Bawang Merah Latar Belakang

5 gangguan atau hambatan yang menyebabkan hasil panen pada umumnya di bawah prediksi saat tanam. Salah satunya disebabkan akibat adanya serangan hama yang dapat mengakibatkan gagal panen 1 . Sementara itu , luas panen bawang merah semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen akan komoditas tersebut 2 . Kubis dan bawang merah merupakan komoditas sayuran yang penting bagi masyarakat Indonesia. Kedua komoditas tersebut memiliki banyak kegunaan terutama dalam memenuhi konsumsi rumah tangga. Komoditas kubis biasanya dikonsumsi sebagai sayuran atau bahan campuran masakan yang dapat direbus atau dimakan mentah lalapan. Sedangkan komoditas bawang merah digunakan antara lain sebagai bumbu masakan guna menambah cita rasa masakan, bahan pelengkap untuk makanan dan obat-obatan bagi penyakit tertentu. Jumlah penduduk Indonesia yang meningkat setiap tahunnya merupakan pasar yang sangat besar bagi kedua komoditas tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 . Perkembangan Produksi dan Konsumsi Per Kapita Kubis dan Bawang Merah di Indonesia Periode Tahun 2003-2007 Tahun Produksi ton Penduduk x1000 orang Konsumsi Perkembangan Konsumsi Per kapita kgth Totalth ton 1 2 3 4 = 2 x 3 Per kapita Totalth

I. Kubis

2003 1.348.433 215.276 1,87 402.566,12 - - 2004 1.432.814 216.382 2,03 439.255,46 8,56 9,11 2005 1.292.984 219.852 2,03 446.299,56 - 1,60 2006 1.267.745 222.747 1,82 405.399,54 -10,34 -9,16 2007 1.288.738 225.642 1,87 421.950,54 2,75 4,08

II. Bawang Merah

2003 762.795 215.276 2,22 477.912,72 - - 2004 757.399 216.382 2,19 473.876,58 -1,35 -0,84 2005 732.610 219.852 2,21 485.872,92 0,91 2,53 2006 794.929 222.747 2,08 463.313,76 -5,88 -4,64 2007 802.810 225.642 3,01 679.182,42 44,71 46,59 Sumber : Ditjen Hortikultura 2008 diolah 1 Si Nugrohati da Kasumbogo Untung. 1986. Pestisida dalam Sayuran. www.deptan.go.id. [15 Maret 2009] 2 www. bexi.co.id. 2008. Meluaskan Lahan, Memacu Mutu Bawang Merah. [15 Maret 2009] 6 Tabel 5 menunjukkan bahwa konsumsi untuk kubis dan bawang merah berfluktuasi dengan trend yang cenderung meningkat saat ini. Konsumsi kubis per kapita rata-rata meningkat sebesar 0,24 persen per kapita per tahun, sedangkan secara total konsumsi mengalami peningkatan sebesar 1,41 persen per tahun. Sementara itu, konsumsi terhadap bawang merah juga mengalami peningkatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan konsumsi kubis dimana konsumsi bawang merah rata-rata per kapita meningkat sebesar 9,6 persen per tahun atau secara total konsumsi sebesar 10,91 persen per tahun. Peningkatan konsumsi terhadap kubis maupun bawang merah akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Namun, peningkatan konsumsi terhadap komoditas bawang merah akan jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan konsumsi kubis. Hal ini dikarenakan hampir semua rumah tangga di Indonesia setiap harinya menggunakan bawang merah sebagai bumbu dalam masakannya sedangkan tidak demikian dengan penggunaan kubis. Apabila dilihat pada Tabel 5, diketahui bahwa jumlah produksi kubis dan bawang merah setiap tahunnya masih dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia. Namun pada kenyataannya, seringkali terjadi dalam jangka pendek yakni ketidakseimbangan antara jumlah produksi dengan permintaannya. Hal ini menyebabkan terjadinya fluktuasi harga jangka pendek pada komoditas kubis dan bawang merah yang pada umumnya terkait dengan fluktuasi produksi kedua komoditas tersebut. Biasanya ini terjadi pada saat panen raya dimana terdapat kelebihan produksi yang menyebabkan harga turun dan terjadi pula sebaliknya. Fluktuasi harga tersebut seringkali lebih merugikan petani daripada pedagang karena petani umumnya tidak dapat mengatur waktu penjualannya untuk mendapatkan harga jual yang lebih menguntungkan. Disamping itu fluktuasi harga yang tinggi juga memberi peluang kepada pedagang untuk memanipulasi informasi harga di tingkat petani. Hal ini mengakibatkan transmisi harga dari pasar konsumen kepada petani cenderung bersifat asimetris dalam pengertian jika terjadi kenaikan harga di tingkat konsumen maka kenaikan harga tersebut tidak diteruskan kepada petani secara cepat dan sempurna, sebaliknya jika terjadi penurunan harga Simatupang 1999. 7 Harga komoditas yang berfluktuasi merupakan salah satu indikator adanya risiko yang menyebabkan terjadinya kerugian yang harus ditanggung oleh pihak- pihak yang berkepentingan terhadap kedua komoditas tersebut, terutama petani yang mengusahakan komoditas kubis dan bawang merah. Mengingat pentingnya peranan dari komoditas kubis dan bawang merah, maka perlu dilakukan penelitian mengenai risiko harga kubis dan bawang merah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya risiko harga yang harus ditanggung oleh petani selaku produsen yang membutuhkan kepastian harga jual sebelum mereka memutuskan untuk menanam komoditas tersebut.

1.2 Perumusan Masalah