sekitar 1-5 meter. 3. Tipe geodetik pada umumnya digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian yang relatif tinggi seperti pegadaan titik-titik kontrol geodesi, pemantauan deformasi dan studi geodinamika.

BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data lapang dilakukan di Resort Tapos Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Pengolahan data dilakukan Laboratorium Analisis Lingkungan dan Permodelan Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Penelitian dilakukan selama 3 bulan pada bulan Desember 2010 – Februari 2011. Pengambilan data lapang dilakukan selama 1 bulan, dan pengolahan data dilakukan selama 2 bulan. Peta lokasi penelitian tersaji pada Gambar 4. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah GPS Garmin 76 csxi, tripod, kamera digital, kamera digital berlensa fisheye, alat tulis, meteran, seperangkat PC beserta software Erdas Imagine 8.5, ArcGIS 9.3, Hemiview 2.1, dan SPSS 1.6. Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah R. rochussenii, Citra Satelit Landsat ETM+ 7 waktu perekaman 6 Agustus 2009, Peta batas Resort Tapos, Peta batas TNGGP, Peta kontur 25 m dan Peta jaringan sungai TNGGP.