I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Menurut data Badan Pusat Statistik BPS tahun 2010,
jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.556.363 jiwa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,49 persen
1
. Peningkatan terhadap jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan jumlah konsumsi masyarakat Indonesia,
khususnya terhadap pangan karena menurut teori Maslow makanan merupakan kebutuhan fisiologis yang akan selalu dibutuhkan selama manusia hidup Engel et
al 1994. Hal tersebut dapat dilihat dari pengeluaran konsumsi rumah tangga Indonesia untuk makanan. Untuk pengeluaran rata-rata per kapita sebulan
menurut kelompok barang pada tahun 2009, pengeluaran penduduk Indonesia untuk makanan sebesar 50,62 persen dan sisanya 49,38 persen untuk bukan
makanan
2
. Besarnya kebutuhan masyarakat terhadap pangan mendorong peningkatan usaha di bidang pangan.
Perubahan gaya hidup yang membawa pergeseran dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat juga merupakan salah satu penyebab dari peningkatan usaha
di bidang pangan. Dampak perubahan gaya hidup terlihat dari adanya perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap makanan. Aktivitas masyarakat perkotaan
yang padat menyebabkan mereka tidak mempunyai banyak waktu untuk menyiapkan makanan di rumah sehingga menimbulkan suatu kebiasaan baru yaitu
makan di luar rumah yang dianggap lebih praktis. Perubahan gaya hidup menyebabkan masyarakat semakin menginginkan nilai lebih dari sekedar makan
sebagai pemuas kebutuhan fisiologis. Gaya hidup pula yang telah membawa masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki brand image yang
ditawarkan di tempat dan suasana berbeda yang jarang ditemukan bila makanan ini dinikmati di rumah. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap jasa
penyedia makanan yang biasanya disebut sebagai restoran atau rumah makan.
1
Admin. 2009. Penduduk Indonesia Menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000, dan 2010. www.bps.go.id [10 Februari 2011]
2
Admin. 2009. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang, Indonesia, 1999, 2002-2009. www.bps.go.id [10 Februari 2011]
2 Restoran adalah salah satu usaha di bidang pengolahan pangan. Restoran
merupakan suatu tempat atau bangunan yang diorganisir secara komersial untuk menyelenggarakan jasa pelayanan dengan baik kepada pelanggan, baik dengan
menyediakan makanan maupun minuman. Berdasarkan Produk Domestik Bruto tahun 2010, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang
memiliki kontribusi terbesar kedua yaitu sebesar 17,34 persen setelah sektor industri pengolahan 25,76 persen. Besarnya Produk Domestik Bruto tahun 2010
berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha tahun 2010
Lapangan Usaha PDB Persentase
Triliun Rupiah
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 304,4
13,17 Pertambangan dan Penggalian
186,4 8,07
Industri Pengolahan 595,3
25,76 Listrik, Gas dan Air Bersih
18,1 0,78
Konstruksi 150,1 6,50
Perdagangan, Hotel dan Restoran 400,6
17,34
Pengangkutan dan Komunikasi 217,4
9,41 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
220,6 9,55
Jasa-jasa 217,8 9,43
Total 2.310,7 100
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010
Kota Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki potensi cukup baik terhadap perkembangan restoran, mengingat Bogor merupakan salah satu kota
tujuan wisata, dimana pada umumnya pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari dalam kota saja namun juga banyak pengunjung yang datang dari
berbagai kota seperti Jakarta dan Bandung. Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota Bogor tahun 2009, bisnis yang paling berkembang
adalah bisnis di sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusinya terhadap PDRB sebesar 39,20 persen selalu yang tertinggi dan mempunyai laju
pertumbuhan sebesar 5,08 persen. Kontribusi sektor ini cukup dominan di Kota
3 Bogor dari 38,04 persen pada tahun 2008 menjadi 39,20 persen di tahun 2009. Hal
ini ditandai dengan semakin banyak pusat perbelanjaan, hotel dan restoran seiring dengan peningkatan sektor wisata baik tempat wisata maupun wisata kuliner di
Kota Bogor. Jumlah restoran di Kota Bogor cenderung mengalami peningkatan pada
periode 2005-2009. Pada Tabel 2 terlihat beberapa jenis restoran di Kota Bogor berdasarkan jenis makanan yang dihidangkan, diantaranya yaitu jenis hidangan
Indonesia, hidangan kontinental, hidangan internasional, hidangan oriental, dan hidangan tradisional. Secara umum terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan per
tahun pada kelima jenis restoran memiliki nilai positif, yaitu jumlah unit usaha yang mengalami peningkatan setiap tahunnya pada industri jasa boga di Kota
Bogor.
Tabel 2. Jumlah Restoran di Kota Bogor tahun 2005-2009
Tahun Jenis Hidangan
Indonesia Kontinental Internasional Oriental Tradisional
Jumlah Unit
Jumlah Unit
Jumlah Unit
Jumlah Unit
Jumlah Unit
2005 49
- 29 - 33
- 31 - 36
- 2006
49 0,00 43
48,28 38 15,15 36
16,13 37 2,78
2007 53
8,16 46 6,98 45
18,42 43 19,44 40
8,11 2008
56 5,66 48
4,35 46 2,22 47
9,30 43 7,50
2009 56
0,00 48 0,00 46
0,00 47 0,00 43
0,00 Sumber: Dinas Pariwisata Kota Bogor, 2010
Peningkatan jumlah restoran yang ada di Kota Bogor mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan bisnis sesama restoran di Kota Bogor. Oleh
karena itu, pihak restoran harus menciptakan perbedaan atau diferensiasi rasa, mutu, suasana, maupun pelayanan yang ditawarkan.
Restoran Sagoo Kitchen adalah salah satu dari sekian banyak restoran
yang ada di Kota Bogor. Sebagai usaha yang masih tergolong baru, restoran ini harus dapat melihat kondisi pasar dengan baik dan dapat menerapkan strategi
yang tepat dalam menjalankan bisnisnya, khususnya dalam menarik konsumen. Untuk merumuskan strategi pemasaran dapat dilakukan dengan menganalisis
4 bauran pemasaran melalui analisis perilaku konsumen. Dengan menganalisis
perilaku konsumen maka pihak restoran dapat mengetahui karakteristik konsumennya, proses keputusan pembelian serta tingkat kepuasan konsumen
terhadap produk dan jasa yang ditawarkan sehingga dapat membantu pihak restoran dalam merumuskan strategi pemasaran dan alternatif bauran pemasaran
yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Dengan demikian, hal tersebut dapat membantu Restoran Sagoo Kitchen untuk bertahan di tengah
persaingan yang semakin tinggi antar berbagai restoran di Kota Bogor dan meningkatkan jumlah pelanggan yang berdampak pada peningkatan keuntungan.
Oleh karena itu, studi mengenai proses keputusan pembelian dan kepuasan konsumen perlu dilakukan agar pihak restoran dapat merumuskan penyusunan
kebijakan strategi yang tepat dan sesuai dengan keinginan konsumen.
1.2 Perumusan Masalah