Tujuan Penelitian Letak dan Luas Kondisi Masyarakat

Blue yang merupakan terbesar di Florida, memiliki debit sebesar 14-15 m 3 dtk. Karst Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan merupakan sumber air tawar bagi wilayah Maros yang menjadi salah satu wilayah penghasil beras yang cukup besar. Perlindungan terhadap kawasan karst di Indonesia sayangnya belum menjadi prioritas utama. Beberapa kawasan karst menjadi bagian dari kawasan yang dilindungi yang penetapannya lebih mempertimbangkan aspek keanekaragaman hayati. Taman Nasional Manupeu Tanahdaru TNMT adalah contoh kawasan dengan wilayah karst yang cukup luas tetapi penetapannya didasarkan pada keberadaan spesies burung endemik Pulau Sumba. Pentingnya keberadaan kawasan karst dalam menyediakan sumber air dan juga memperhatikan fungsi taman nasional dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, memberikan landasan mengenai pentingnya pengelolaan TNMT yang didasarkan pada nilai jasa lingkungannya. Oleh karena itu, penetapan zonasi TNMT dapat didasarkan pada keberadaan kawasan karstnya sebagai zona perlindungan mutlak seperti zona inti dan rimba serta wilayah yang dapat dimanfaatkan secara lestari sebagai zona pemanfaatan. Berdasarkan pemaparan ini maka dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian ini yaitu: 1. Dimana wilayah sebaran karst di dalam kawasan TNMT ? 2. Dimana sebaran mata air di dalam kawasan TNMT ? 3. Bagaimana kontribusi mata air karst terhadap kebutuhan air masyarakat di sekitar TNMT ? 4. Bagaimana klasifikasi karst yang berada di dalam kawasan TNMT ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memetakan sumberdaya air karst dan menentukan wilayah karst yang diutamakan untuk perlindungan atau disebut sebagai karst prioritas. Untuk mencapai tujuan ini, maka tujuan-tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Menentukan luas kawasan karst yang terdapat di dalam kawasan TNMT. 2. Mengidentifikasi lokasi sumber air kawasan karst di dalam kawasan TNMT. 3. Menentukan kebutuhan dan pemanfaatan air oleh masyarakat di sekitar TNMT. 4. Menetapkan wilayah karst prioritas di TNMT. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Konservasi Manfaat penelitian dalam bidang konservasi adalah sebagai berikut: 1. Menghasilkan data dan informasi tentang potensi sumberdaya air di taman nasional. 2. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat taman nasional. 3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan perguruan tinggi dalam melestarikan potensi taman nasional. 4. Meningkatkan upaya pelestarian kawasan karst serta pemeliharaan fungsi- fungsinya.

1.4.2 Manfaat dalam Manajemen Kawasan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pedoman penyusunan zonasi bagi kawasan konservasi yang wilayahnya memiliki bentang alam karst.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

Penyusunan rencana pengelolaan yang mempertimbangkan sumberdaya air kawasan karst dapat memberikan jaminan terhadap pemenuhan kebutuhan air masyarakat. 2 KONDISI UMUM

