Perumusan Masalah Risiko Harga Kubis dan Bawang Merah di Indonesia

7 Harga komoditas yang berfluktuasi merupakan salah satu indikator adanya risiko yang menyebabkan terjadinya kerugian yang harus ditanggung oleh pihak- pihak yang berkepentingan terhadap kedua komoditas tersebut, terutama petani yang mengusahakan komoditas kubis dan bawang merah. Mengingat pentingnya peranan dari komoditas kubis dan bawang merah, maka perlu dilakukan penelitian mengenai risiko harga kubis dan bawang merah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya risiko harga yang harus ditanggung oleh petani selaku produsen yang membutuhkan kepastian harga jual sebelum mereka memutuskan untuk menanam komoditas tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Sayuran memiliki sifat yang berbeda dengan komoditas pertanian lainnya, yaitu mudah rusak atau cepat mengalami pembusukan. Akibatnya petani sayuran tidak dapat menahan atau menyimpan sayurannya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk menunggu harga jual yang lebih tinggi, karena hal itu dapat menyebabkan penurunan harga jual akibat penurunan kualitas produk. Selain itu seringkali terjadi fluktuasi produksi yang disebabkan oleh iklim atau musim, dimana pada musim-musim tertentu musim panen terjadi kelebihan produksi dan sebaliknya pada masa paceklik terjadi kekurangan produksi. Hal inilah yang menyebabkan komoditas sayuran memiliki risiko harga yang cukup tinggi. Salah satu indikator adanya risiko harga adalah terjadinya fluktuasi harga. Harga produk yang berfluktuasi secara tajam tidak menguntungkan bagi petani karena hal itu akan menyebabkan ketidakpastian penerimaan yang diperoleh petani dari kegiatan usahataninya. Risiko usaha yang dihadapi petani akan semakin tinggi jika harga produk yang dihadapi semakin berfluktuasi. Fluktuasi harga pada dasarnya terjadi akibat ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar dimana tingkat harga meningkat jika jumlah permintaan melebihi penawaran dan akan terjadi juga sebaliknya. Fluktuasi harga sayuran umumnya relatif tinggi dibandingkan buah, padi dan komoditas palawija. Hal ini menunjukkan bahwa ketidakseimbangan antara jumlah pasokan dan kebutuhan konsumen lebih sering terjadi pada komoditas sayuran. Kondisi demikian dapat terjadi karena tiga faktor yaitu : 1 daerah produsen sayuran cenderung terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu sehingga 8 jika terjadi anomali produksi gagal panen atau lonjakan produksi di salah satu daerah produsen maka pengaruhnya terhadap keseimbangan pasar relatif besar, 2 sinkronisasi produksi antara daerah produsen sayuran relatif lemah sehingga produksi sayuran cenderung terkonsentrasi pada bulan-bulan tertentu, dan 3 konsumen umumnya menginginkan sayuran segar, sedangkan sarana penyimpanan yang mampu mempertahankan kesegaran sayuran secara efisien sangat terbatas sehingga kegiatan penyimpanan dengan tujuan mengatur pasokan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen tidak mudah dilakukan Irawan 2007. Kubis dan bawang merah merupakan jenis sayuran yang banyak diusahakan oleh petani yang memiliki bentuk dan daya tahan yang berbeda. Kubis adalah jenis sayuran daun yang umumnya tidak tahan lama, mudah busuk dan mengalami penyusutan. Hal ini menyebabkan petani harus menjual kubis dengan segera setelah masa panen. Sementara itu bawang merah termasuk jenis sayuran umbi yang mempunyai daya tahan yang cukup tinggi dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama asalkan penanganan pasca panennya benar, sehingga petani dapat mengatur penjualannya untuk mendapatkan harga jual yang lebih menguntungkan. Meskipun demikian, umumnya petani bawang merah cenderung tetap menjual hasil panennya saat panen raya walaupun harga pada saat itu relatif rendah. Hal ini dikarenakan desakan kebutuhan seperti membayar input produksi yang dipinjam saat musim tanam, memenuhi kebutuhan sehari-hari dan modal untuk masa tanam berikutnya. Perbedaan karakteristik dari sayuran kubis dan bawang merah menyebabkan terjadinya perbedaan dalam menentukan harga jual dan fluktuasi harga. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 mengenai fluktuasi harga kubis dan bawang merah periode Januari 2006 – Februari 2009 . 9 Hari H ar g a R p k g 1035 920 805 690 575 460 345 230 115 1 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 Variable harga k ubis harga bawang merah Fluktuas i Harga Kubis dan Bawang Me rah Gambar 1 . Fluktuasi Harga Kubis dan Bawang Merah Periode Januari 2006 – Februari 2009 Sumber : Pasar Induk Kramat Jati 2009 diolah Gambar 1 menunjukkan bahwa harga kubis cenderung berfluktuasi setiap harinya. Harga kubis tertinggi dapat mencapai Rp.4.200,00 per kg, sedangkan harga kubis terendah adalah Rp.700,00 per kg. Perbandingan antara harga tertinggi dengan harga terendah mencapai 600 persen atau enam kali dari harga terendah. Sementara itu pada komoditas bawang merah, harga juga cenderung berfluktuasi dimana harga bawang merah tertinggi dapat mencapai Rp.14.000,00 per kg, sedangkan harga bawang merah terendah dapat mencapai Rp.2.800,00 per kg. Perbandingan antara harga tertinggi dengan harga terendah yang pernah dicapai pada periode Januari 2006 sampai Februari 2009 sebesar 500 persen atau lima kali dari harga terendah. Besarnya perbedaan antara harga tertinggi dengan harga terendah yang terjadi, akan menimbulkan kerugian yang besar bagi pihak- pihak yang berkepentingan terhadap komoditas kubis dan bawang merah terutama bagi petani yang mengusahakan kedua komoditas tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa kubis dan bawang merah merupakan komoditas yang memiliki harga yang sangat fluktuatif. Harga yang berfluktuatif menunjukkan besarnya risiko yang harus ditanggung oleh pihak-pihak yang berkepentingan terutama petani yang mengusahakan kedua 10 komoditas tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis seberapa besar tingkat risiko harga komoditas kubis dan bawang merah ? dan bagaimana alternatif solusi yang dilakukan petani selaku produsen untuk mengurangi risiko harga kubis dan bawang merah ? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat risiko harga dari komoditas kubis dan bawang merah. 2. Menganalisis alternatif solusi yang dilakukan petani selaku produsen untuk mengurangi risiko harga kubis dan bawang merah. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi petani kubis dan bawang merah, sebagai bahan masukan mengenai alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko harga kedua komoditas tersebut. 2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan mengenai komoditas kubis dan bawang merah mulai dari produksi hingga pemasaran, sehingga nantinya diharapkan dapat mengurangi risiko harga kedua komoditas tersebut. 3. Bagi penulis adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta sebagai salah satu cara dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh. 4. Pihak peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang bermanfaat, masukan, serta perbandingan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian