Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

6.1 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru

Wilayah karst dapat menyediakan air sepanjang tahun. Hal ini disebabkan daerah karst memiliki waktu tunda untuk mengalirkan air karena akuifer karst mampu menyisakan air pada musim kemarau. Menurut Haryono 2001 endapan isian di mintakat dekat permukaan epikarst berfungsi sebagai tandon air sehingga air tidak bisa mengalir cepat ke sistem sungai bawah tanah. Air hanya akan mengalir melewati celah rekahan batuan dan mensuplai sebagian sungai permukaan dan bawah tanah sepanjang tahun. Sehingga, kawasan karst dapat menjadi solusi dalam mengatasi kekurangan air. Untuk itu, wilayah karst yang memiliki potensi sebagai penyimpan air perlu dipertimbangkan dalam penyusunan zonasi pengelolaan kawasan TNMT. Zonasi merupakan sistem pembagian wilayah yang digunakan taman nasional untuk pengelolaan kawasannya. Menurut P.56Menhut-II2006, zonasi taman nasional sekurang-kurangnya terdiri dari zona inti, zona rimba, dan zona pemanfaatan. Tujuan penataan zonasi adalah terwujudnya sistem pengelolaan taman nasional yang efektif dan optimal sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56Menhut-II2006 tentang pedoman zonasi taman nasional, fungsi masing-masing zona adalah sebagai berikut: 1. Zona inti Perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya. 2. Zona rimba Kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta mendukung zona inti. 52 3. Zona pemanfaatan Pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya. Ketiga zona ini umumnya digunakan pada kawasan taman nasional yang basis pengelolaannya adalah keanekaragaman hayati sehingga pada taman nasional dengan basis pengelolaan yang berbeda nama-nama zona tersebut belum tentu sesuai, seperti pada taman nasional laut istilah zona rimba tidak cocok digunakan. Zona rimba hanya dapat digunakan untuk wilayah daratan, sedangkan taman nasional laut merupakan kawasan yang didominasi oleh lautan. Penyusunan zonasi kawasan TNMT saat ini sedang berjalan, yang dilakukan melalui pengumpulan data potensi sebagai bahan pertimbangannya. Potensi karst TNMT patut dipertimbangkan karena dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. Hal ini akan sesuai dengan paradigma pengelolaan kawasan konservasi dimana kawasan harus dapat memberikan manfaat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seperti telah dibahas pada bab terdahulu, bahwa 19 dari 22 desa yang berada di sekitar kawasan mengalami kekeringan setiap tahunnya. Sehingga kemampuan karst untuk menyimpan dan menyediakan air dapat dimanfaatkan untuk membantu mengatasi kekurangan air yang terjadi di desa-desa tersebut. Peran TNMT dalam hal penyediaan jasa lingkungan dirasakan sangat penting, sehingga pengelolaan TNMT dapat mempertimbangkan keberadaan kawasan karstnya sebagai bahan penyusunan zonasi taman nasional. Namun demikian, karst dikategorikan sebagai kawasan yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi. Kawasan karst memiliki komponen lingkungan endokarst dan eksokarst yang saling terkait, dimana kerusakan salah satu komponen akan memberikan pengaruh terhadap komponen lainnya. Untuk itu, penetapan zonasi TNMT yang sebagian wilayahnya adalah karst dilakukan dengan menentukan wilayah yang menjadi prioritas. Bentuk pertimbangan terhadap kawasan karst dapat diterapkan dengan menentukan wilayah karst yang diprioritaskan, terutama sebagai penyedia sumberdaya air. 53

6.2 Kawasan Karst Prioritas