2.1 Letak dan Luas

Taman Nasional Manupeu Tanahdaru TNMT secara geografi terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur pada 119º27’-119º55’ BT dan 09º29`-09º54` LS sedangkan secara administratif terletak di 3 kabupaten yaitu: Sumba Timur, Sumba Tengah dan Sumba Barat Gambar 2. Kawasan TNMT berada di 22 desa yang menjadi bagian dari 7 kecamatan yaitu: Kecamatan Loli, Wanokaka, Waikabukak Kabupaten Sumba Barat, Umbu Ratu nggay, Umbu Ratunggay Barat, Katikutana Kabupaten Sumba Tengah, dan Lewa Kabupaten Sumba Timur Wello 2008. Batas kawasan Taman Nasional Manupeu Tanahdaru meliputi: 1. Sebelah timur mengarah ke utara, yaitu wilayah Kecamatan Lewa. 2. Sebelah barat mengarah ke selatan, yaitu wilayah Kota Waikabubak, Kecamatan Loli dan Wanokaka. 3. Sebelah selatan, yaitu mengikuti garis pantai Samudera Hindia. 4. Sebelah utara mengarah ke barat, yaitu wilayah Kecamatan Umburatunggay dan Kakikutana. Kawasan TNMT ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 576Kpts-II1998 dengan luas wilayah 87.984,09 ha. Kawasan yang ditetapkan merupakan penggabungan dari kawasan Hutan Lindung Manupeu 9.500 ha, Cagar Alam Langaliru 24.200 ha, Hutan Lindung Tanahdaru- Paramamongutidas 43.750 ha, dan Hutan Produksi Terbatas Praingpalinda- Tanahdaru 10.534 ha. 2.2 Kondisi Fisik 2.2.1 Geologi dan Tanah Pulau-pulau di Nusa Tenggara memiliki geologi yang seragam yaitu tersusun atas batuan vulkanik. Kondisi ini berbeda dengan Pulau Sumba yang dikategorikan sebagai kawasan karst karena penyusun utama wilayahnya adalah batu gamping atau kapur yang menjadi ciri khas kawasan karst Purnama 2005. Kawasan TMNT mempunyai bentuk lahan yang bervariasi mulai dari dataran aluvial atau dataran Sumber: hasil identifikasi google earth. Gambar 2 Letak Taman Nasional Manupeu Tanahdaru. banjir dekat meander sungai hingga daerah gunung. Batuan penyusunnya secara umum didominasi oleh alluvium, gamping, pasir, lempung, konglomerat, tuff, dan granit. Batuan tersebut tersebar di seluruh taman nasional berdasarkan bentuk lahan dan kelerengan dari daerah dataran rendah hingga daerah pegunungan Dephut 2007. Tanah di Pulau Sumba terdiri dari jenis tanah mediteran dengan bentuk wilayah pegunungan lipatan dan dataran, wilayah volkan dan latosol dengan bentuk wilayah plato atau volkan dan grumosol dengan bentuk wilayah pelembaban. Tanah mediteran merupakan jenis tanah yang paling luas penyebarannya, yaitu terletak di bagian Pulau Sumba memanjang dari barat ke timur Deptan 2006. Berdasarkan Peta Tanah Eksplorasi Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur, kawasan TNMT didominasi oleh jenis tanah renzina, litosol, podsolik, kambisol, dan mediteran Purnama 2005.

2.2.2 Topografi

Pulau Sumba memiliki topografi yang didominasi oleh daerah perbukitan, namun, dikategorikan sebagai areal yang lebih datar dibandingkan pulau-pulau lain di Nusa Tenggara. Menurut Monk et al. 2000, pulau- pulau di daerah Maluku dan Nusa Tenggara hampir setengah dari luas daratannya memiliki kemiringan lebih dari 40 , kecuali Pulau Sumba, Tanimbar dan Aru. Karakteristik topografi kawasan TNMT yang kasar dan bergelombang tergolong daerah pegunungan dengan ketinggian yang terlihat sama memiliki kemiringan 2 hingga kemiringan 40-60 yang terbentang dari permukaan laut. Kawasan Manupeu merupakan dataran perbukitan yang cukup curam dengan topografi berkisar antara 5-60 Wiranansyah 2005. Daerah pegunungan membentang pada lokasi tengah kawasan dari utara sampai pantai selatan dan pada wilayah Tanahdaru. Rangkaian gunung membentang dari utara kawasan sampai ke selatan. Puncak-puncak tertingginya adalah Praingpalindi Tanahdaru 919 mdpl, Praimamongutidas 827 mdpl, Janggapraing 820 mdpl, Tumbani 798 mdpl, Praingkaminggu 702 mdpl, Hapenduk 685 mdpl, Maredasalai 680 mdpl, Letape 735 mdpl, Manupeu 482 mdpl dan Lawangggu 600 mdpl Purnama 2005.

2.2.3 Iklim

Pulau Sumba memiliki tipe iklim kering yang terutama dipengaruhi oleh angin musim yang masing-masing bertiup dari daratan Asia selama lebih kurang 3 bulan yang membawa uap air tinggi dan Australia selama lebih kurang 9 bulan yang membawa uap air rendah Wello 2008. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di kawasan TNMT termasuk tipe iklim E agak kering di bagian selatan, tipe iklim D sedang di bagian utara, dan tipe iklim C agak basah di bagian timur laut. Curah hujan tahunan berkisar antara 500-2000 mm. Pulau Sumba memiliki curah hujan tahunan antara 500-800 mm, namun demikian di daerah-daerah bagian selatan pulau curah hujannya mencapai 2000 mm pertahun Widiyono 2003.

2.2.4 Hidrologi

Kawasan TNMT merupakan daerah resapan air utama yang dialirkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan pengairan lahan pertanian Purnama 2005. Suplai air diperoleh dari mata air dan sungai yang terdapat dan berhulu di kawasan taman nasional Gambar 3. Aliran air bawah tanah yang keluar sebagai mata air melewati goa-goa yang terdapat di dalam kawasan. Menurut Monk et al. 2000, mata air merupakan sumber air utama untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan peta hidrologi, potensi air tanah di bagian timur kawasan lebih tinggi dibandingkan bagian baratnya. Menurut Sejatnika et al. 2000, diacu dalam Monk et al. 2000, ketersediaan air tanah dan aliran sungai yang relatif lebih tinggi di bagian timur Pulau Sumba merupakan keunikan, karena di bagian barat secara umum volume curah hujannnya lebih besar dan periode musim hujannya lebih panjang dibandingkan dengan di bagian timur.

2.3 Kondisi Masyarakat

Keberhasilan pengelolaan suatu taman nasional sangat dipengaruhi oleh kondisi masyarakat di sekitar kawasan. Masyarakat di sekitar TNMT tersebar di 22 desa yang menjadi wilayah administratif Kabupaten Sumba Barat, Tengah dan Timur Tabel 1. Pada umumnya masyarakat tersebut memanfaatkan potensi taman nasional untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya. Kawasan hutan dimanfaatkan Sumber: hasil overlay peta sungai,administratif dan batas kawasan TNMT. Gambar 3 Peta sungai yang terdapat di kawasan TNMT. untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sumber pendapatan masyarakat, seperti kayu bakar, bahan bangunan, obat-obatan dan bahan pangan. Keberadaan lahan sangat dibutuhkan masyarakat untuk kegiatan pertanian dan penggembalaan ternak. Selain itu, kegiatan membakar padang rumput merupakan kebiasaan masyarakat di sekitar TNMT yang sangat sulit untuk dihentikan Wello 2008 yang bertujuan untuk menyiapkan lahan bercocok tanam dan memenuhi kebutuhan pakan ternak gembalaan pada musim kemarau Purnama 2005. Tabel 1 Desa yang berada disekitar TNMT Kecamatan Desa Waikabubak Kalembukuni Wanokaka Baliloku, Hupumada, Katikuloku Loli Beradolu Kakikutana Selatan Waimanu, Tanamodu, Kondamaloba, Manurara, Malinjak Umbu Ratunggay Barat Umbulanggang, Umbupabal Umbu Ratunggay Praikaroku Jangga, Mbilur Pangadu, Weluk Praimemang, Padiratana, Maradesa Lewa dan Lewa Prehau Kambatawundut, Watumbelar, Umamanu, Mondulambi, Kangeli Sumber: peta administratif TNMT. Kebutuhan hidup yang signifikan bagi masyarakat di sekitar kawasan TNMT adalah tersedianya sumberdaya air. Air merupakan sumberdaya yang dibutuhkan masyarakat, karena Pulau Sumba termasuk daerah yang kering dan memiliki intensitas curah hujan rendah. Menurut Purnama 2005 Pulau Sumba memiliki bulan basah yang lebih sedikit dari bulan kering dengan rata-rata hujan pada bulan basah adalah 400 mm sedangkan pada bulan kering adalah 18 mm. Kondisi tersebut menjadi kendala dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sumberdaya air. Masyarakat membutuhkan air untuk memenuhi kebutuhan harian, pengairan lahan pertanian dan minum hewan ternak. Kebutuhan harian dan pengairan lahan pertanian sulit terpenuhi pada musim kering karena sulitnya mendapatkan sumber air. Sedangkan, penanaman padi harus menunggu musim hujan. Kawasan TNMT yang menjadi salah satu wilayah resapan air di Pulau Sumba dapat menjadi alternatif untuk mengatasi kesulitan air masyarakat. 3 METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian